Kue Langka Khas Betawi Ini Unik, Salah Makan Bisa Nyembur
Ada aturan memakan kue ini, yakni tak boleh sambil berbicara karena akan menyembur.
Kudapan yang satu ini termasuk kategori langka dan unik. Betapa tidak, karena kue ini tidak boleh dimakan sembarangan jika tidak ingin menyembur.
Dilihat dari asal usulnya, panganan ini berasal dari kebudayaan masyarakat Betawi. Kehadirannya selalu dinantikan, terutama saat perayaan hari besar keagamaan. Biasanya, orang-orang di Jakarta dan sekitarnya pada zaman dulu selalu menyajikan ini di meja untuk meyuguhi tamu.
-
Bagaimana ciri khas pantun lucu Betawi? Tak jarang, pantun-pantun Betawi yang dibawakan mengandung humor lucu dan menghibur.
-
Apa ciri khas dari pantun Betawi? Pantun Betawi memiliki ciri khas yang spontan, blak-blakan, dan lucu.
-
Kenapa pantun lucu Betawi banyak mengandung makna bijak? Meskipun dikemas dengan gaya lucu, namun pantun Betawi ini mengandung berbagai pesan dan makna bijak yang bisa menjadi pelajaran. Dalam artikel berikut ini, kami akan sampaikan beberapa pantun lucu Betawi yang menghibur tapi tetap penuh makna
-
Kenapa kerak telor menjadi makanan khas Betawi? Pada era 1920-an, komunitas Betawi yang tinggal di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, menciptakan kerak telor. Kelimpahan kelapa di wilayah tersebut menginspirasi mereka untuk mengolah kelapa menjadi berbagai macam makanan.
-
Apa makanan khas Maulid Nabi yang disajikan di Betawi? Nasi Kebuli, meskipun dikenal sebagai hidangan khas Timur Tengah, telah menjadi bagian dari tradisi Maulid Nabi di Betawi. Hidangan nasi gurih yang dimasak dengan rempah-rempah dan daging kambing ini sering dihidangkan dalam jumlah besar.
-
Mengapa kue talam Betawi punya banyak warna? Warna tersebut datangnya dari bahan alami, seperti unsur buah dan daun pandan yang bisa mengeluarkan warna hijau pekat.Kemudian ada juga kue talam yang berwarna ungu dan berasal dari ubi jalar dengan warna serupa.
Sebenarnya cara buat makanan ini tidak begitu sulit, namun cara menyantapnya yang tidak seperti kue pada umumnya membuat kehadirannya mulai berkurang. Padahal, kue ini punya cita rasa manis dan gurih yang menyatu jadi satu.
Beruntung, sebagian warga Betawi masih melestarikannya sehingga kehadiran kuliner hampir punah ini masih terjaga. Berikut informasinya.
Namanya Sagon Bubuk
Jika melihat dari cara memakannya yang harus hati-hati, karena memang bentuk kue ini menyerupai bubuk. Orang Betawi mengenalnya dengan nama kue sagon atau sagon bubuk, karena teksturnya yang menyerupai tepung.
Mengutip laman seputar oleh-oleh Betawi, romlah.com, tak jarang kue ini disebut kue pasiran karena bentuknya yang menyerupai pasir.
Biasanya warga setempat menyantap makanan ini menggunakan sendok dan menuangkannya di atas piring kecil untuk cangkir.
- Nyaris Tenggelam, Seni Betawi Kuno Ini Unik Karena Padukan Pantun dengan Gambang Kromong
- 6 Kue Lebaran Khas Minang, Ada yang Bentuknya Unik hingga Berbahan Dasar Bawang Merah
- Murah Meriah dan Bikin Ngiler Mi Kangkung Bumbunya Kental, Hanya Rp20 Ribu Per Porsi 'Halal'
- Bubur Betawi Unik Isi Asinan Sawi dan Kuah Semur Ini Lambangkan Kesederhanaan Orang Jakarta, Ini Kisah di Baliknya
Mirip Pasir
Kue ini punya bentuk yang benar-benar mirip pasir pantai, yakni berbawarna putih dengan tekstur yang sedikit kasar. Kasar ini berasal dari parutan kelapa yang sebelumnya telah disangrai.
Kue sagon bubuk sekarang termasuk makanan langka, karena sudah sulit ditemui di penjual-penjual makanan, maupun pasar-pasar tradisional. Hanya kalangan tertentu saja yang masih membuatnya untuk camilan sehari-hari.
Karena rasanya yang manis gurih, kue ini amat cocok dikonsumsi bersamaan dengan secangkir teh maupun kopi.
Salah Makan Bisa Nyembur
Belum diketahui secara pasti, sejak kapan tradisi kue ini muncul dalam kehidupan masyarakat di wilayah Jakarta dan sekitarnya itu.
Namun, kue ini diperkirakan lahir sejak zaman Belanda di mana budaya memasak dan menciptakan kuliner menjadi cukup masif lewat akulturasi budaya Eropa dan Asia.
Merujuk senibudayabetawi.com, cara memakannya lah yang menjadi daya tarik dari makanan ini. Terdapat sejumlah aturan saat memakan makanan ini, seperti tidak boleh berbicara atau tertawa karena bisa menyembur.
Cara Membuatnya Bisa Dilakukan di Rumah
Dari rasa dan bahan, kue ini serupa dengan sagon namun tidak dicetak atau dipadatkan. Kue ini, langsung disantap dalam keadaan bubuk.
Dalam sebuah video yang diunggah di kanal Maya Rosita, kue ini bisa sangat mudah dibuat di rumah. Pertama-tama siapkan bahan seperti 200 gram kelapa parut yang tidak terlalu tua, 200 gram tepung beras, 200 gram gula pasir, setengah sendok teh garam, setengah bungkus vanili bubuk, serta beberapa potong daun pandan.
Untuk memasaknya dimulai dari menyangrai kelapa parut di wajan yang kering, kemudian tuangkan daun pandan yang sudah dipotong-potong sepanjang jari telunjuk orang dewasa, kemudian disangrai dengan api kecil.
Setelah berwarna kecokelatan, matikan kompor dan terus aduk kelapa sampai benar-benar dingin. Kemudian singkirkan daun pandan dan masukan tepung beras, lalu diaduk dengan kondisi api kecil. Terakhir, tambahkan garam sejumput dan vanili bubuk dan disangrai kembali sampai sagonnya menjadi ringan dan siap disajikan.
Dinikmati saat Nyahi
Seperti disinggung sebelumnya, sagon bubuk memang nikmat disantap bersama teh maupun kopi hangat. Namun orang Betawi punya waktu khusus untuk menikmatinya, yakni saat nyahi.
Dalam uraian di budaya-indonesia.org, Nyahi merupakan budaya orang Betawi tempo dulu untuk menikmati camilan bersama dengan secangkir teh. Nama tradisi ini diadopsi dari bahasa Arab yakni “Syahi” atau waktu santai meminum teh.
Nyahi dilakukan di jam-jam setelah makan siang atau menjelang petang, sekitar pukul 16:00 WIB sampai pukul 17:30 WIB. Nyahi boleh dibilang tradisi bersantai yang juga kini telah ditinggalkan warganya.