Pengertian Cerita Jenaka beserta Ciri-ciri, Fungsi, dan Tujuannya
Cerita jenaka merupakan bagian dari cerita rakyat yang memiliki unsur jenaka atau lucu sehingga siapa saja yang membacanya dapat tertawa.
Membaca sebuah cerita bisa menjadi aktivitas menyenangkan untuk mengisi waktu luang. Setiap kisahnya seakan mengajak kita masuk ke dalam cerita. Itulah kenapa, sebuah cerita bisa mempengaruhi emosi dari pembacanya.
Salah satu cerita yang bisa Anda baca untuk memperbaiki suasana hati adalah cerita jenaka. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian cerita jenaka adalah cerita penghibur yang membangkitkan tawa, jenaka, keriangan atau sindiran.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Kapan Rafathar potong rambut? 3 Namun, ternyata Raffi dan Nagita ingin anak mereka tampil berbeda menjelang Hari Raya Idul Fitri yang tidak lama lagi.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
-
Apa itu jamak taqdim? Jamak Taqdim yaitu menggabungkan dua sholat dengan cara mengerjakannya di waktu sholat yang pertama.
Cerita jenaka merupakan bagian dari cerita rakyat yang memiliki unsur jenaka atau lucu sehingga siapa saja yang membacanya dapat tertawa. Cerita ini biasanya didasarkan pada kehidupan masyarakat sehari-hari, dengan alur cerita yang berpusat pada kelakuan dari si pelaku.
Dalam artikel berikut ini, kami akan sampaikan apa itu pengertian cerita jenaka beserta ciri-ciri dan tujuannya.
Pengertian Cerita Jenaka
Pengertian cerita jenaka adalah cerita yang di dalamnya mengandung unsur humor atau kelucuan. Cerita ini bisa membangkitkan tawa, kocak, lucu, dan menggelikan. Banyak cerita jenaka bisa lahir karena kecenderungan manusia yang suka berlebih-lebihan.
Menurut Hasanuddin W.S. dalam buku Ensiklopedi Sastra Indonesia (2004), pengertian cerita jenaka adalah cerita lucu yang mengandung perbandingan atau sindiran yang dapat menghibur pembaca.
Kemudian menurut Abdul Rozak Zaidan, pengertian cerita jenaka adalah cerita olok-olok atau kelakar, yang juga dapat diartikan sebagai cerita penghibur dengan isi berupa kelucuan, perbandingan, atau sindiran.
Ciri-ciri Cerita Jenaka
Pengertian cerita jenaka adalah cerita rakyat yang lucu dan menghibur. Dalam sebuah cerita jenaka, terdapat ciri-ciri yang membuat kita dapat mengenali bahwa apa yang kita baca merupakan cerita jenaka. Dari laman rumus.co.id, berikut adalah ciri-ciri cerita jenaka:
Ciri dengan membentuk pola.
- Judul cerita
- Cakupan (jika ada)
- Aksi
- Nama karakter
- Karakter
- Sumber paling lucu yang berasal dari alam dengan tindakan dari pemeran utama
Ciri yang paling umum
- karakter cerdas
- karakter pintar dan bodoh
- karakter bodoh dan malang
- Pengaturan yang nyata atau kehidupan yang dialami orang tersebut
- Sebagai hiburan yang dijadikan kritik sosial
Fungsi Cerita Jenaka
Selain digunakan sebagai penghibur, fungsi lain dari cerita jenaka adalah sebagai berikut:
- Untuk hiburan
- Penyediaan instruksi dan pendidikan
- Berisi saran
- Sebagai sarana kritik sosial
Tujuan Cerita Jenaka
Cerita jenaka memiliki tujuan untuk menghibur pembaca atau dijadikan sebagai kisah penghibur yang membangkitkan tawa sambal sekaligus mendidik pembaca.
Untuk mencapai tujuan tersebut sebuah cerita jenaka harus memenuhi syarat seperti melebih-lebihkan dari suatu kewajaran atau dengan kata lain cerita harus aneh, absurd atau tidak masuk akal agar menimbulkan kelucuan, sindiran, dan menggelikan hati.
Cerita jenaka biasanya diceritakan dengan maksud sebagai hiburan, petunjuk, sindiran dan lain-lain. Perwatakan tokoh dalam cerita jenaka ini digambarkan dengan tabiat dan sifat yang berlebihan.
Unsur lucu dan jenaka dimunculkan dengan berbagai cara seperti sifat watak yang terlalu bodoh atau terlalu pintar, unsur kebetulan, kelucuan yang timbul dari jalan cerita itu sendiri, kata-kata yang lucu, dan lain-lain.
Contoh Cerita Jenaka
Abu Nawas dan Rumah Sempit
Pada suatu hari, ada seorang laki-laki datang ke rumah Abu Nawas. Lelaki itu hendak mengeluh kepadanya mengenai masalah yang sedang dihadapinya. Dia sedih karena rumahnya terasa sempit ditinggali banyak orang.
