Memetik Inspirasi dari Kusnadi, Sosok Disabilitas Mandiri Asal Bandung yang Rangkul Sesama untuk Usaha Keripik Pisang
Kusnadi pernah terpuruk hingga tak percaya diri. Tak lama, ia berhasil bangkit dan memilih mengembangkan usaha bersama agar tidak bergantung ke orang lain.
Optimis dalam menjalani hidup terus digenggam oleh Kusnadi. Di tengah kekurangannya sebagai disabilitas, ia kemudian tidak berkecil hati dan justru mengajak sesamanya agar terus berdaya.
Bersama kelompok disabilitas lain, ia kemudian menjalankan usaha kuliner keripik pisang di wilayah Cileunyi, Bandung, Jawa Barat. Sebelumnya, banyak kelompok dengan kondisi yang sama kerap kesulitan mendapat pekerjaan sehingga mematahkan semangat untuk hidup.
-
Di mana pisang dibudidayakan? Buah ini dibudidayakan di Asia Selatan dan New Guinea sebelum meluas ke Eropa pada tahun 300 Masehi.
-
Siapa yang memulai ide pembuatan keripik batang pohon pisang di Desa Cikadu? Adalah Eva Yulianti, selaku kepala Desa Cikadu yang menggagas penciptaan keripik batang pohon pisang ini.
-
Bagaimana pisang melengkung? Ini menciptakan bentuk melengkung karena pisang secara efektif melipat dirinya sendiri untuk mencari matahari.
-
Kenapa pisang yang terlalu matang susah dibentuk kipas? Selain itu, pisang yang terlalu matang akan menjadi lunak dan susah untuk dibentuk.
-
Mengapa pisang melengkung? Ketika pisang tumbuh, buah ini mulai berat dan mulai tenggelam ke tanag. Namun karena buah ini butuh cahaya ketika semakin dewasa, pisang mulai melengkung ke dalam untuk mencari sinar matahari.
-
Di mana pisang Agung Semeru dipanen? Pisang andalan Lumajang ini banyak dipanen dari perkebunan di Kecamatan Senduro.
Dirinya pun pernah mengalami fase terpuruk hingga sempat tidak percaya diri. Tak lama, Kusnadi berhasil bangkit dan memilih mengembangkan usaha bersama agar bisa hidup tanpa bergantung terhadap orang lain. Berikut kisah inspiratifnya.
Sempat Terpuruk Menjalani Hidup
Sebagai manusia, Kusnadi sempat merasa rendah diri beberapa tahun ke belakang. Namun, rasa minder dan tidak percaya akan kemampuannya lantas ia lawan.
Hal ini ia rasakan saat ia memberanikan diri untuk keluar rumah. Menurutnya kondisi hidup yang dijalankan jauh lebih baik, dibanding orang di luar sana sehingga dirinya lebih bisa bersyukur.
“Saya ngerasa malu, minder dan itu pasti ada. Terus saya keluar dan melihat ternyata masih ada yang lebih-lebih dibanding saya. Dari sana saya mikir, kenapa kita mesti malu selama tidak merugikan orang lain,” kata Kusnadi, mengutip program Sosok Liputan6 SCTV, Selasa (20/8).
Belajar Percaya Diri dari Teman Disabilitas Lain
Kusnadi mengaku banyak belajar dari kawan-kawannya sesama disabilitas. Banyak kondisi rekan-rekannya yang tak jauh berbeda, namun tidak patah arang.
- Modal Rp 4 Juta, Pemuda Ini Sukses Buka Usaha Minuman Es Jeruk hingga Habiskan 1,5 Kuintal Jeruk/bulan
- Orang Desa Ingin Maju, Wanita Lulusan SMP ini Sukses Buka Usaha Durian & Salak Tiap Minggu Kirim 80 Ton ke Luar Negeri
- Kisah Inspiratif Pemuda Penjual Bakso Goreng Kaki Lima, Sukses Dapat Omzet hingga Rp8 Juta Per Hari
- Memetik Inspirasi dari Kedai Kopi Berbagi di Bandung, Jadi Tempat yang Ramah bagi Penyandang Disabilitas
Seketika Kusnadi merasa tertampar dan harus segera bangkit. Sejak itu, ia mulai memupuk kepercayaan diri dan memberanikan untuk mengerjakan apa yang bisa dikerjakan.
“Kan pas kumpul itu banyak disabilitas lain, mereka itu percaya diri, kenapa saya nggak. Kadang saya ngeliat juga, banyak orang normal yang minta-minta. Dari situ mikir, kenapa kita malu,” beber Kusnadi.
Membangun Mata Pencaharian Tetap bagi Kelompok Disabilitas
Sejak itu, Kusnadi bertekad untuk maju bersama rekan-rekannya sesama disabilitas. Ia kemudian menginisiasi untuk membuka lapangan pekerjaan, supaya rekan-rekannya bisa memiliki pekerjaan tetap.
Alasan memilih keripik pisang, karena ia pernah mendapat pelatihan cara membuatnya dan pohong tersebut banyak ditanam di wilayah Cileunyi.
“Saya dulunya kan tidak punya pekerjaan juga, terus dapat pelatihan daur ulang kertas sama membuat keripik pisang ini,” terang dia.
Menjadi Tukang Ojek
Kusnadi juga memaksimalkan kemampuan fisiknya untuk bekerja sampingan yakni sebagai tukang ojek pengkolan. Setiap pagi, ia menunggu penumpang sejak pagi hingga sore hari.
Kemudian Kusnadi juga membudidayakan sayuran organik di pekarangan rumahnya, meski dengan lahan yang terbatas. Ia menanam sejumlah komoditas, seperti seledri dan pakcoy.
“Sekarang saya kan punya istri, punya anak, saya bisa apa? Saya bisanya ngojek, yasudah saya ojek. Saya bisa jualan, saya jualan. Dan alhamdulillah sekarang sudah disiapkan di saung yang kita dirikan untuk membuat kecimpring dan wedang jahe,” katanya.
Merasa Terbantu
Ia kemudian, mengajak lebih banyak lagi kelompok disabilitas untuk berkembang bersama dan memiliki usaha yang mandiri.
“Terus saya ajak lagi, karena kita gak bisa diam di rumah dengan keterbatasan seperti ini,” katanya
Sementara itu rekan Kusnadi, Hani Hadiyati, mengaku produk usaha yang dijalankan bersama kelompok disabilitas di sana merupakan produk yang mudah dijumpai di sekitar tempat tinggal.
Produk yang dibuat pun sudah dikemas secara modern, dan dipasarkan ke beberapa wilayah.
“Kalau produk ini, mungkin dilihat dari potensi lokal ya di sekitar. Kan karena di sini masih pedesaan, banyak pohon pisang, banyak yang tanam singkong sama jahe juga jadi kita manfaatkan,” katanya.
Kusnadi menambahkan bahwa proses menjadi seperti sekarang merupakan buah dari perjuangannya meyakinkan diri untuk bangkit dari keterpurukan.
“Kalau kita merasa minder y akita bakalan terpuruk, kalau kita malu, nggak bisa melangkah ke depan. Ayo, bergeraklah dan yang penting kita tidak minta,” kata Kusnadi, menambahkan.