Melihat Suasana Desa yang Akan Ditenggelamkan untuk Proyek Bendungan, Ada Pohon Jati Berusia 500 Tahun
Hampir semua rumah di sana terbuat dari kayu jati. Suasananya terasa asri khas pedesaan kuno
Hampir semua rumah di sana terbuat dari kayu jati. Suasananya terasa asri khas pedesaan kuno
Melihat Suasana Desa yang Akan Ditenggelamkan untuk Proyek Bendungan, Ada Pohon Jati Berusia 500 Tahun
Mungkin tak lama lagi, nama Desa Kedung Glantik hanya tinggal kenangan. Desa itu lokasinya tepat berada di tengah-tengah proyek pembangunan Bendungan Jragung yang menjadi salah satu Proyek Strategis Nasional Pemerintah.
Pembangunan bendungan itu direncanakan rampung pada tahun 2024 nanti. Apabila proyek itu telah selesai, bisa dipastikan Desa Kedung Glantik akan ikut tenggelam di dasar bendungan.
-
Kenapa Desa Kedung Glatik akan ditenggelamkan? Namun tak lama lagi kampung kuno itu hanya akan jadi kenangan karena akan ditenggelamkan untuk pembangunan waduk Jragung.
-
Di mana desa yang terancam tenggelam? Desa Cemarajaya pesisir ini terancam tenggelam imbas dari abrasi.
-
Mengapa Desa Cemara terancam tenggelam? Desa Cemarajaya pesisir ini terancam tenggelam imbas dari abrasi.
-
Di mana Desa Kedung Glatik berada? Kampung Kedung Glatik yang berada di Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang merupakan sebuah kampung kuno berusia ratusan tahun.
-
Apa yang menyebabkan kampung di Jakarta Barat ini tenggelam? Ditambahkan Ji’I, jika salah satu pemicu daerah tersebut tergenang adalah masifnya pembangunan yang tidak memperhatikan kondisi lingkungan. Diceritakan jika tahun 1988 sebuah kompleks pergudangan dibangun hingga mengorban resapan air. Akibatnya air saat hujan jatuh dan menggenangi kampung tersebut sehingga terkumpul.
-
Bagaimana Desa Legetang lenyap? Namun, pemandangan yang mereka dapati membuat mereka terkejut. Gunung yang berada di dekat desa terbelah menjadi dua bagian, menyisakan sebuah lembah yang dalam. Hal yang lebih mengejutkan lagi, desa mereka telah tertimbun di dalam lembah tersebut.
Sebelum desa itu nantinya benar-benar tenggelam, pada tanggal 29 Oktober 2023 lalu kanal YouTube Cerita Desa Indonesia mengadakan kunjungan ke Desa Kedung Glantik. Terlihat dari udara wilayah desa itu dikelilingi perbukitan. Lahan bukit di sekeliling desa itu sudah tandus karena pengerukan proyek Bendungan Jragung.
Namun masih banyak warga yang tinggal di desa itu. Kepada Cerita Desa Indonesia, mereka berbagi cerita tentang hal-hal menarik di desa yang akan segera tenggelam itu.
“Sebelah sana itu dulu hutan lebat dan luas, mas. Penuh dengan hutan jati seperti itu. Yang mengelola juga pemerintah. Makanya dulu pernah ada harimau memangsa kambing di sana. Hewan itu masuk kampung sini lalu dikejar sama warga,” kata salah seorang warga di sana.
Di Desa Kedung Glantik, masih banyak dijumpai rumah tradisional yang terbuat dari kayu. Bahan kayu tersebut memudahkan warga jika sewaktu-waktu harus dipindahkan terutama saat musim penghujan tiba. Setiap rumah selalu diberi tumpukan batu kali kecil sebagai penompang, sehingga mudah untuk diangkat.
Di tengah perkampungan, terdapat sebuah pohon jati alami yang usianya sudah lebih dari 500 tahun. Dulu pohon jati serupa banyak dijumpai di desa itu.
Tak jauh dari Desa Kedung Glantik, terdapat sungai yang sangat lebar. Pada musim kemarau airnya telah mengering. Tapi kalau musim hujan, air sungai itu sering meluap dan menyebabkan permukiman desa ikut kebanjiran.
Di desa itu, terdapat sebuah masjid kuno yang terbuat dari kayu jati. Karena semua bahan terbuat dari kayu, suasana masjid itu cukup dingin. Bahkan lantainya juga terbuat dari kayu. Sama seperti rumah-rumah di sana, nantinya masjid itu juga ikut tenggelam karena pembangunan Bendungan Jragung.
Dikutip dari Pu.go.id, Bendungan Jragung rencananya memiliki kapasitas tampung 90 juta meter kubik.
Airnya akan dimanfaatkan untuk wilayah Kota Semarang sebesar 500 liter per detik, Kabupaten Grobogan sebesar 250 liter per detik, dan Kabupaten Demak sebesar 250 liter per detik.
Airnya juga akan digunakan untuk menyuplai daerah irigasi Jragung seluas 4.528 hektare di Kabupaten Demak.