Mengenal Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah, Ini Perbedaan Keduanya
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang selama ini kita kenal, antara lain seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh Allah SWT, yang dalam pelaksanaannya dilandaskan dengan niat untuk mencari ridha Allah SWT.
Setiap umat beragama tidak akan lepas dari ibadah. Aktivitas ini bukan sekadar untuk menjalankan kewajiban dalam beragama, tapi juga menjadi sarana untuk mendekatkan umatnya pada Sang Pencipta.
Dalam Islam sendiri, ibadah merupakan salah satu tujuan diciptakannya manusia. Untuk meyakinkan dan mengingatkan kembali tujuan manusia tersebut, diutuslah para rasul dan diturunkan kitab-kitab kepada mereka.
-
Apa yang dilakukan dalam ibadah melempar jumrah? Melempar jumrah ialah sebuah tindakan melempar tujuh kerikil ke setiap jumrah menggunakan tangan kanan.
-
Kapan ibadah haji dilakukan? Pelaksanaan ibadah haji dilakukan setiap satu tahun sekali dan selalu memiliki jumlah jemaah yang banyak dan berasal dari seluruh penjuru dunia.
-
Kapan Kerto Pengalasan menunaikan ibadah haji? Pada dasawarsa 1860, nama Kerto Pengalasan muncul dalam buku harian seorang syekh tarekat Naqsyabandiah di Pulau Pinang yang menunjukkan bahwa dia sedang menunaikan ibadah haji.
-
Apa yang membedakan Jemaah An Nadzir dalam menjalankan ibadah? Semua tata cara ini merupakan bimbingan dari sang pendiri KH. Syamsuri Abdul Madjid yang mereka yakini sama persis dengan tata cara ibadah yang dilakukan oleh Rasulullah SAW.
-
Bagaimana tata cara memulai ibadah haji? Tata cara haji yang pertama adalah ihram. Ihram adalah niatan untuk masuk dalam manasik haji. Orang yang meninggalkan niat ini, maka hajinya tidak sah.
-
Apa saja jenis ibadah mahdhah? Ibadah mahdhah adalah ibadah yang selama ini kita kenal, antara lain seperti sholat, puasa, zakat, dan haji.
"Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (Q.S Adz-Dzariyat: 56).
Kita mungkin mengenal ibadah dalam bentuk sholat, tadarus, puasa, zakat, dan haji. Tidak salah, tapi jenis-jenis ibadah juga tidak hanya sebatas yang disebutkan tadi. Karena ibadah, memiliki cakupan yang sangat luas.
Mengutip muslim.or.id, secarag garis besar ulama membagi ibadah menjadi dua kelompok, yaitu ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah. Ya, meski sama-sama ibadah, namun baik ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah memiliki perbedaan masing-masing.
Apa saja perbedaan ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah? Kami akan menyampaikan penjelasan terkait perbedaan ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah berikut ini.
Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah
Menurut bahasa, mahdhah memiliki arti 'murni' atau 'tak bercampur'. Sedangkan ghairu mahdhah memiliki arti 'tidak murni' atau 'bercampur dengan yang lain'.
Ibadah mahdhah adalah ibadah yang selama ini kita kenal, antara lain seperti sholat, puasa, zakat, dan haji. Bahkan banyak kaum muslimin menganggap bahwa ibadah mereka adalah ibadah yang masuk ke dalam kelompok ibadah mahdhah.
Sedangkan ibadah ghairu mahdhah adalah segala amalan yang diizinkan oleh Allah SWT, yang dalam pelaksanaannya dilandaskan dengan niat untuk mencari ridha dan pahala dari Allah SWT. Dan jika tidak berdasarkan niat karena Allah SWT, maka amalannya tetap sah, hanya saja tidak ada nilai pahala dalam pengerjaannya.
Oleh karena itu, ibadah mahdhah dan ibadah ghairu mahdhah juga dikenal dengan sebutan ad-diin (urusan agama) untuk ibadah mahdhah, dan ad-dunya (urusan duniawi) sebagai sebutan ibadah ghairu mahdhah.
Ciri-Ciri Ibadah Mahdhah
Ibadah Mahdhah
Ibadah mahdha adalah ibadah yang murni ibadah. Ibadah mahdhah memiliki tiga ciri, yaitu:
- Ibadah mahdhah adalah amal dan ucapan yang merupakan jenis ibadah di mana penetapannya berasal dari dalil syariat. Jadi, semua perkataan atau ucapan dalam ibadah mahdhah tidaklah bernilai kecuali ibadah. Dengan kata lain, tidak bisa bernilai netral (bisa jadi ibadah atau bukan ibadah). Ibadah mahdhah juga memiliki dalil-dalil yang menunjukkan adanya larangan yang ditujukan kepada selain AllahSWT, karena hal itu termasuk dalam kemusyrikan.
- Ibadah mahdhah ditunjukkan dengan maksud pokok orang yang mengerjakannya, yaitu dalam rangka meraih pahala di akhirat.
