Menengok Ganasnya Wabah Pes Garut Tahun 1930, Bupati Garut Jadi ODP 9 Hari
Sebelum mewabahnya Covid-19, Pulau Jawa pernah dilanda wabah besar yang juga termasuk sebagai bencana nasional bernama wabah Pes atau Sampar. Bahkan sejak dahulu diketahui jika pemerintah Hindia Belanda sudah menerapkan kebijakan-kebijakan protokol khusus seperti di masa pandemi saat ini.
Kemunculan Covid-19 di Indonesia rupanya menggemparkan semua pihak, lantaran penyebarannya yang begitu cepat dan menewaskan ribuan nyawa dari seluruh dunia. Namun, siapa sangka jika dahulu Indonesia yang masih bernama Hindia Belanda pernah dilanda wabah yang luar biasa.
Salah satunya adalah wabah Sampar atau Pes, sebuah penyakit yang popular di Eropa abad pertengahan. Pes dikatakan tak kalah berbahaya dari Covid-19, karena keadaan yang sama saat itu bahwa wabah tersebut telah merenggut kurang lebih 240.000 nyawa di seluruh pulau Jawa dan Garut merupakan salah satu klasternya pada 1930.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Apa isi dari surat kabar *Bataviasche Nouvelles*? Mengutip dari berbagai sumber, isi konten tulisan yang ada di surat kabar Bataviasceh Nouvelles ini mayoritas adalah iklan. Ada pula beberapa terbitannya juga memuat aneka berita kapal dagang milik VOC.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Apa saja yang ditemukan di Situs Banten Girang sebagai bukti peradaban di masa lampau? Di area tersebut terdapat kompleks bangunan, arca hingga makam dari tokoh agama yang cukup berpengaruh kala itu.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
Melumpuhkan Aspek Sosial dan Ekonomi
Penanganan Pes oleh Pemerintah Hindia Belanda
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ ©2020 Merdeka.com
Gencarnya pemberitaan dari AID De Preanger-Bode yang juga disadur oleh media-media yang terbit di Hindia Belanda dan Belanda, seperti De Indische courant, Soerabaijasch Handelsblad, Nieuwe Apeldoornsche courant, De Standaard, De Tijd, dan Bredasche courant, membuat masyarakat kian resah.
Bahkan aspek ekonomi pun lumpuh, salah satu terdampak luar biasa adalah bisnis Hotel di Garut yang saat itu merupakan salah satu pemasukan wilayah yang cukup besar akibat tingginya minat wisatawan yang hendak berlibur ke wilayah yang disebut “Swiss van Java” tersebut.
Dikutip dari Ayotasik, disebutkan bahwa para pemilik hotel saat itu bersatu untuk membuat petisi kepada pihak keamanan agar media-media tak lagi memberitakan wabah yang merugikan industri pariwisata Garut hingga lebih dari 50 % tersebut.
Meninggalnya Camat Garut Kota Setelah Berinteraksi Dengan ODP
Bupati Garut
twitter tukang pulas ©2020 Merdeka.com
Mengganasnya wabah Pes (sampar) saat itu rupanya juga merenggut nyawa dari Raden Kanduruan Kertanegara yang saat itu menjabat sebagai Camat (kepala bagian kecamatan) wilayah Garut Kota.
Penyakit dari hewan pengerat tersebut memang tak kalah mengerikan dari Covid-19, mengutip dari Halodoc, wabah Pes bisa menular dengan cepat lewat udara yang terpapar tikus maupun urinenya. Sehingga menjadi suatu teror yang mampu merenggut nyawa banyak orang.
Diketahui via kebudayaan.kemdikbud.go.id, jika Raden Kanduruan Kertanegara telah melakukan aktivitas dinas dan berinteraksi langsung dengan Bupati Garut (tot de contactpersonnen behoort de regent), yang menjabat saat itu bernama R.T.M.M. Suria Karta Legawa dan dikatakan positif terpapar Pes atau Sampar seperti yang tertulis dalam berita yang diterbitkan oleh Koran Belanda di Bandung “AID De Preanger-Bode”.
