Permasalahan Lingkungan Global yang Harus Diperhatikan, Ancaman Serius bagi Kehidupan
Seiring dengan perubahan lingkungan, kita juga harus meningkatkan kesadaran akan masalah yang mengelilinginya. Dengan adanya berbagai bencana alam, periode pemanasan dan pendinginan, jenis pola cuaca dan banyak lagi, orang perlu menyadari permasalahan lingkungan global yang sedang kita dihadapi.
Lingkungan kita terus berubah. Namun, seiring dengan perubahan lingkungan, kita juga harus meningkatkan kesadaran akan masalah yang mengelilinginya. Dengan adanya berbagai bencana alam, periode pemanasan dan pendinginan, jenis pola cuaca dan banyak lagi, orang perlu menyadari permasalahan lingkungan global yang sedang kita dihadapi.
Pemanasan global menjadi salah satu contoh permasalahan lingkungan global yang tak terbantahkan. Planet kita sedang memanas dan kita sebagai manusia ikut berkontribusi terhadap perubahan tersebut. Namun, ini bukan satu-satunya permasalahan lingkungan global yang harus kita perhatikan.
-
Kenapa Padi Salibu dilirik Pemprov Jabar? Padi dengan teknologi salibu saat ini tengah dilirik Pemprov Jabar sebagai upaya menjaga ketahanan pangan.
-
Bagaimana Jaka Sembung melawan Ki Hitam? Akhirnya Jaka Sembung teringat pesan gurunya, Ki Sapu Angin yang menyebut jika ilmu rawa rontek bisa rontok saat pemiliknya tewas dan tidak menyentuh tanah. Di film itu, Jaka Sembung kemudian menebaskan parang ke tubuh Ki Hitam hingga terpisah, dan menusuknya agar tidak terjatuh ke tanah.
-
Kapan Rafathar potong rambut? 3 Namun, ternyata Raffi dan Nagita ingin anak mereka tampil berbeda menjelang Hari Raya Idul Fitri yang tidak lama lagi.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Raden Rakha lahir? Raden Rakha memiliki nama lengkap Raden Rakha Daniswara Putra Permana. Ia lahir pada 16 Februari 2007 dan kini baru berusia 16 tahun.
-
Apa itu jamak taqdim? Jamak Taqdim yaitu menggabungkan dua sholat dengan cara mengerjakannya di waktu sholat yang pertama.
Di seluruh dunia, orang menghadapi banyak masalah lingkungan baru dan menantang setiap hari. Beberapa di antaranya muncul dalam skala kecil dan hanya mempengaruhi beberapa ekosistem, tetapi yang lain dapat mengubah lanskap dari apa yang sudah kita ketahui secara drastis.
Bisa dikatakan saat ini kita sedang menghadapi krisis lingkungan. Permasalahan lingkungan global saat ini membuat kita rentan terhadap bencana dan tragedi, entah saat ini, atau pun di masa depan. Oleh karena itu, kesadaran akan permasalahan ini akan membantu kita agar lebih berhati-hati terhadap lingkungan. Berikut ini, permasalahan lingkungan global yang perlu kita ketahui, dilansir dari earth.org.
Pemanasan Global
Permasalahan lingkungan global yang pertama adalah pemanasan global. Peningkatan emisi gas rumah kaca telah menyebabkan suhu meningkat, sehingga menyebabkan bencana di seluruh dunia. Ada banyak contoh yang menggambarkan kekacauan akibat hal ini.
Mulai dari Australia dan AS yang mengalami kebakaran hutan paling dahsyat yang pernah tercatat, hama belalang di beberapa bagian Afrika, Timur Tengah dan Asia, yang menghancurkan tanaman, gelombang panas di Antartika menunjukkan kenaikan suhu di atas 20 derajat untuk pertama kalinya, lapisan es Greenland mencair pada tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya, meningkatnya deforestasi di hutan hujan Amazon, China mengalami banjir terburuk di beberapa dekade, tingkat metana naik ke rekor tertinggi, runtuhnya lapisan es utuh terakhir Kanada, 13% kematian di UE terkait dengan berbagai bentuk polusi, dan kebakaran hutan yang memecahkan rekor di California yang telah menghalangi matahari.
