Menyusuri Kampung Unik Salapan Karawang, Hanya Boleh Dihuni 9 Keluarga
Sesuai dengan namanya Kampung Salapan yang berarti 9. Kampung ini hanya boleh dihuni 9 keluarga, terdiri dari 27 jiwa baik orang dewasa hingga anak-anak. Tidak lebih, tidak kurang. Apabila jumlah keluarga melebihi 9 keluarga, maka salah satu keluarga harus keluar dari kampung ini.
Jauh dari hiruk pikuk kota, menyusuri jalan panjang dengan hamparan sawah. Sebuah papan bertulis Selamat Datang Kampung 9 tergeletak di bawah pohon rindang. Menjadi penanda sudah sampai di Kampung Salapan, Karawang, Jawa Barat. Sekilas memang nampak sama dengan kampung yang ada di desa-desa lainnya.
Namun, kampung ini punya keunikan tersendiri. Sesuai dengan namanya Kampung Salapan yang berarti 9. Kampung ini hanya boleh dihuni 9 keluarga, terdiri dari 27 jiwa baik orang dewasa hingga anak-anak. Tidak lebih, tidak kurang.
-
Apa yang digambarkan dalam foto yang beredar? Dalam foto yang beredar memperlihatkan orang-orang mengangkut balok batu berukuran besar.
-
Kapan kamera ini akan mulai mengambil gambar pertama? Setelah dipasang dan diuji, kamera LSST siap untuk mulai mengambil gambar. Namun, target pertama dari gambar tersebut belum dipilih.
-
Kapan Lontong Kari Kebon Karet pertama kali dibuka? Lontong Kari Kebon Karet dibuka pertama kali oleh orang tua saya tepatnya pada tahun 1966.
-
Mengapa foto Bumi pertama dari luar angkasa dianggap penting? Foto hitam-putih yang buram merupakan tonggak penting di zaman ketika teknologi belum maju.
-
Apa yang dirayakan dalam foto-foto tersebut? 8 Foto Ulang Tahun Kayma Jayna Agyra Ke-1, Bukan Cucu Orang Sembarangan!
Sejak dulu hingga kini, jumlah kepala keluarga tidak pernah mengalami penambahan. Apabila jumlah keluarga melebihi 9 keluarga, maka salah satu keluarga harus keluar dari kampung ini. Warga Kampung Salapan percaya, jika aturan tersebut dilanggar, maka Kampung Salapan akan mengalami musibah.
©2021 Merdeka.com/Kuncoro Widyo Rumpoko
Sembilan rumah untuk 9 keluarga mengisi Kampung Salapan. Jika diamati, Kampung Salapan memiliki bentuk rumah yang hampir sama yaitu persegi panjang. 9 tangkai padi tergantung di setiap pintu rumah warga, menjadi bagian dari kepercayaan warga Kampung Salapan.
Selain berisi, ruang tamu, keluarga, dan kamar tidur. Di dalam rumah biasanya terdapat Goah sebagai tempat penyimpanan makanan. Namun ada pula, Goah dijadikan tempat penyimpan sesaji. Sesaji pada ruang Goah ini biasanya terdiri dari bunga 7 rupa, kemenyan, kelapa muda, dan kopi yang diletakkan di atas padaringan (tempat penyimpanan beras).
©2021 Merdeka.com/Kuncoro Widyo Rumpoko
Sebuah tradisi di Kampung 9 juga masih kental hingga kini. Saat dalam acara tradisi mereka akan menggunakan baju adat biru tua dongker. Tradisi yang masih dilakukan ialah adat Nyalin dan Ngabungang.
Upacara Nyalin merupakan rangkaian upacara ritual yang masih dilaksanakan sebagian kecil para petani. Upacara ini dilaksanakan ketika tanaman hendak dipanen dan akan diganti dengan tanaman yang baru. Upacara Nyalin ini dilaksanakan satu tahun satu kali dan dilaksanakan secara individu.
Ngabungbang merupakan tradisi tidak tidur semalaman di tempat terbuka tiap malam Sabtu. Dalam tradisi ngabungbang biasanya ada petuah dari warga kampung tersebut yang ditokohkan. Waktu ritual dilakukan pada malam Sabtu dan dilakukan semalam suntuk dengan tidak tidur semalaman.
©2021 Merdeka.com/Kuncoro Widyo Rumpoko
Dulunya, kampung ini bukan bernama Kampung 9. Melainkan kampung Babakan Nonolo atau Kampung Timbul. Nama Kampung 9 mulai digunakan pada tahun 2010 setelah ditemukan batu bata merah raksasa di areal persawahan oleh tim arkeolog Bandung
Hasil penelitian mengungkapkan bahwa bata merah berukuran besar 20x35 tersebut diduga peninggalan abad ke-3. Ada juga yang menyebutkan bahwa bangunan ini terlebih dahulu ada sebelum Candi Jiwa berdiri di Batujaya. Bata merah nampak persis dengan bata merah di Candi Batujaya.
Potongan bata merah masih dirawat dalam rumah sebagai bukti sejarah kampung 9. Disimpan oleh tetua Ato, warga tertua di Kampung 9. Batu merah ini menjadi bukti adanya kampung sembilan.
©2021 Merdeka.com/Kuncoro Widyo Rumpoko
Kampung dengan 9 rumah ini nampak asri dengan suasana desa yang khas. Kampungnya yang kecil membuat para warganya hidup berdampingan dan erat ikatan kekeluargaannya.
Rata-rata warga berprofresi sebagai peternak dan petani. Kandang dengan kambing, dan lahan persawahan adalah pemandangan yang mudah dijumpai di kampung ini.
(mdk/Tys)