OCD Adalah Kondisi Pikiran dan Obsesi yang Tak Terkendali, Berikut Penjelasannya
OCD adalah suatu kondisi kesehatan mental yang melibatkan pikiran yang mengganggu, obsesif, dan tindakan fisik atau mental yang berulang dan kompulsif.
Obssesive-Compulsive Disorder atau biasa disingkat dengan OCD adalah suatu kondisi kesehatan mental yang melibatkan pikiran yang mengganggu, obsesif, dan tindakan fisik atau mental yang berulang dan kompulsif.
OCD bukan kebiasaan seperti menggigit kuku atau memikirkan pikiran negatif. Pemikiran obsesif memandang bahwa angka atau warna tertentu itu "baik" atau "buruk". Sedangkan kebiasaan kompulsif bisa berupa keharusan mencuci tangan tujuh kali setelah menyentuh sesuatu yang mungkin kotor. Meskipun Anda mungkin tidak ingin melakukan hal-hal ini, Anda merasa tidak bisa untuk berhenti merasa tidak nyaman jika tidak melakukannya.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Siapa saja yang bertarung dalam Pilkada Jabar? Khusus di Jawa Barat diikuti empat pasangan calon (paslon) yang mendaftar di KPUD Jawa Barat.
-
Siapa yang menggugat Polda Jabar dalam sidang praperadilan tersebut? Majelis hakim Pengadilan Negeri (PN) Bandung mengabulkan permohonan gugatan sidang praperadilan tim kuasa hukum Pegi Setiawan.
-
Bagaimana cara mengamalkan dzikir "Ya Jabbar"? Mengamalkan dzikir “Ya Jabbar” adalah sebuah praktik spiritual dalam Islam yang bertujuan untuk mengingat dan memohon kepada Allah SWT dengan menggunakan salah satu dari Asmaul Husna, yaitu “Al Jabbar” yang berarti “Yang Maha Perkasa”.
-
Siapa saja yang dapat mengamalkan dzikir "Ya Jabbar"? Cara mengamalkan Ya Jabbar ini perlu diketahui umat muslim.
-
Kapan dzikir "Ya Jabbar" dianjurkan untuk diamalkan? Dzikir “Ya Jabbar” adalah salah satu cara bagi umat Islam untuk mengingat dan memohon kepada Allah SWT dengan harapan bahwa-Nya akan memberikan apa yang mereka butuhkan sesuai dengan sifat-sifat-Nya yang agung.
Penderita OCD mungkin mencoba untuk mengabaikan atau menghentikan kebiasaan mereka, tetapi hal itu hanya akan meningkatkan rasa cemas mereka. Pada akhirnya, mereka merasa terdorong melakukan tindakan kompulsif untuk meredakan stres mereka. Kondisi ini akan terus berlanjut, sehingga dapat mengarah pada perilaku yang lebih ritualistik.
Melansir dari medicalnewstoday.com, akan kami jelaskan mengenai gejala, penyebab, dan bagaimana cara mengobati kondisi OCD ini.
Gejala OCD
www.newsms.fm
OCD adalah kondisi kesehatan mental yang melibatkan obsesi atau kompulsi, yaitu tindakan yang membuat stres, dan pikiran yang berulang-ulang. OCD adalah tantangan bagi penderitanya untuk bisa melakukan tugas sehari-hari. Berikut gejala OCD:
Obsesi
Pada orang dengan OCD, rasa khawatir dan cemas dapat mengambil alih, sehingga sulit untuk melakukan tugas sehari-hari. Gejala umum dari kecemasan ini meliputi:
- Kontaminasi oleh cairan tubuh, kuman, kotoran, dan zat lainnya
- Kehilangan kendali, seperti rasa takut bertindak atas dorongan untuk menyakiti diri sendiri atau menyakiti orang lain
- Perfeksionisme, yang mungkin melibatkan rasa takut kehilangan barang atau fokus yang kuat pada ketepatan
- Bahaya, termasuk ketakutan bertanggung jawab atas peristiwa bencana
- Pikiran seksual yang tidak diinginkan, termasuk pikiran tentang aktivitas yang tidak pantas
- Keyakinan agama atau takhayul, seperti kekhawatiran tentang menyinggung Tuhan, atau khawatir akan takhayul seperti duduk di atas bantal atau duduk di depan pintu.
Kompulsi
Tidak setiap perilaku berulang adalah suatu keharusan. Kebanyakan orang menggunakan perilaku berulang, seperti rutinitas sebelum tidur, untuk membantu mereka mengatur kehidupan sehari-hari.
Namun, bagi penderita OCD, kebutuhan untuk melakukan perilaku berulang sangat kuat, sering dilakukan, dan memakan waktu. Beberapa contoh termasuk gejala kompulsi antara lain:
- mencuci dan membersihkan, termasuk mencuci tangan
- memantau gejala pada tubuh
- mengulangi aktivitas rutin, seperti bangun dari kursi
- dorongan mental, seperti berulang kali meninjau suatu peristiwa
Penyebab OCD
Para ahli tidak mengetahui apa yang menjadi penyebab OCD, tetapi ada beberapa teori yang muncul terkait kondisi ini. Faktor genetik, neurologis, perilaku, kognitif, dan lingkungan semuanya dapat berkontribusi.
