Kisah Sosok Benyamin Sueb, Jadi Serba Bisa Setelah jadi “Korban” Orde Lama
Siapa sangka sosok Benyamin rupanya pernah ditawari jadi menteri penerangan namun ditolak.
Benyamin Suaeb atau Sueb merupakan aktor yang punya nama besar. Dirinya ditakdirkan untuk mengangkat budaya Betawi yang kala itu sempat hampir tenggelam.
Boleh dibilang, dekade 1970 hingga 1990-an adalah masa keemasan Benyamin sebelum tutup usia. Ada puluhan film dan lagu yang ia ciptakan, dengan tema besar jenaka. Daya tarik komedinya semakin kuat, melalui gaya ceplas-ceplos khas Betawi yang nyablak.
-
Apa yang terjadi pada Benyamin? Benyamin, salah seorang Ketua RT di Semper Barat, Cilincing, Jakarta Utara menjadi korban penembakan air softgun saat menggagalkan aksi pencurian sepeda motor, Senin (15/1).
-
Apa arti nama "Besemah"? Menurut budayawan dan sesepuh Besemah, nama tersebut berasal dari pengucapan orang Belanda yang salah. Harusnya yang benar Besemah yang artinya suka damai.
-
Siapa saja yang menginspirasi Bernadya? Ia menulis lagu-lagunya sendiri, terinspirasi oleh artis seperti Taylor Swift, Niki, Tulus, dan Raisa.
-
Siapa yang merias Beby Tsabina? Mengenakan ballgown mewah dari desain Monica Ivena, Beby Tsabina menambah kesempurnaan penampilannya dengan riasan makeup yang dibuat oleh MUA Evalovira.
-
Mengapa Beby Tsabina menjalani prosesi Peusijuek? Peusijuek adalah ungkapan rasa syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan kebahagiaan yang telah diberikan kepada mereka.
-
Bagaimana Bejo Wage Suu mulai terkenal? Sejak saat itu namanya makin dikenal. Mulai banyak pesanan yang datang padanya.
Meski dikenal luas, nyatanya banyak kisah yang tak terungkap dari sosok cerianya. Salah satu di antaranya adalah sosoknya yang mendadak serba bisa, setelah menjadi “korban” dari kebijakan Orde Lama pemerintahan Soekarno.
Bahkan, ia juga sempat “melawan” pemerintahan Soeharto usai berkali-kali dipanggil ke rumah cendana. Kabar baiknya, sosok Benyamin masih abadi hingga sekarang lewat kehadiran Bens Radio, Taman Benyamin Sueb hingga puluhan filmnya yang masih ditayangkan di banyak stasiun TV swasta.
Yuk, ikuti sisi lain Benyamin yang mungkin belum banyak diketahui berikut ini.
Berawal dari Pemusik Kaleng
Jika selama ini Benyamin selalu akrab dengan layar kaca, nyatanya seniman kelahiran 5 Maret 1939 ini justru memulai karier dengan bergabung bersama grup musik besutan sang kakak.
Menariknya, grup musik yang diberi nama Orkes Kaleng ini lain daripada yang lain, sebab komposisi musiknya dibuat dari kaleng bekas bahan bakar.
Mengutip Wikipedia, disebutkan bahwa Benyamin ditugaskan meracik irama yang unik dari kaleng-kaleng bekas bensin yang kemudian dipadukan dengan instrumen musik lainnya sehingga enak didengar. Ia bergabung dengan band ini di usia 7 atau 8 tahun.
“Sewaktu kecil, bersama 7 kakak-kakaknya, Benyamin sempat membuat Orkes Kaleng,” tulis Wikipedia
Tak Ingin Jakarta Kumuh
Karena dekat dengan kakak-kakaknya yang menggemari musik, Benyamin pun semakin jatuh cinta dengan dunia seni. Ia menggemari berbagai jenis musik, mulai dari jazz, blues, tradisional sampai hard rock.
Kesukaannya ini mendorong Benyamin untuk berkarya di jalur tarik suara. Ia pun memilih menjadi penyanyi, ketimbang pemain musik.
Agar mudah diterima, tema yang diangkat pun kebanyakan dekat dengan masyarakat seperti lagu “Kompor Mleduk” yang kental nuansa hard rock dan blues dengan tema bencana di Kota Jakarta.
