Cerita Warga Kunjungi Waduk Jatigede yang Surut, Kenang Tempat Tinggal yang Kembali Muncul
Warga menyaksikan bekas tempat tinggal mereka dari tengah waduk.
Warga menyaksikan bekas tempat tinggal mereka dari tengah waduk.
Cerita Warga Kunjungi Waduk Jatigede yang Surut, Kenang Tempat Tinggal yang Kembali Muncul
Surutnya Waduk Jatigede di wilayah Desa Cipaku, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat membuat warga antusias mendatanginya. Banyak di antara mereka yang ingin sekedar berwisata, termasuk mengenang tempat tinggal sebelum ditenggelamkan.
-
Kenapa Waduk Jatigede surut? Namun di musim kemarau ini sejak Juni lalu, bangunan-bangunan rumah, puskesmas sampai sekolah kembali muncul di permukaan.
-
Mengapa Waduk Jatigede surut? Adapun saat ini kondisi Waduk Jatigede memang tengah surut. Kondisi ini sudah terjadi hampir tiap tahun saat musim kemarau panjang. Saat bulan Juli sampai Oktober volume air sudah tidak tampak, dan hanya menyisakan bagian dasar waduh yang sudah kering.
-
Apa yang muncul di Waduk Jatigede saat surut? Tampak Waduk Jatigede dalam keadaan surut sejak empat bulan terakhir. Kondisi ini membuat kampung-kampung yang sebelumnya ditenggelamkan kembali bermunculan. SDN Cipaku jadi salah satunya. Masih terlihat puing-puingnya
-
Apa yang muncul kembali di Waduk Jatigede? Namun belakangan perkampungan tersebut justru kembali muncul di permukaan lantaran kondisi waduk yang surut. Salah satu yang terlihat kembali adalah bangunan bekas SMP Sukamenak.
Teriknya musim kemarau tahun ini membuat 28 desa di empat kecamatan yakni Darmaraja, Wado, Jatigede dan Jatinunggal kembali terlihat.
Terdapat bangunan berupa puing masjid, tempat tinggal sampai pemakaman yang kembali muncul.
Warga kemudian berbondong-bondong masuk ke area waduk yang kini mengering untuk mengenang kembali kehidupan di masa lalu. Berikut selengkapnya
Kampung yang Ditenggelamkan
Mengutip kanal YouTube Sisi Cahaya Pedesaan, Minggu (15/10), dibangunnya Waduk Jatigede beberapa tahun lalu membuat banyak perkampungan yang harus ditenggelamkan.
Dulunya perkampungan di sana saling terhubung dengan jalan, termasuk adanya lapangan untuk lokasi berkumpul.
“Kalau saya (dulu) masuknya Desa Cipaku, dan sekarang habis. Penduduknya itu yang paling besar Desa Cipaku, Pakualam itu pada nyebar semua di sekeliling waduk. Jadi untuk bertemu susah, mencar semua,” kata salah satu warga Cipaku, Darto.
Dulunya Tetangga, Kini Sulit untuk Bertemu
“Kalau saya (dulu) masuknya Desa Cipaku, dan sekarang habis. Penduduknya itu yang paling besar Desa Cipaku, Pakualam itu pada nyebar semua di sekeliling waduk. Jadi untuk bertemu susah, mencar semua,” kata warga Cipaku, Darto.
Hanya bisa kumpul saat terdapat hajatan
Warga yang mendiami area waduk pun kini sudah memilih untuk menempati tempat tinggal baru di wilayah yang tidak terdampak bendungan.
Walau demikian, mereka terkadang masih sempat bertemu dan berkumpul saat terdapat acara berupa hajatan dan yang lainnya.
“Paling ketemuannya kalau pas ada hajatan, aqiqahan, kematian, itu pasti pada kumpul sebagian. Kalau di titik ini (tempat berdiri) perbatasan, dulunya ada jalan sampai ke persawahan di ujung sana,” tambah dia.
Didatangi banyak warga
Selama beberapa bulan ini surut, warga juga banyak yang mendatanginya secara rombongan. Mereka ingin mengetahui tentang kondisi waduk yang diklaim salah satu terbesar di Indonesia itu.
Banyak juga warga lokal yang memanfaatkan keringnya waduk untuk mencari kayu bakar, ikan, tutut sampai melakukan aktivitas pertanian.
Menurut informasi, saat ini genangan air hanya tersisa di bagian tengah bendungan dengan posisi yang masing-masing jauh ke daratan.
Rela berjalan kali jauh jauh
Demi melihat kondisi rumah, tak sedikit juga warga yang rela berjalan jauh dari kediamannya saat ini menuju titik Waduk Jatigee yang surut dan mengering.
Warga tersebut datang bersama rekannya yang ingin mengenang rumahnya yang kini mulai kembali terlihat.
Walau sudah lanjut usia, mereka rela berjalan jauh dari Cilembu di tengah kondisi terik siang hari.
“Sedang melihat bekas rumah bersama teman saya. Kalau saya agak jauh di tengah sana. Sekarang pindahnya ke Cilembu,” katanya