©shutterstock.com/Jordan Edgcomb
Genetik
OCD tampaknya diturunkan dalam lingkungan keluarga, menunjukkan kemungkinan adanya hubungan genetik, yang sedang diselidiki para ahli.
Studi pencitraan menunjukkan bahwa otak orang dengan OCD berfungsi dengan perbedaan karakteristik. Gen yang memengaruhi cara otak merespons neurotransmiter dopamin dan serotonin, misalnya, dapat berperan dalam menyebabkan gangguan tersebut.
Penyebab terkait autoimun
Terkadang, gejala OCD muncul pada anak-anak setelah terjadi infeksi, di mana gejala OCD adalah sebagai berikut:
- infeksi streptokokus grup A, termasuk radang tenggorokan
- Penyakit Lyme
- virus flu H1N1
Dokter terkadang menyebut kejadian ini gejala OCD pediatric akut-onset neuropsychiatric syndrome (PANS).
Pada anak dengan PANS, gejala muncul secara tiba-tiba dan mencapai intensitas penuh dalam waktu 24–72 jam. Mereka mungkin dapat menghilang tetapi juga dapat kambuh di lain waktu.
Perilaku
Satu teori menunjukkan bahwa seseorang dengan OCD belajar untuk menghindari rasa takut yang terkait dengan situasi atau objek tertentu, dengan melakukan ritual untuk mengurangi risiko yang dirasakan.
Ketakutan awal mungkin dimulai sekitar periode stres yang intens, seperti peristiwa traumatis atau kehilangan yang signifikan. Setelah orang tersebut mengasosiasikan objek atau keadaan dengan perasaan takut ini, mereka mulai menghindari objek atau situasi itu dengan cara yang menjadi ciri OCD.
Penyebab kognitif
Teori lain adalah bahwa OCD dimulai ketika orang salah menafsirkan pikiran mereka sendiri. Kebanyakan orang terkadang memiliki pikiran yang tidak diinginkan atau mengganggu, tetapi bagi penderita OCD, pentingnya pemikiran ini menjadi lebih intens atau ekstrem.
Seseorang dengan OCD merasa yakin bahwa tindakan dalam pikirannya kemungkinan besar akan terjadi. Sebagai tanggapan, mereka mengambil tindakan yang berlebihan dan terus menerus untuk mencegah ancaman atau bahaya.
Penyebab lingkungan
Terakhir, penyebab OCD adalah dari lingkungan. Peristiwa kehidupan yang penuh tekanan dapat memicu OCD pada orang dengan kecenderungan, genetik atau lainnya.
Banyak orang melaporkan bahwa gejala muncul dalam waktu 6 bulan setelah kejadian seperti:
- persalinan
- komplikasi selama kehamilan atau persalinan
- konflik parah
- penyakit serius
- cedera otak traumatis
Selain itu, OCD dapat terjadi bersamaan dengan gangguan stres pascatrauma, atau PTSD.
Cara Pengobatan
Ada pengobatan yang efektif untuk OCD. Pendekatan yang tepat bergantung pada kumpulan gejala orang tersebut dan sejauh mana gejala tersebut mempengaruhi kehidupan dan kesejahteraan orang tersebut. Beberapa opsi pengobatan OCD:
Terapi perilaku kognitif
Jenis psikoterapi ini, terkadang disebut CBT, yang dapat membantu seseorang mengubah cara berpikir, merasa, dan berperilaku. Ini mungkin melibatkan dua perawatan berbeda: eksposur dan pencegahan respons (ERP) dan terapi kognitif.
ERP sendiri melibatkan:
- Eksposur: Ini membuat orang tersebut terpapar situasi dan objek yang memicu ketakutan dan kecemasan. Seiring waktu, melalui proses yang disebut habituasi, pemaparan berulang-ulang menyebabkan penurunan atau hilangnya kecemasan.
- Respon: Ini mengajarkan orang tersebut untuk menolak melakukan perilaku kompulsif.
Terapi kognitif dimulai dengan mendorong orang tersebut untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi kembali keyakinan mereka tentang konsekuensi dari keterlibatan atau ketika menahan diri untuk tidak terlibat dalam perilaku kompulsif.
Obat-obatan
©©2012 Shutterstock/Oliver Sved
Sejumlah obat dapat membantu mengobati OCD, seperti inhibitor reuptake serotonin selektif (SSRI), yang merupakan sejenis antidepresan.
Beberapa contohnya antara lain:
- escitalopram (Lexapro)
- fluvoxamine (Luvox)
- paroxetine (Paxil)
- fluoxetine (Prozac)
- sertraline (Zoloft)
Dokter mungkin meresepkan dosis yang lebih tinggi untuk mengobati OCD, dibandingkan dengan penderita depresi. Namun, seseorang mungkin masih belum melihat efeknya hingga 3 bulan.
Sebagian penderita OCD mungkin tidak bisa merespon pengobatan SSRI saja, sehingga dokter mungkin akan meresepkan obat antipsikotik juga. Selain itu, pada tahun 2010, beberapa peneliti mencatat bahwa obat tuberkulosis D-cycloserine (Seromycin) bersama CBT dapat membantu mengobati OCD.