“Jakarta kebanjiran, di Bogor angin ngamuk, rumeh ane kebakaran, gare-gare kompor mleduk. Ane jadi gemeteran, ware-wiri keserimpet, rumeh ane kebanjiran, gare-gare got mampet. Ayoo-ayoo bersiin got, jangan takut badan blepot,” tulis lirik Kompor Mleduk
Serba Bisa Usai Jadi “Korban” Orde Lama
Di tahun 1960-an, kehidupan seni Benyamin tampaknya kurang berjalan mulus. Sebab kegemarannya terhadap musik barat seolah ditentang oleh kebijakan pemerintah Orde Lama yang anti budaya barat.
Benyamin yang jadi korban, karena tak bisa memainkan musik rock dan blues, lalu mulai putar otak. Karena dekat dengan budaya Betawi, ia akhirnya mulai meramu komposisi musik gambang kromong agar karyanya tidak dicekal.
Alih-alih melupakan musik barat, akal nekatnya justru terampil memasukkan unsur rock dan psikedelik dalam lagu-lagu Betawinya.
Mengutip situs Good News From Indonesia, dikatakan bahwa Benyamin mulai banyak menciptakan lagu berirama lokal, dan meramunya dengan unsur barat. Kemudian, lagu-lagu tersebut diduetkan dengan warga Jakarta asli, salah satunya Ida Royani.
Dirikan Bens Radio di Tengah Perfilman Lokal yang Meredup
Sebenarnya tahun 1980-an, industri film lokal mulai tampak tiarap. Penyebabnya, kebijakan Presiden Soeharto yang mengatur tentang kebijakan impor film dan turut memengaruhi produksi industri visual lokal.
Mengutip situs Indonesia Kaya, kebijakan ini membuat Benyamin tak mampu melanjutkan usaha rumah produksi filmnya dan berakhir di judul “Betty Bencong Slebor”. Setelah itu, production house-nya terpaksa ditutup karena tak mampu meraih pasaran.
Bergelut di industri kreatif, membuat komedian keturunan Betawi – Purworejo ini akhirnya aktif di pementasan lenong, hingga menjadi pembawa acara televisi. Namun, Benyamin masih memiliki mimpi agar budaya Betawi tak tergerus zaman yakni melalui Bens Radio.
Bens Radio berdiri pada akhir 1980-an, dan fokus di publikasi budaya Betawi kontemporer anak muda. Segmennya ada bincang-bincang, musik dan lain sebagainya. Hal yang paling ikonik dari Bens Radio di masanya adalah Pos Dongkol yang jadi ajang curhatan anak muda Betawi dengan bahasan komedi.
Menolak Jadi Menteri Era Soeharto
Sisi menarik Benyamin yang mungkin belum banyak diketahui adalah dirinya pernah berkali-kali ditawari menjadi menteri di era Presiden Soeharto.
Benyamin yang aktif di bidang seni dan budaya Betawi, ingin dijadikan Soeharto sebagai menteri penerangan. Cara ini dianggap efektif untuk mengenalkan budaya Jakarta dan Indonesia agar lebih dikenal secara luas.
Namun nyatanya, kesempatan ini ia tolak secara halus dengan alasan khawatir jika banyak godaannya.
Tak hanya sekali ini, Benyamin juga berkali-kali diundang ke rumah cendana terkait promosi pemerintahan namun tak ada yang diterimanya.
Namanya Abadi hingga Sekarang
Saat ini, jejak Benyamin masih bisa disaksikan di layar televisi yang merupakan penampilan dari film-film terdahulunya. Salah satu yang masih tayang di antaranya adalah Si Doel Anak Betawi.
Selain itu, jejak karya Benyamin turut hadir di Taman Benyamin Sueb yang di sana bisa disaksikan berbagai peninggalannya seperti kaset, pakaian yang pernah digunakan mendiang saat pentas, puluhan penghargaan, dan foto-foto Benyamin Sueb sejak ia kecil hingga bermain di film terakhirnya Si Doel.
Lalu ada juga Jalan Haji Benyamin Sueb yang membentang sepanjang 3,9 KM dari pintu keluar Tol Pelabuhan Pademangan Timur, Pademangan, Jakarta Utara sampai persimpangan Jalan Kemayoran Gempol.