Mengenal Para Penembak Jitu yang 'Mengerikan', Bisa Tembak Musuh dari Jarak Jauh
Dalam catatan sejarah, siapa saja penembak jitu yang mampu menembak dari jarak terjauh?
Penembak jitu memiliki hubungan yang kuat dengan praktik pembunuhan bayaran. Dalam konteks sejarah, mereka memainkan peran penting di medan perang. Penembak jitu sering kali dikerahkan untuk menyingkirkan musuh dari jarak jauh sambil tetap terhindar dari bahaya langsung. Penembak jitu biasanya melakukan serangan dari lokasi yang memberikan sudut pandang luas dan posisi yang tersembunyi. Penggunaan penembak jitu telah ada sejak zaman senjata bubuk hitam, namun konsep penembak jitu modern mulai terbentuk selama Perang Dunia Pertama. Di era pertempuran modern, militer di seluruh dunia menginvestasikan jutaan dolar untuk melatih penembak jitu mereka agar menjadi yang terbaik. Namun, dalam sejarah, siapa saja penembak jitu yang berhasil menembak dari jarak terjauh? Mengacu pada informasi dari World Atlas, berikut adalah beberapa contohnya:
1. Viacheslav Kovalskyi - November 2023, Perang di Ukraina
Penembak jitu Viacheslav Kovalskyi merupakan bagian dari Angkatan Bersenjata Ukraina dan berhasil menewaskan seorang tentara Rusia dari jarak lebih dari 3,5 kilometer. Kovalskyi bukanlah prajurit biasa; ia berusia 58 tahun dan sebelumnya memiliki karir sebagai pengusaha sebelum perang dimulai pada awal tahun 2022. Ia menghabiskan berjam-jam dalam suhu yang sangat dingin sebelum akhirnya melepaskan tembakan yang mengakhiri hidup seorang perwira Rusia. Kovalskyi menggunakan senapan Volodar Obriyu (Penguasa Cakrawala) yang diproduksi di Ukraina, yang merupakan senapan antimaterial dengan kemampuan menggunakan berbagai jenis amunisi. Dalam situasi khusus ini, penembak jitu Ukraina tersebut menggunakan peluru 12,7x114 mm yang memberikannya kecepatan dan akurasi yang lebih baik pada jarak yang sangat jauh.
Militer Kanada - Mei 2017, Konflik Internal Irak
JTF2 (Joint Task Force 2) berfungsi sebagai unit pasukan khusus militer Kanada. Dalam konflik yang terjadi di Irak antara ISIS dan angkatan bersenjata pemerintah, JTF2 ditugaskan untuk memberikan pelatihan kepada tentara Irak serta mendukung usaha mereka dalam memberantas kelompok teroris tersebut. Pada bulan Mei 2017, Mosul masih menjadi salah satu benteng terakhir yang dikuasai oleh ISIS di Irak. Ketika tentara Irak dan milisi sekutu lainnya melancarkan serangan ke kota itu, tim penembak jitu JTF2 mengawasi jalannya operasi. Dalam Pertempuran Mosul, salah satu anggota tim penembak jitu berhasil menembak mati seorang pejuang ISIS dari jarak 3.540 meter. Identitas penembak jitu yang melakukan tembakan tersebut tetap tidak diketahui karena JTF2, seperti halnya pasukan khusus lainnya, sangat menjaga kerahasiaan identitas anggotanya.
Angkatan Pertahanan Australia - April 2012, Konflik di Afghanistan
Pada tahun 2012, di tengah Perang Afghanistan, seorang anggota Angkatan Pertahanan Australia berhasil menembak mati seorang pejuang Taliban dari jarak 2.815 meter. Identitas penembak jitu tersebut dirahasiakan, namun diketahui bahwa mereka tergabung dalam Resimen Komando ke-2. Penembak jitu ini merupakan bagian dari tim yang beroperasi di distrik Kajaki, Provinsi Helmand, Afghanistan. Informasi mengenai cara tembakan tersebut dilakukan atau kejadian sebelum itu sangat terbatas, tetapi mengingat jaraknya, kemungkinan besar tim penembak jitu Australia telah memantau posisi musuh dalam waktu yang cukup lama.
4. Garda Nasional Ukraina - November 2022, Perang di Ukraina
Sebuah insiden pembunuhan jarak jauh lainnya terjadi selama Perang Ukraina pada bulan November 2022. Nama prajurit Ukraina yang terlibat tidak dipublikasikan, namun tindakan mereka memberikan dukungan moral yang sangat dibutuhkan oleh Angkatan Bersenjata Ukraina pada fase awal konflik. Penembak jitu ini menggunakan senapan antimaterial Snipex Alligator yang diproduksi di Ukraina, dirancang untuk menargetkan sasaran sejauh sekitar 1.500 meter. Mirip dengan Volodar Obriyu, senapan ini menggunakan peluru berukuran 14,5114 mm. Snipex Alligator mulai digunakan oleh militer Ukraina pada tahun 2020 dan telah banyak dimanfaatkan selama konflik yang sedang berlangsung. Senapan ini juga menjadi favorit di kalangan tentara Ukraina dan pasukan khusus.
Craig Harrison - November 2009, Konflik di Afghanistan
Craig Harrison merupakan anggota dari Blues and Royals, sebuah resimen kavaleri di militer Inggris. Pada tahun 2009, ia berhasil menembak dan membunuh dua penembak senapan mesin Taliban di dekat Musa Qala, Provinsi Helmand, Afghanistan, dari jarak 2.475 meter. Harrison cukup terbuka dalam membagikan pengalaman militer Inggrisnya serta detail mengenai aksi penembakan yang mencetak rekor tersebut. Ia menyatakan bahwa ia memerlukan sekitar sembilan tembakan berturut-turut sebelum dapat melancarkan serangan yang fatal. Dalam aksinya, Harrison menggunakan senapan runduk L115A3 yang berkaliber 338.