Kisah Lagu Hallo Bandoeng yang Terlupakan, Bawa Pesan Rindu dari Ibu di Belanda
Selain “Halo-Halo Bandung” sebagai lagu perjuangan, terdapat lagu bersejarah di Indonesia dengan judul yang hampir mirip yakni “Hallo Bandoeng”.
Ada kisah pilu di balik lagu ini.
Kisah Lagu Hallo Bandoeng yang Terlupakan, Bawa Pesan Rindu dari Ibu di Belanda
Selain “Halo-Halo Bandung” sebagai lagu perjuangan, terdapat lagu bersejarah di Indonesia dengan judul yang hampir mirip yakni “Hallo Bandoeng”.
Karya ini beredar lebih dulu dibanding lagu perjuangan tersebut, yakni di tahun 1929.
Penulisnya adalah Willy Derby dengan komposisi musik yang dibuat oleh composer Otto Dobrindt & Zijn Orkestra.
Saat itu, lagu ini mulai banyak diperdengarkan di radio dan disebar melalui media piringan hitam yang mulai berkembang di awal tahun 1900-an.
-
Apa yang diungkapkan oleh lagu Halo-Halo Bandung? Lagu ini menggambarkan sisi perjuangan warga Bandung ketika mengusir penjajah yang berbuat sewenang-wenang.
-
Bagaimana lagu Halo-Halo Bandung diduga dijiplak oleh Malaysia? Sejumlah bait syair diganti oleh si pembuat video menjadi Halo-Halo Kuala Lumpur.
-
Bagaimana lirik lagu Halo-Halo Bandung diubah menjadi lirik lagu Hello Kuala Lumpur? Liriknya hanya merubah beberapa bagian dari lagu 'Halo-Halo Bandung'.
-
Kapan lagu Halo-Halo Bandung diciptakan? Halo-Halo Bandung jadi lagu sejarah terbaik yang diciptakan tokoh seni Ismail Marzuki pada 1946.
-
Kapan lagu Kembang Gadung dinyanyikan? Lagu ini juga digunakan sebagai pembuka dari suatu pergelaran seperti Wayang Golek, Kiliningan, Bajidoran, Bangreng hingga Ketuk Tilu.
-
Siapa yang diduga menjiplak lagu Halo-Halo Bandung? Lagu ini diduga dijiplak oleh salah satu tayangan kartun di Malaysia.
Lagunya pun terdengar retro, dengan instrumen khas orkestra abad ke-20. Liriknya juga berangkat dari kisah hubungan jarak jauh antara anak dengan sang ibu yang tinggal di Den Haag, Belanda.
Dari lirik yang sederhana ini, terungkap pesan kerinduan seorang ibu terhadap anaknya yang berada di Indonesia karena kebijakan kolonialisme.
Berangkat dari Tersambungnya Komunikasi Belanda dengan Indonesia untuk Pertama Kali
Dari lirik di lagu tersebut, dapat dibayangkan sulitnya membangun komunikasi antar negara karena teknologi yang belum berkembang pesat seperti sekarang.
Di masa itu, komunikasi hanya bisa melalui visual dan teks dari telegraf yang kemudian menghasilkan teks dan gambar yang masih terbatas.
Namun, lagu ini menggambarkan rasa senangnya seorang perempuan lanjut usia, saat berhasil mendengar suara anaknya untuk pertama kali setelah berpisah antar benua.
Di masa itu, juga bertepatan dengan terhubungnya komunikasi antar dua negara yakni Belanda dan Indonesia melalui stasiun radio Malabar di Gunung Puntang.
Sampaikan Suara Terakhir Sang Ibu
Mengutip situs bandung.go.id, dalam lagu ini turut disampaikan bagaimana bahagianya perempuan tua itu mendengar suara anaknya.
Kemudian, sang ibu menyampaikan bahwa dirinya sangat ingin bertemu dengannya karena telah lama berpisah.
Ketika itu, sang ibu juga bertanya terhadap keadaan istri dari anaknya itu. Kemudian, sang anak menjawab bahwa istri dan anak-anaknya juga baik-baik saja.
“Sayang, apa kabar istrimu yang berkulit sawo matang itu?,” sang ibu bertanya
“Dia baik-baik saja, bu. Dan kami membicarakan ibu setiap hari di sini, dan anak-anak juga membacakan doa malam sebelum tidur,” jawab sang anak.
- Prabowo Sampai AHY 'Nyerah' Dikasih Lagu Rungkad, Jenderal Eks Kasad Juga Goyang
- Didirikan 1902, Begini Kisah Toko Tio Tek Hong yang Jadi Toserba Modern Pertama di Indonesia
- Arti Lagu Gundul-gundul Pacul, Penuh Makna dan Nasihat Bijak
- Suaranya Keren saat Bawakan Lagu 'Bis Kota', Akhirnya Fahmi Bo Terjun ke Dunia Tarik Suara
Sang Ibu Meninggal Dunia
Sesaat setelah menanyakan kabar, sang anak kemudian mengajak putranya mengobrol kepada sang ibunda di negeri seberang. Betapa senangnya ibu tersebut mendengar suara sang cucu, hingga terdengar suara isak tangis.
Tak lama berselang, suara pun menghilang namun sambungan masih tetap terhubung. Beberapa detik kemudian, ibu tersebut meninggal dunia.