Bupati Garut Jadi ODP
Sejak lama memang prinsip isolasi atau karantina personal sudah digunakan oleh seseorang yang terpapar wabah sejak lama, seperti yang dimuat dalam pemberitaan dari surat kabar “AID De Preanger-Bode”. Salah satu orang yang dilarang beraktivitas di luar dan harus mengurung diri di kediamannya selama 9 hari adalah Bupati Garut.
“De regent van Garoet, die, in verband met het overlijden aan longpest van den assistent-wedana van de kota Garut, negen dagen in observatie is geweest, als contactpersoon, is thans practisch buiten gevaar”.
“Bupati Garoet, yang, sebagai penghubung, telah melakukan kontak dan tak boleh keluar selama sembilan hari sehubungan dengan wabah pneumonia dari asisten wedana (Camat) kota Garoet, Kutipan yang diterbitkan oleh kantor berita Aneta pada 2 Mei 1933.
Kebijakan Pemerintah Hindia Belanda
https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ ©2020 Merdeka.com
Mewabahnya penyakit Pes atau Sampar tak lepas dari banyaknya rumah berbilik bambu dan beralaskan tanah lembap yang disukai oleh tikus. Aktivitas yang saling berdekatan antara hewan pengerat dan manusia tersebut jadi salah satu penyebab cepatnya penyebaran wabah mematikan tersebut di kawasan Garut.
Sejak saat itu, pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan kebijakan tentang pendirian bangunan yang harus mendapatkan izin dari Mantri Bangunan, salah satunya dinding harus terbuat sekurang-kurangnya setengah tembok (semen) dan tidak menggunakan bilik. Setelah itu, lantai wajib menggunakan papan dan harus berjarak sekurang-kurangnya sebatas lutut orang dewasa dari tanah (struktur panggung).
Selain itu, untuk atap rumah-rumah yang masih menggunakan ijuk harus diganti struktur genteng yang disubsidikan langsung oleh Pemerintah Hindia Belanda dari pabriknya di Kampung Lio.
Biaya pembangunan juga dibantu oleh pemerintah Belanda. Bahkan bagi warga yang punya rencana perbaikan rumahnya dapat dibantu dengan pinjaman dari bank (bantuan sosial), asal sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan Mantri Bangunan.
Penerapan Pembatasan Aktivitas Sosial
Sama seperti pandemi Covid-19 saat ini, saat makin meluasnya wabah Pes, pemerintah setempat memutuskan untuk membatasi bahkan menghentikan aktivitas yang mendatangkan keramaian, seperti pasar hiburan, balap kuda, pasar tradisional hingga sirkus terkait untuk mengatur kebijakan politik tertentu.
Saat itu pemberitaan tersebut muncul dalam tulisan yang berasal dari media masa berbahasa Belanda dengan tulisan berjudul “Pest en Politiek” (Het Nieuws van den dag voor Nederlandsch) diterbitkan Indie, pada 5 Juli 1933.
Ditangani Dokter Slamet hingga Diabadikan Jadi Nama Rumah Sakit
Semakin menyebarnya penyakit tersebut hingga membuat Mantri Kesehatan yang saat itu dipegang oleh Iyas (tergabung dalam tim pemberantasan pes), juga terserang penyakit yang sama hingga akhirnya meninggal dunia.
Dengan keadaan yang semakin terdesak, akhirnya Mantri Kesehatan tersebut secara tugas juga dilakukan oleh ketua tim pemberantasan Pes bernama dr. Slamet Atmosoediro, selaku Kepala RSU yang telah ditunjuk oleh pemerintah Belanda untuk menghentikan penyebaran virus Pes itu.
Setelah dr. Slamet Atmosoediro meninggal dunia, kepala RS Garoet dilanjutkan oleh dr. H.R. Parjono Soerio Dipoero, pindahan dari RS Tasikmalaya. Ia menjabat kepala RSU Garoet dari tahun 1935 sampai 1945.
Untuk mengingat jasanya, nama dr. Slamet Atmosoediro dijadikan nama RSU Garoet, hingga dikenal sebagai RSU dr. Slamet hingga sekarang yang ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 51/Men.Kes/SK/II/79 tahun 1979 dilansir dari visitgarut.garutkab.go.id.