Mengenal Si Windu, Kuda Putih Perkasa yang Jadi Ikon Kabupaten Kuningan
Disebutkan jika si Windu pernah membantu menyebarkan Agama Islam hingga ke Kerajaan Galuh Ciamis serta membantu Kesultanan Demak dan Kesultanan Banten untuk menyerbu benteng Potugis di Batavia bersama Ewangga yang merupakan Adipati Perang sekaligus anak dari Arya Kamuning, pemimpin tertinggi Kuningan di masa lalu.
Kuda menjadi salah satu bintang yang sudah banyak dikenal masyarakat, khususnya bagi warga Kuningan. Binatang bertubuh besar tersebut kerap ditemui di berbagai penjuru wilayah di pusat kota Kuningan.
Saking populernya, kuda menjadi logo utama dari kabupaten yang berada persis di kaki Gunung Ciremai, Jawa Barat tersebut. Diketahui jika kuda ikonik itu bernama Si Windu.
-
Apa kabar terbaru dari Nunung? Nunung bilang badannya sekarang udah sehat, ga ada keluhan lagi dari sakit yang dia alamin. Kemo sudah selesai "Nggak ada (keluhan), karena kemo-nya sudah selesai sudah baik, aman, Alhamdulillah," tuturnya.
-
Kapan Rohana Kudus mendirikan surat kabar Soenting Melajoe? Sebagai jurnalis perempuan pertama di Indonesia, Rohana Kudus mendirikan surat kabar khusus perempuan yang ia pimpin sendiri, bernama Soenting Melajoe pada 10 Juli 1912.
-
Kenapa berita hoaks ini beredar? Beredar sebuah tangkapan layar judul berita yang berisi Menteri Amerika Serikat menyebut Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) bodoh usai Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2 diserang hacker beredar di media sosial.
-
Kapan nama surat kabar Benih Merdeka diubah? Akhirnya pada tahun 1920, ia mengubah nama menjadi "Mardeka".
-
Apa isi dari surat kabar Soenting Melajoe? Terbit pertama kali pada 10 Juli 1912, isi dari surat kabar Soenting Melajoe ini seperti tajuk rencana, sajak-sajak, tulisan atau karya mengenai perempuan, hingga tulisan riwayat tokoh-tokoh kenamaan.
-
Siapa yang diduga berselingkuh dalam berita tersebut? Tersandung Dugaan Selingkuh, Ini Potret Gunawan Dwi Cahyo Suami Okie Agustina Gunawan Dwi Cahyo suami Okie Agustina kini sedang menjadi sorotan usai foto diduga dirinya menyebar di sosial media.
Si Windu merupakan hewan yang berjasa di wilayah Kabupaten Kuningan. Kuda putih itu milik Ewangga, anak sekaligus adipati perang dari Arya Kamuning seorang pemimpin dari Kuningan di masa lalu.
Si Windu Memiliki Kekuatan Luar Biasa
©2020 https://desa-cineumbeuy.kuningankab.go.id/
Seperti dilansir dari Facebook Gunung Ciremai, Windu merupakan kuda pemberian dari Sunan Gunung Jati di abad ke 15. Sebagai hadiah atas kepiawaian Ewangga dalam melakukan strategi peperangan. Ewangga sendiri dikenal sebagai ahli militer dari negeri Parahyangan yang memang jago dalam berperang.
Mungal Kartaningrat, selaku pemandu wisata di Keraton Kasepuhan Cirebon menyebut jika si Windu memiliki kekuatan yang luar biasa dibanding dengan kuda perang lainnya. Dilansir dari budaya-indonesia.org, hal itu disebabkan karena kuda putih itu merupakan hasil kawin silang dari kuda Sumbawa dan kuda milik Hadiwijaya atau Jaka Tingkir (Sultan Kerajaan Pajang). Tercatat dalam buku Encyclopaedie van Nederlansch-Indie karya van der Lith dan dipublis di Belanda antara tahun 1896-1905.
Bahkan saat situasi darurat kuda putih tersebut dapat diajak berlari sangat cepat. Ewangga pernah melakukan perjalanan dari Cirebon ke Kuningan dengan tempo yang cukup singkat. Ia melakukan perjalanan saat subuh dan tiba di wilayah Kuningan sebelum siang. Padahal jika menggunakan kuda biasa, dapat memakan waktu lebih lama dengan rute yang sama.
"Si Windu berlari dengan sangat cepat bila dibandingkan dengan kuda lain pada zamannya. Mungkin karena garis keturunannya itu, kuda putih tersebut tumbuh menjadi kuda yang bisa diandalkan dalam bermacam situasi.", ungkap Mungal di Cirebon beberapa waktu lalu.
Membantu Dua Misi Penting Kenegaraan
“Oleh karena kehebatan Si Windu itu, Ewangga langsung sreg. Tak butuh waktu lama bagi keduanya untuk beradaptasi sehingga mengerti satu sama lain. Mungkin bagi Ewangga, Si Windu itu seolah bisa berbicara bahasa manusia? Atau mungkin juga sebaliknya, Ewangga lah yang mengerti bahasa kuda?.” papar Mungal Kartaningrat.
Dalam catatan sejarah, Si Windu bersama Ewangga juga berhasil menyelesaikan dua misi penting kenegaraan. Bersama kuda putih perkasa, Ewangga ditugaskan untuk membantu penyebaran Islam di daerah selatan Jawa. Ia diminta untuk menyerbu Kerajaan Galuh, Ciamis yang saat itu menganut Hindu.
Selain itu, Ewangga juga mendapat tugas untuk pergi ke Indramayu. Ia meminta klarifikasi kepada Arya Wiralodra yang saat itu seolah tidak setuju dalam misi penggempuran Kerajaan Galuh Ciamis.
Tak Diketahui Jejak Si Windu
Disebutkan pula jika Si Windu ini pernah menemani Ewangga untuk membantu Kesultanan Demak dan Kesultanan Banten dalam menyerbu benteng Potugis di Batavia. Bersama kuda putih perkasa, Ewangga menyusuri pantai utara Jawa agar sampai di Batavia.
Salah seorang tokoh di Desa Manislor, Andis menyebutkan jika kegiatan penyerbuan itu berlangsung di kawasan Selatan Batavia (saat ini Jakarta Selatan). Salah satu taktik Ewangga agar peperangan bisa berlangsung lancar adalah dengan menamakan kawasan tersebut Kuningan, sama seperti nama daerah asal.
Hal tersebut agar para pasukan bisa betah di lokasi peperangan. Pasca perang Ewangga pun menetap di sana hingga meninggal. Setelah Ewangga meninggal, si Windu tak diketahui jejaknya hingga saat ini.
"Makam Eyang Ewangga ada di Kuningan, Jakarta Selatan" jelas Andis.