- Ibadah mahdhah hanya bisa diketahui melalui jalan wahyu, dan tidak ada jalan yang lainnya, sekali pun melalui akal atau budaya.
Contoh sederhana dari ibadah mahdhah adalah sholat yang biasa kita kerjakan. Sholat termasuk ke dalam ibadah mahdhah karena memang ada perintah atau dalil khusus tentan pelaksanaan ibadah ini. Oleh karena itu, sholat memang sejak awal adalah aktivitas yang diperintahkan.
Orang-orang yang mengerjakan sholat pun berharap dapat mendapat balasan berupa pahala. Pelaksanaan dari sholat juga tidak bisa asal, karena sudah diatur melalui wahyu. Berapa kali pengerjaan sholat, kapan saja waktunya, berapa raka’at, bagaimana gerakan dan bacaannya, dan lain sebagainya yang berkaitan dengan sholat, hanya bisa diketahui melalui penjelasan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan bukan berasal dari pikiran seseorang atau budaya.
Ciri-Ciri Ibadah Ghairu Mahdhah
Ibadah Ghairu Mahdhah
Jika ibadah mahdhah adalah ibadah murni, maka ibadah ghairu mahdhah sebaliknya, adalah ibadah yang tidak murni. Ciri pada ibadah ghairu mahdhah juga berkebalikan dari ibadah mahdhah, di mana cirinya adalah:
- Perkataan atau perbuatan dalam ibadah ghairu mahdhah asalnya bukanlah ibadah. Akan tetapi, statusnya dapat merubah menjadi ibadah jika melihat dan menimbang niat orang yang melaksanakannya.
- Maksud pokok perbuatan tersebut adalah untuk memenuhi urusan atau kebutuhan yang bersifat duniawi, bukan untuk meraih pahala di akhirat.
- Amal perbuatan tersebut bisa diketahui dan bahkan sudah dikenal meskipun tidak ada wahyu dari para rasul.
Contoh sederhana dari ibadah ghairu mahdhah adalah ketika kita makan. Seperti yang kita tahu, makan bukanlah ibadah khusus, dan bahkan menjadi kebutuhan kita sehari-hari.
Kita bisa makan kapan saja, baik ketika lapar atau pun tidak. Apa yang dimakan pun bisa makanan apa saja, kecuali yang sudah diharamkan.
Namun, aktivitas makan kita bisa menjadi sebuah ibadah yang bahkan dinilai berpahala jika kita meniatkannya dengan sesuatu yang baik. Misalnya, kita berniat makan agar kuat dalam menjalankan ibadah wajib seperti sholat atau untuk berjalan ke masjid.
Makan juga dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pokok kita. Dalam pengerjaannya pun, kita tidak membutuhkan wahyu untuk makan, karena tanpa wahyu pun kita sudah tahu pentingnya makan dan memang membutuhkan makan.
Bagaimana Melakukan Ibadah Mahdhah dan Ghairu Mahdhah?
Cara Melakukan Ibadah Mahdhah
- Shalat 5 Waktu:
Shalat wajib 5 waktu yang diperintahkan Allah dalam Al-Qur'an, yaitu Subuh, Dzuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya.
- Puasa di Bulan Ramadhan:
Puasa yang wajib dilakukan umat muslim selama bulan Ramadhan.
- Zakat Fitrah:
Zakat fitrah yang wajib dikeluarkan setiap umat muslim, baik lelaki maupun perempuan, pada bulan Ramadhan pada Idul Fitri.
- Haji:
Ibadah haji ke Mekah yang merupakan salah satu ibadah wajib dalam Islam.
Cara Melakukan Ibadah Ghairu Mahdhah
- Bekerja agar Dapat Memberikan Nafkah kepada Keluarga:
Seorang kepala rumah tangga yang bekerja agar dapat memberikan nafkah kepada istri dan anak-anaknya dengan niat untuk memenuhi perintah Allah Ta’ala dan mendidik anak-anaknya agar mereka beribadah kepada Allah Ta’ala.
- Menikah dengan Niat Menjaga Diri dari Zina:
Seseorang yang menikah dengan niat untuk menjaga diri dari perbuatan zina, yang menjadikannya sebagai contoh ibadah ghairu mahdhah.
- Berbakti kepada Orang Tua:
Berbakti kepada orang tua sebagai contoh ibadah ghairu mahdhah karena tidak ada dalil yang secara eksplisit memerintahkan atau melarang tindakan tersebut.
- Dzikir dan Dakwah:
Dzikir dan dakwah sebagai contoh ibadah ghairu mahdhah karena tidak ada aturan khusus yang ditetapkan, tetapi diizinkan karena tidak ada larangan.
- Tolong Menolong:
Membersihkan sesuatu yang terkena najis sebelum melaksanakan ibadah shalat, serta menolong sesama yang sedang dalam kesulitan, sebagai contoh ibadah ghairu mahdhah.
- Belajar dan Mencari Nafkah:
Belajar dan mencari nafkah sebagai contoh ibadah ghairu mahdhah karena dilakukan dengan niat yang baik dan tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip agama.