Melihat Situs Cipari di Kuningan, Jejak Bangsa Megalitik di Kaki Gunung Ciremai
Berdasarkan catatan sejarah, benda-benda peninggalan di Situs Cipari merupakan sisa aktivitas sehari-hari era Neolitik. Ditandai dengan ditemukannya berbagai peralatan sehari-hari, termasuk benda-benda berbahan perunggu.
Bagi pecinta sejarah, Situs Cipari di Desa Cipari, Kelurahan Cigugur, Kecamatan Cipari, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, menjadi satu tempat yang sayang untuk dilewatkan. Di lokasi ini tersimpan berbagai koleksi purbakala dengan beragam bentuk dan ukuran.
Berdasarkan catatan sejarah, benda-benda peninggalan di Situs Cipari merupakan sisa aktivitas sehari-hari era Neolitik. Ditandai dengan ditemukannya berbagai peralatan sehari-hari, termasuk benda-benda berbahan perunggu.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Kapan Rohana Kudus mendirikan surat kabar Soenting Melajoe? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
Mengutip laman kebudayaan.kemdikbud.go.id, Rabu (23/3), beberapa benda yang ditemukan di lokasi bertipe tunggal alias monolith. Kira-kira apa saja yang tersimpan Situs Cipari ini?
Terdapat Altar Batu
©2022 Instagram @disporapar_kuningan/ Merdeka.com
Salah satu peninggalan yang masih tersimpan hingga sekarang adalah Altar Batu sebagai medium penyembahan.
Altar tersebut tersimpan di sebuah lahan dengan lantai sekelilingnya yang dipenuhi batu-batu pipih. Pada bagian tengah, terdapat tumpukan batu dengan bagian atasnya yang berukuran besar secara vertikal ke atas.
Dari ciri yang tampak, menhir dan dolmen dengan tinggi 2,5 meter tersebut diperkirakan berasal dari tahun 1.000-500 sebelum masehi.
Peti Batu Berukuruan Besar
©2022 Instagram @disporapar_kuningan/ Merdeka.com
Masih di lokasi yang sama, juga ditemukan tiga peti kubur batu kuno berbentuk trapesium dari batuan andesit. Susunannya terdiri dari batuan pipih yang dibuat setengah persegi panjang.
Situs Cipari terbagi menjadi dua bagian, yaitu museum dan monumen di bagian luar. Peninggalan berupa batu seluruhnya terdapat di halaman luar museum.
Sedangkan di bagian dalam, terdapat perkakas sehari-hari seperti kapak batu, gelang batu, kapak perunggu, dan gerabah masih terawat dengan baik.
Asal Usul Situs Cipari
©2022kebudayaan.kemdikbud.go.id/ Merdeka.com
Mulanya, kepingan-kepingan batu pipih itu ditemukan oleh seorang petani di Desa Cipari pada tahun 1972. Saat itu, ditemukan artefak lain seperti kubur batu, fragmen gerabah, gelang batu, perkakas batu, serta alat perunggu.
Kemudian, temuan-temuan tersebut dikumpulkan di sebuah lahan kosong milik seorang warga bernama Wijaya. Dan tepat tiga tahun kemudian, pada 1975 penelitian oleh tim ahli mulai dilakukan.
Lokasinya Situs Cipari berjarak cukup dekat dengan pusat kota Kuningan yakni sekitar 4 kilometer. Sedangkan dari pusat Kota Cirebon, jaraknya mencapai 35 kilometer.
Terdapat Museum dengan Atap Perahu Terbalik
©2022kebudayaan.kemdikbud.go.id/ Merdeka.com
Pada 1976 dibangun satu museum sederhana berdenah oval memanjang menghadap barat daya-timur laut. Bangunan itu juga dihiasi dengan jendela kaca berbentuk persegi berderet di sekelilingnya. Pintu utama museum berada di tengah dinding sisi tenggara.
Yang unik dari museum tersebut adalah bagian atapnya yang terbuat dari ijuk dan berbentuk seperti perahu terbalik. Kemudian di bawahnya terdapat teras yang mengikuti bentuk atap, dengan tiga trap tangga yang berada persis di depan pintu
Satu tahun kemudian, di tanggal 23 Februari 1978 situs ini dikelola menjadi taman purbakala, dan dibuka untuk umum. Saat itu peresmiannya dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yakni Prof. Dr. Syarif Thayeb.