Melihat Peradaban Jalur Kuno yang Terendam Waduk Gajah Mungkur, Dulunya Rute Gerilya Jenderal Soedirman
Jalur kuno itu telah terendam puluhan tahun. Di pinggirnya, masih tampak sisa-sisa bangunan dan jejak peninggalan lainnya.

Jalur kuno itu telah terendam puluhan tahun. Di pinggirnya, masih tampak sisa-sisa bangunan dan jejak peninggalan lainnya.

Melihat Peradaban Jalur Kuno yang Terendam Waduk Gajah Mungkur, Dulunya Rute Gerilya Jenderal Soedirman

Pembangunan Waduk Gajah Mungkur dilakukan dengan menenggelamkan sebanyak 51 desa. Pemukiman penduduk pada desa-desa itu seketika hilang tenggelam di dasar waduk.

Fenomena El Nino pada tahun 2023 membuat Waduk Gajah Mungkur mengering. Dasar waduk yang sebelumnya terendam kembali tersingkap, memperlihatkan bekas-bekas peradaban masa silam.
Beberapa waktu lalu, kanal YouTube Cerita Desa Indonesia berkunjung ke Waduk Gajah Mungkur dan menjelajahi kawasan waduk yang telah mengering itu.
Mereka menemukan bekas-bekas peradaban itu, seperti reruntuhan rumah, sumur tua, jembatan tua, dan juga jalur kuno yang dulunya menjadi rute gerilya Jenderal Soedirman.
Seperti apa keseruan mereka?
Jalan yang dilewati kru kanal YouTube Cerita Desa Indonesia adalah jalan tanah berkerikil yang lebar. Banyak warga yang beraktivitas melalui jalanan itu dengan kendaraan bermotornya. Sementara di sisi kanan kiri jalan, luasnya lahan dimanfaatkan warga untuk bertani padi.

Siapa sangka, dulunya hamparan lahan yang luas beserta jalan berkerikil itu merupakan bagian dari Waduk Gajah Mungkur. Selain sawah, dasar waduk itu kini telah banyak ditumbuhi rumput-rumput yang menghijau. Serasa berada di savana yang luas di benua Afrika.

Mengutip YouTube Cerita Desa Indonesia, dulunya jalan berkerikil itu adalah rute yang pernah dilalui Jenderal Soedirman saat bergerilya.
Setelah terendam air puluhan tahun, kini rute itu muncul lagi, menyingkap kembali jejak sejarah masa lampau yang pernah terekam di jalan itu.
Sebagai penanda bahwa jalan itu pernah dilalui Jenderal Soedirman, di sepanjang jalan dipasang tugu yang ukurannya beragam. Tinggi pendeknya tugu tergantung seberapa dalam dasarnya.
Agak menjauh dari jalan, tampak sebuah sumur tua yang berdiri di atas permukaan tanah kering kerontang. Di sekitarnya masih ditemui pondasi rumah. Namun sumur tua itu adalah satu-satunya peninggalan yang masih tampak utuh.

Walaupun telah terendam air selama puluhan tahun, sumur tua itu tampak masih berdiri kokoh. Di dalam sumur itu masih terlihat persediaan air jernih yang melimpah.
Di sekitar sumur, masih tampak sisa-sisa bagian terbawah batang pohon kelapa. Pondasi-pondasi rumah pun masih banyak ditemui di sana.
Kemungkinan besar dulunya daerah itu merupakan desa padat penduduk.
Kembali ke jalan kuno rute Jenderal Soedirman, tepat di samping jalan masih terdapat pondasi-pondasi bangunan yang masih terlihat dan belum terendam tanah. Diduga dulunya pondasi itu merupakan bekas bangunan toko.


Total ada sepuluh tugu penanda yang ditemui di jalan kuno tersebut. Tidak semua tugu dalam kondisi baik. Beberapa tugu yang dijumpai bahkan sudah miring hampir menyentuh tanah.