Krisis iklim ini juga menyebabkan badai tropis dan peristiwa cuaca lainnya seperti angin topan, gelombang panas dan banjir yang menjadi lebih intens dan sering daripada yang terlihat sebelumnya. Namun, sebuah penelitian menemukan bahwa bahkan jika semua emisi gas rumah kaca dihentikan pada tahun 2020, pemanasan global hanya akan berhenti sekitar tahun 2033. Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Sampah Makanan
waste4change.com
Sepertiga dari makanan yang dimaksudkan untuk konsumsi manusia (sekitar 1,3 miliar ton) terbuang atau hilang. Jumlah ini cukup untuk memberi makan 3 miliar orang. Selain itu, limbah makanan menyumbang 4,4 gigaton emisi gas rumah kaca setiap tahun. Jika diibaratkan sebagai sebuah negara, limbah makanan akan menjadi penghasil gas rumah kaca tertinggi ketiga, di belakang Cina dan AS.
Pemborosan dan kehilangan makanan terjadi pada tahap yang berbeda di negara berkembang dan negara maju. Di negara berkembang, 40% sisa makanan terjadi di tingkat pasca panen dan pengolahan, sedangkan di negara maju, 40% sisa makanan terjadi di tingkat ritel dan konsumen.
Di tingkat ritel, banyak makanan yang terbuang sia-sia karena alasan estetika. Di AS misalnya, lebih dari 50% dari semua produk yang dibuang dilakukan karena dianggap “terlalu jelek” untuk dijual kepada konsumen. Jumlah ini sekitar sekitar 60 juta ton buah dan sayuran. Hal ini menyebabkan kerawanan pangan, yang menjadi salah satu masalah lingkungan terbesar.
Hilangnya Keanekaragaman Hayati
Selama 50 tahun terakhir telah terlihat pertumbuhan pesat konsumsi manusia, populasi, perdagangan global, dan urbanisasi, sehingga mengakibatkan umat manusia menggunakan lebih banyak sumber daya yang ada di bumi daripada yang dapat diisi ulang secara alami.
Laporan WWF baru-baru ini menemukan bahwa ukuran populasi mamalia, ikan, burung, reptil, dan amfibi telah mengalami penurunan rata-rata 68% antara tahun 1970 dan 2016. Laporan tersebut mengaitkan hilangnya keanekaragaman hayati ini dengan berbagai faktor, tetapi sebagian besar karena perubahan pemanfaatan lahan, khususnya konversi habitat, seperti hutan, padang rumput dan bakau, menjadi sistem pertanian. Hewan seperti trenggiling, hiu, dan kuda laut sangat terpengaruh oleh perdagangan ilegal satwa liar, dan trenggiling bahkan jadi terancam punah karenanya.
Secara luas, analisis baru-baru ini menemukan bahwa kepunahan massal keenam satwa liar di Bumi semakin cepat. Lebih dari 500 spesies hewan darat berada di ambang kepunahan dan kemungkinan besar akan hilang dalam waktu 20 tahun (jumlah yang sama hilang selama satu abad terakhir). Para ilmuwan mengatakan bahwa jika tidak ada perusakan alam oleh manusia, tingkat kehilangan ini akan memakan waktu ribuan tahun.
Polusi Plastik
©2021 Merdeka.com/Pexels.com-catherine sheila
Pada tahun 1950, dunia memproduksi lebih dari 2 juta ton plastik per tahun. Pada 2015, produksi tahunan ini membengkak menjadi 419 juta ton dan memperburuk sampah plastik di lingkungan.
Sebuah laporan oleh jurnal sains, Nature, menetapkan bahwa sekitar 11 juta ton plastik masuk ke lautan setiap tahun, merusak habitat satwa liar dan hewan yang hidup di dalamnya. Penelitian menemukan bahwa jika tidak ada tindakan yang diambil, krisis plastik akan tumbuh menjadi 29 juta metrik ton per tahun pada tahun 2040. Jika kita memasukkan mikroplastik ke dalam ini, jumlah kumulatif plastik di lautan bisa mencapai 600 juta ton pada tahun 2040.
Yang mengejutkan, National Geographic menemukan bahwa 91% dari semua plastik yang pernah dibuat tidak didaur ulang, dan ini mewakili salah satu permasalahan lingkungan globa terbesar dalam sejarah manusia. Mengingat plastik membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai (kurang lebih 400 tahun), maka akan membutuhkan banyak generasi sampai sampah ini tidak ada lagi. Tidak ada yang tahu apa efek permanen yang mengerikan dari polusi plastik terhadap lingkungan dalam jangka panjang.
