Gelar Salat Iduladha, Pimpinan An-Nadzir Gowa: Perbedaan Tak Perlu Diperdebatkan
Samiruddin menegaskan menjunjung tinggi tolerasi dan tetap berpagang pada Alquran dan Hadis
Samiruddin menegaskan menjunjung tinggi tolerasi dan tetap berpagang pada Alquran dan Hadis
Gelar Salat Iduladha, Pimpinan An-Nadzir Gowa: Perbedaan Tak Perlu Diperdebatkan
Jemaah An Nadzir menggelar salat Iduladha di Masjid Baitul Muqaddis, Kampung Mawang, Kelurahan Romang Lompoa, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel), Minggu (16/6). Pimpinan Jemaah An Nadzir meminta perbedaan penetapan 10 Zulhijjah 1445 H tidak perlu diperbedatkan.
Pimpinan Jemaah An Nadzir, Ustaz Samiruddin Padamui meminta agar perbedaan penetapan 10 Zulhijjah tidak menjadi perdebatan.
Samiruddin menegaskan menjunjung tinggi tolerasi dan tetap berpagang pada Alquran dan Hadis.
"Kita tidak boleh memaksakan setiap hukum yang kita yakini sebuah kebenaran. Paling penting itu, kita pertanggungjawabkan baik itu dari dalil Alquran dan Hadis maupun bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah," ujar Samiruddin.
Samiruddin menjelaskan An Nadzir dalam menetapkan 1 Ramadan, 1 Syawal, 1 Zulhijjah memiliki metodologi tersebut dan sudah paten.
Ia mengaku untuk menentukan 1 Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah menggunakan alat bantu yang diyakini sangat akurat.
"Alhamdulillah kita dibantu dua aplikasi yang kita teliti selama 5 tahun dan hasilnya sangat akurat sekali. Sehingga sangat memudahkan untuk menentukan pergantian bulan mulai dari jam sampai menit," tuturnya.
Sebelumnya, Samiruddin menjelaskan secara metodologi, An Nadzir mulai melakukan pemantauan bulan pada 3 purnama yakni 14-16. Setelah menemukan titik purnama selanjutnya akan melakukan perhitungan lagi pada tiga purnama terakhi yakni pada 27-29.
"Berdasarkan hal tersebut, kata Samiruddin maka Jemaah An Nadzir Gowa Sulawesi Selatan telah memutuskan dan menetapkan 10 Zulhijah 1445 H / 2024 M dan pelaksanaan shalat Idul Adha 1445 H / 2024 M jatuh pada hari Ahad 16 Juni 2024 M," tuturnya.
Samiruddin menambahkan isi khotbah tentang bagaimana meneladani Nabi Ibrahim AS soal pengorbanan. Tak Hanya Nabi Ibrahim, Samiruddin juga mengajak jemaah An Nadzir untuk meneladani sosok Siti Hajar dan Nabi Ismail.
"Kita mengambil hikmah berkurban dari Nabi Ibrahim, Siti Hajar dan Ismail. Intinya pengorbanan," ucapnya.