"Abu Nawas, aku memiliki seorang istri dan delapan anak, tapi rumahku begitu sempit. Setiap hari, mereka mengeluh dan merasa tak nyaman tinggal di rumah. Kami ingin pindah dari rumah tersebut, tapi tidak mempunyai uang. Tolonglah katakan padaku apa yang harus kulakukan," kata lelaki itu.
Mendengar hal itu, Abu Nawas kemudian berpikir sejak. Tak berapa lama, sebuah ide terlintas di kepalanya.
"Kamu mempunyai domba di rumah?" tanya Abu Nawas padanya.
"Aku tak menaiki domba, jadi aku tak memilikinya," jawabnya.
Setelah mendengar jawabannya, dia meminta lelaki tersebut untuk membeli sebuah domba dan menyuruhnya untuk menaruh di rumah. Pria itu kemudian menuruti usul Abu Nawas dan kemudian pergi membeli seekor domba.
Keesokan harinya, dia datang lagi ke rumah Abu Nawas. "Bagaimana ini? Setelah aku mengikuti usulmu, nyatanya rumahku menjadi tambah sempit dan berantakan," keluhnya.
"Kalau begitu, cobalah beli dua ekor domba lagi dan peliharalah di dalam rumahmu," jawab Abu Nawas.
Kemudian, pria itu bergegas pergi ke pasar dan membeli dua ekor domba lagi. Namun, bukannya seperti yang diharapkan, rumahnya justru semakin terasa sempit.
Dengan perasaan jengkel, dia pergi ke rumah Abu Nawas untuk mengadu yang ketiga kalinya. Dia menceritakan semua apa yang terjadi, termasuk mengenai istrinya yang menjadi sering marah-marah karena domba tersebut.
Akhirnya, Abu Nawas menyarankannya untuk menjual semua domba yang dimiliki.
Keesokan harinya, kedua orang tersebut bertemu kembali. Abu Nawas kemudian bertanya, "Bagaimana keadaan rumahmu sekarang, apakah sudah lebih lega?"
"Setelah aku menjual domba-domba tersebut, rumahku menjadi nyaman untuk ditinggali. Istriku pun tidak lagi marah-marah," jawab pria tersebut sambil tersenyum.
Akhirnya, Abu Nawas dapat menyelesaikan masalah pria dan rumah sempitnya itu.
Lebai Malang
Konon pada zaman dahulu, seorang Lebai biasa diundang untuk membacakan doa di tempat-tempat orang yang sedang mengadakan hajatan. Sebagai seorang pembaca doa, Lebai biasanya akan mendapatkan hadiah kepala hewan yang disembelih sebagai hidangan hajatan.
Bilamana si empunya hajat ita menyembelih kambing, si Lebai pun mendapatkan lauk kepala kambing untuk dibawanya pulang. Demikian pula, jikalau si empunya hajat menyembelih kerbau atau sapi, si Lebai pun mendapatkan lauk kepala kerbau atau sapi untuk dibawanya pulang ke rumah.
Pada suatu ketika yang bersamaan ada dua orang yang mengadakan hajatan, yaitu di hulu dan di hilir sungai. Si Lebai tempat tinggalnya di seputar tengah-tengah panjang sungai itu. Orang yang berhajat di hulu sungai itu menyembelih tiga ekor kambing. Sementara orang yang berada di hilir sungai itu menyembelih satu ekor sapi yang gemuk.
Pagi-pagi benar si Lebai telah mengayuh sampannya menuju ke hilir sungai karena mengingat yang di hilir menyembelih seekor sapi yang gemuk. Namun, di tengah perjalanan si Lebai berubah pikiran, kalau hanya mendapatkan seekor kepala sapi, tentu tidak mencukupi untuk lauk makan satu keluarganya yang besar. Sampan kemudian diputar haluan menuju ke hulu sungai yang berhajat menyembelih tiga ekor kambing.
Hanya kurang beberapa puluh meter dari tempat hajatan di hulu sungai itu, si Lebai bimbang lagi, meski di hulu menyembelih tiga ekor kambing, kepalanya kan kecil-kecil. Mana cukup untuk lauk makan satu keluarganya yang besar. Si Lebai pun cepat-cepat memutar sampannya lagi menuju ke hilir sungai.
Demikianlah terus-menerus si Lebai merasa bimbang dan ragu antara memilih mendapatkan tiga kepala kambing yang kecil-kecil dan satu kepala sapi yang gemuk. Ita saja seharian kerja Lebai bolak-balik memutar sampannya menuju ke hulu, balik lagi menuju ke hilir, dan seterusnya.
Si empunya hajat pun menunggu-nunggu datangnya si Lebai. Kalau menunggunya terlalu lama makanan pun akan menjadi basi. Akhirnya, tanpa kehadiran Lebai hajatan pun tetap dilaksanakan. Si Lebai tidak mendapatkan apa pun karena ketika ia sampai di hilir, hajatan telah selesai. Kemudian, dikejarnya ke hulu sungai, sampai di sana orang-orang pun baru saja bubaran. Begitulah nasib si Lebai. Sejak itu ia kemudian disebut sebagai Lebai Malang.