Penggundulan Hutan
Permasalahan lingkungan global selanjutnya ialah penggundulan hutan. Setiap menit, hutan seluas 20 lapangan sepak bola ditebang. Pada tahun 2030, planet ini mungkin hanya memiliki 10% hutannya, jika deforestasi tidak dihentikan. Dan semuanya bisa hilang dalam waktu kurang dari 100 tahun.
Pertanian adalah penyebab utama deforestasi, salah satu permasalahan lingkungan global terbesar lainnya. Lahan dibuka untuk memelihara ternak atau menanam tanaman lain, seperti tebu dan kelapa sawit. Selain untuk penyerapan karbon, hutan membantu mencegah erosi tanah, karena akar pohon mengikat tanah dan mencegahnya hanyut, yang juga mencegah tanah longsor.
Tiga negara yang mengalami tingkat deforestasi tertinggi adalah Brasil, Republik Demokratik Kongo dan Indonesia, namun Indonesia sendiri sedang berupaya menangani deforestasi ini.
Polusi Udara
©2022 Liputan6.com/Herman Zakharia
Salah satu masalah lingkungan terbesar saat ini adalah polusi udara. Penelitian dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa diperkirakan 4,2 hingga 7 juta orang meninggal akibat polusi udara di seluruh dunia setiap tahun, dan bahwa sembilan dari 10 orang menghirup udara yang mengandung polutan tingkat tinggi.
Di Afrika, 258.000 orang meninggal akibat polusi udara luar ruangan pada tahun 2017, naik dari 164.000 orang pada tahun 1990, menurut UNICEF. Penyebab pencemaran udara sebagian besar berasal dari sumber industri dan kendaraan bermotor, serta emisi dari pembakaran biomassa dan kualitas udara yang buruk akibat badai debu.
Lapisan Es Mencair dan Kenaikan Air Laut
Krisis iklim memanaskan Arktik lebih dari dua kali lebih cepat dari tempat lain di planet ini. Laut sekarang naik rata-rata 3,2 mm per tahun secara global. Di Kutub Utara, Lapisan Es Greenland menimbulkan risiko terbesar bagi permukaan laut karena pencairan es darat adalah penyebab utama naiknya permukaan air laut.
Menjadi permasalahan lingkungan global yang bisa dibilang terbesar, ini menjadi semakin memprihatinkan mengingat musim panas tahun 2021 lalu memicu hilangnya 60 miliar ton es dari Greenland, yang cukup untuk menaikkan permukaan laut global sebesar 2,2 mm hanya dalam dua bulan. Menurut data satelit, es Greenland mencapai rekor jumlah kehilangan lapisan es pada tahun 2019: rata-rata satu juta ton per menit sepanjang tahun!
©2021 REUTERS/Hannibal Hanschke
Jika seluruh lapisan es Greenland mencair, permukaan laut akan naik setinggi enam meter.
Sementara itu, benua Antartika menyumbang sekitar 1 milimeter per tahun terhadap kenaikan permukaan laut, yang merupakan sepertiga dari kenaikan global tahunan.
Pengasaman laut
Kenaikan suhu global tidak hanya memengaruhi permukaan laut, tetapi juga menjadi penyebab utama pengasaman laut. Lautan kita menyerap sekitar 30% karbon dioksida yang dilepaskan ke atmosfer bumi. Karena konsentrasi emisi karbon yang dilepaskan karena aktivitas manusia lebih tinggi, jumlah karbon dioksida yang diserap kembali ke laut juga meningkat.
Perubahan terkecil dalam skala pH dapat berdampak signifikan pada keasaman laut. Pengasaman laut dapat memiliki efek riak di seluruh ekosistem dan spesies laut, jaring makanan, dan memicu perubahan kualitas habitat. Begitu tingkat pH jadi terlalu rendah, organisme laut seperti tiram, cangkang mereka dan kerangkanya bahkan bisa larut.
Namun, salah satu permasalahan lingkungan global terbesar dari pengasaman laut adalah pemutihan karang dan hilangnya terumbu karang. Ini adalah fenomena yang terjadi ketika suhu laut naik sehingga mengganggu hubungan simbiosis antara terumbu karang dan alga yang hidup di dalamnya. Alga jadi terusir alga dan menyebabkan terumbu karang kehilangan warna cerah alaminya. Beberapa ilmuwan memperkirakan terumbu karang berisiko terhapus sepenuhnya pada tahun 2050.
(mdk/ank)