Menilik Nasihat Nenek Moyang Sunda di Naskah Amanat Galunggung, Ajak Anak Cucu Jaga Tanah Kelahiran
Nenek moyang Sunda zaman dahulu menginginkan tanah kelahirannya aman dan tidak diambil bangsa asing.
Nenek moyang Sunda zaman dahulu menginginkan tanah kelahirannya aman dan tidak diambil bangsa asing.
Menilik Nasihat Nenek Moyang Sunda di Naskah Amanat Galunggung, Ajak Anak Cucu Jaga Tanah Kelahiran
Naskah Amanat Galunggung merupakan catatan lisan nenek moyang Sunda yang berisi nasihat kepada anak cucunya.
Pesan utama yang dibawa adalah seputar kehidupan sampai permintaan untuk menjaga tanah kelahiran agar tak diganggu bangsa asing.
-
Apa isi pesan yang disampaikan dalam sisindiran Sunda "Aya roda na tanjakan Katinggang ku pangpung jengkol Aya randa gogoakan Katinggang ku pohpor banpol."? "Aya roda na tanjakanKatinggang ku pangpung jengkolAya randa gogoakanKatinggang ku pohpor banpol." Sisindiran Sunda ini menggambarkan sebuah nasihat. Seseorang yang sedang dalam kesulitan, atau melewati masa-masa sulit, pasti akan melewati fase tersebut dan mendapatkan kebahagiaan di kemudian hari, seperti halnya roda yang bisa menanjak meskipun terhalang oleh batu.
-
Di mana makam Sunan Nyamplung berada? Berlayar ke Pulau Genteng, di sana juga terdapat makam-makam leluhur. Salah satunya makam Mbah Endang Setiawati. Makamnya berbentuk punden yang berada di sebuah gumuk yang jaraknya hanya 150 meter dari garis pantai barat Pulau Genteng.
-
Kapan Hari Sirkus Sedunia diperingati? Hari Sirkus Sedunia yang diperingati setiap tanggal 17 April, adalah sebuah perayaan internasional yang didedikasikan untuk menghormati dan mengapresiasi seni pertunjukan sirkus serta para pemain dan seniman yang terlibat di dalamnya.
-
Mengapa kata-kata sisindiran Sunda dianggap kocak? Sisindiran Sunda ini juga mempunyai pesan yang hendak disampaikan pada pembaca atau para pendengar. Umumnya, sisindiran akan ditulis dalam dua hingga empat baris selayaknya bentuk pantun kebanyakan.
-
Apa saja sisa-sisa peradaban yang ditemukan di dasar Waduk Gajah Mungkur? Mereka menemukan bekas-bekas peradaban itu, seperti reruntuhan rumah, sumur tua, jembatan tua, dan juga jalur kuno yang dulunya menjadi rute gerilya Jenderal Soedirman.
-
Apa yang digambarkan oleh Naskah Sanghyang Raga Dewata? Naskah ini diketahui menggambarkan proses penciptaan alam semesta, serta tatanan hidup dalam nilai kosmologi yang dianut oleh masyarakat setempat.
Perkiraan Waktu Pembuatan
Dikutip dari jurnal.unigal.ac.id, naskah ini diperkirakan jadi salah satu warisan lisan Sunda tertua yang terarsip sejak 1518 masehi.
Usia yang mencapai 505 tahun ini merujuk pada bahan yang digunakan berupa bundelan daun palem yang diikat untaian tali ke sebilah bambu.
Kemudian, bundelan tersebut dimasukkan ke dalam kropak atau kotak kayu sebagai tempat penyimpanannya.
Pesan Raja Kerajaan Galuh Rakeyan Darmasika
Naskah tersebut secara utuh menuliskan pesan Raja Kerajaan Galuh yang berkuasa sampai ke wilayah Garut bernama Rakeyan Darmasika.
Ia menyampaikan sejumlah bekal kehidupan untuk sang putra bernama Lumahing Taman, beserta cucu, cicit, dan keturunannya.
Disebutkan bahwa pesan-pesan itu dimuat di banyak medium, namun hanya 6 lembar 13 halaman saja yang berhasil diselamatkan.
Jangan Keras Kepala
Merujuk lib.ui.ac.id, dalam buku berjudul “Sewaka Darma, Sanghyang siksakandang karesian, Amanat galunggung / Transkripsi dan terjemahan” karya Saleh Danasminta (1987), dijabarkan pokok isian dari Amanat Galunggung.
Gambar: Ilustrasi naskah Sunda kuna.
Pertama, manusia dilarang keras kepala. Ini akan menimbulkan perselisihan dan bentrok antar sesama.
Lalu dilarang berjodoh dengan saudara, jangan membunuh yang tak berdosa, dan jangan merampas hak orang lain.
Kemudian naskah kuno ini juga meminta agar tidak menyakiti hati yang tidak bersalah dan selalu mendengar nasihat ibu bapak
Jangan Menjelekkan Sesama Manusia
Selanjutnya naskah ini juga meminta agar keturunan Rakeyan Darmasika tidak menjelekkan sesama manusia, tidak mengindahkan ajaran patikrama, jangan berteriak saat berkata, dan jangan berbicara yang mengada-ngada.
Dituliskan Danasasmita, naskah tersebut mengatakan bahwa sifat-sifat tersebut akan membawa kepada kehancuran.
Karena mereka akan dibakar di negara bersama arwah pemalas, keras kepala, pandir, pemenung, pemalu, mudah tersinggung, lamban, kurang semangat, gemar tiduran, lengah, tidak tertib, mudah lupa, tak punya keberanian, mudah kecewa, keterlaluan dan lain-lain.
- Kisah Gunung Galunggung yang Melegenda di Tanah Sunda, Punya 620 Anak Tangga Menuju Puncak
- Jenderal TNI Angkat Tukang Becak jadi Anak, Alasannya Sungguh Luar Biasa
- Kata Singkat Keren Anak Muda, Kekinian Banget Bikin Hidupmu Makin Gaul
- Menangis saat Ucapkan Ijab Kabul, Ini Momen Haru Adik Gantikan Ayah jadi Wali Nikah Sang Kakak
Jadi Pendidikan Karakter Anak-Anak Sunda
Naskah ini juga dijadikan rujukan oleh para orang tua sebagai pendidikan karakter kepada anak-anak mereka.
Secara gamblang, naskah Amanat Galunggung mengajarkan manusia agar berjalan harmonis melalui penerapan nilai-nilai religius, jujur, toleransi, bekerja keras, semangat kebangsaan dan cinta tanah air, komunikatif, cinta damai, dan bertanggung jawab.
Untuk saat ini naskah tersebut tersimpan di Museum Nasional Jakarta dan diberi nomor kode MSA (Manuschrift Soenda A) atau Kropak 632.