Lagu tersebut menceritakan sisi pilu, sekaligus bahagia karena di napas terakhir hidupnya ia bisa mendengar suara anak sekaligus cucunya. Belakangan, diketahui jika sang ibu saat menelepon sedang dalam kondisi sakit keras dan ingin sekali mendengar suara sang anak.
Lirik Lagu “Hallo Bandoeng”
'T Oude moedertje zat bevend
Op het telegraafkantoor
Vriend'lijk sprak de ambt'naar
Juffrouw, aanstonds geeft Bandoeng gehoor
Trillend op haar stramme benen
Greep zij naar de microfoon
En toen hoorde zij, o wonder
Zacht de stem van hare zoon.
"Hallo! Bandoeng!"
"Ja moeder hier ben ik!"
"Dag liefste jongen", zegt zij met een snik
"Hallo, hallo!
Hoe gaat het oude vrouw?"
Dan zegt ze alleen:
"Ik verlang zo erg naar jou!"
Lieve jongen, zegt ze teder
Ik heb maandenlang gespaard
'T Was me om jou te kunnen spreken
M'n allerlaatste gulden waard
En ontroerd zegt hij dan:
"Moeder, nog vier jaar, dan is het om
Oudjelief, wat zal 'k je pakken
Als ik weer in Holland kom!"
"Hallo! Bandoeng!"
"Ja moeder hier ben ik!"
"Dag liefste jongen", zegt zij met een snik
"Hallo, hallo!
Hoe gaat het oude vrouw?"
Dan zegt ze alleen:
"Ik verlang zo erg naar jou!"
"Jongenlief", vraagt ze, "hoe gaat het met je kleine, bruine vrouw?"
"Best hoor", zegt hij, "en we spreken elke dag hier over jou
En m'n kleuters zeggen 's avonds
Voor het slapen gaan een gebed
Voor hun onbekende opoe
Met een kus op jouw portret"
"Hallo! Bandoeng!"
"Ja moeder hier ben ik!"
"Dag liefste jongen", zegt zij met een snik
"Hallo, hallo!
Hoe gaat het oude vrouw?"
Dan zegt ze alleen:
"Ik verlang zo erg naar jou!"
"Wacht eens, moeder", zegt hij lachend "
'K Bracht mijn jongste zoontje mee"
Even later hoort ze duidelijk
"Opoe lief, tabeh, tabeh!"
Maar dan wordt het haar te machtig
Zachtjes fluistert ze:
"O Heer! Dank dat 'k dat heb mogen horen..."
En dan valt ze wenend neer.
"Hallo! Bandoeng!"
"Ja moeder hier ben ik!"
Ze antwoordt niet.
Hij hoort alleen 'n snik
"Hallo! Hallo!..." klinkt over verre zee
Zij is niet meer en het kindje roept: "Tabeh"
Terjemahan
Ibu tua itu duduk dengan gemetar
Di kantor telegraf
Pejabat itu berbicara dengan ramah
Nona, Bandung akan segera merespons
Gemetar pada kakinya yang kaku
Dia meraih mikrofon
Dan kemudian dia mendengar, oh heran
Lembutkan suara putranya
"Halo Bandung!"
"Ya ibu, ini aku!"
"Halo, anakku tersayang," katanya sambil terisak.
"Halo halo!
Bagaimana kabarmu ibu?”
Lalu dia hanya berkata:
"Aku sangat menginginkanmu!"
Sayang, katanya lembut
Saya menabung selama berbulan-bulan
Saya ingin dapat berbicara dengan Anda
Sepadan dengan gulden terakhirku
Dan kemudian dia berkata, terharu:
“Ibu, empat tahun lagi dan semuanya berakhir
Sayangku, apa yang akan aku lakukan padamu?
Saat aku kembali ke Belanda!"
"Halo Bandung!"
"Ya ibu, ini aku!"
"Halo, anakku tersayang," katanya sambil terisak
"Halo halo!
Bagaimana kabarmu ibu?”
Lalu dia hanya berkata:
"Aku sangat merindukanmu!"
“Sayangku,” dia bertanya, “bagaimana kabar istrimu yang berkulit sawo matang?”
“Tidak apa-apa,” katanya, “dan kami membicarakan Anda di sini setiap hari
Dan balita saya berkata di malam hari
Doa sebelum tidur
Untuk nenek mereka yang tidak dikenal
Dengan ciuman di potretmu"
"Halo Bandung!"
"Ya ibu, ini aku!"
"Halo, anakku tersayang," katanya sambil terisak
"Halo halo!
“Tunggu sebentar, Bu,” katanya sambil tertawa.
"Aku membawa putra bungsuku"
Sesaat kemudian dia mendengar dengan jelas
"Nenek sayang, tabeh, tabeh!"
Tapi kemudian itu menjadi terlalu berat baginya
Dia berbisik pelan:
"Ya Tuhan! Terima kasih telah mengizinkanku mendengarnya..."
Dan kemudian dia terjatuh sambil menangis
"Halo Bandung!"
"Ya ibu, ini aku!"
Dia tidak menjawab.
Dia hanya mendengar isak tangis
"Halo! Halo!..." terdengar di laut jauh
Dia sudah tidak ada lagi dan anak itu memanggil: "Tabeh"