Unik, Ini Nama-Nama Hari Sendiri dalam Bahasa Sunda yang Jarang Diketahui
Di masanya, masyarakat Sunda sudah memiliki penanggalannya sendiri secara tradisional.
Di masanya, masyarakat Sunda sudah memiliki penanggalannya sendiri secara tradisional.
Unik, Ini Nama-Nama Hari dalam Bahasa Sunda yang Jarang Diketahui
Masyarakat Indonesia umumnya mengenal 7 hari kalender dengan sebutan Senin sampai Minggu. Namun bagi orang Sunda, nama tersebut terbilang baru. Di zaman dahulu, orang-orang Sunda biasa menyebut Sepekan dengan Saptawara. Perhitungan model ini biasanya digunakan sebagai petunjuk melaksanakan acara adat. Sampai sekarang masyarakat Sunda di beberapa daerah, Jawa Barat masih melestarikan nama-nama hari dari Saptawara. Berikut informasi selengkapnya.
-
Apa yang menjadi tradisi masyarakat Sunda saat musim kemarau? Memasang kincir angin menjadi tradisi masyarakat Sunda saat musim kemarau.
-
Apa itu permainan tradisional Sunda, Patipung Tipung Balung? Patipung Tipung Balung terbilang unik lantaran si pemain harus bisa menahan senyum agar tidak mendapat hukuman. Hukumannya juga lucu, yakni diberi tepung terigu atau bedak putih menggunakan jari.
-
Apa yang dimaksud dengan Ngeuyeuk Seureuh dalam tradisi Sunda? Ngeuyeuk Seureuh merupakan salah satu ritual adat Sunda yang tidak dapat terpisahkan dalam proses pernikahan. Uniknya, dalam ritual pernikahan ini hanya boleh diikuti oleh para pria dan wanita dewasa.
-
Apa arti dari "Hompimpa Alaihum Gambreng" dalam tradisi Sunda? Namun dari berbagai catatan arsip, Hompimpa Alaium Gambreng memiliki arti yang positif yakni \"dari Tuhan kembali ke Tuhan, ayo bermain\".
-
Kenapa ucapan buka puasa menjadi tradisi? Dalam bulan Ramadan yang penuh berkah, ucapan buka puasa menjadi salah satu tradisi yang umum dilakukan oleh umat Muslim.
-
Bagaimana cara orang Sunda menyambut Ramadan dengan tradisi Papajar? Bagi orang Sunda, tak lengkap rasanya jika menunggu bulan puasa tanpa mengadakan kegiatan Papajar.
Cara Orang Sunda Memaknai Tanggal
Mengutip laman Info Budaya, penanggalan menjadi hal yang penting bagi masyarakat Sunda secara filosofis. Biasanya orang Sunda mengartikan penanggalan atau hari sebagai siklus perjalanan hidup. Orang-orang zaman dahulu menyebut kalender sebagai Sakakala, Cakakala, Pranatamangsa, Tangara Waktu atau Pananggalan. Ini sejalan dengan pola hidup masyarakat yang terus berjalan, dari titik kelahiran sampai kematian.
Penamaan Hari dalam Bahasa Sunda
Dilansir dari laman Budaya Kuring, terdapat penamaan dari hari Senin sampai Minggu oleh masyarakat Sunda. Ini berbeda dari masyarakat Indonesia pada umumnya yang mengacu ke kalender masehi. Adapun penyebutan hari dalam budaya Sunda adalah sebagai berikut: Radite = Minggu, Soma = Senin, Anggara = Selasa, Buda = Rebo, Respati/Wrespati = Kamis, Sukra = Jumat dan Tumpek = Sabtu. Penyebutan hari tersebut juga tertuang dalam kalender yang terbit sebelum zaman kemerdekaan, sampai beberapa waktu setelahnya.
Masing-MasingHari Memiliki Arti
Berdasarkan tradisi lisan, nama-nama hari dalam tradisi Sunda itu memiliki arti tersendiri. Mengacu ke laman akathea.hexat.com, arti dari nama-nama hari itu kebanyakan diambil dari istilah astronomi atau benda-benda langit. Berikut arti dari nama-nama hari dalam bahasa Sunda, Radite (matahari) = Minggu, Soma (bulan) = Senin, Anggara (Planet Mars) = Selasa, Buda (Planet Merkurius) = Rabu, Respati (Planet Jupiter) = Kamis, Sukra (Planet Venus) = Jumat dan Tumpek (Planet Saturnus) = Sabtu.
Kapan Orang Sunda Mengenal Tanggal?
Berdasarkan sejumlah literatur, orang Sunda sudah mengenal sistem penanggalan tradisional sejak abad ke-5. Ini dibuktikan melalui prasasti Kawali yang ditemukan di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat.
Di masa itu, orang Sunda juga disebutkan mulai mengenal tulisan dan aksara untuk kegiatan sehari-hari. Menurut pemerhati Sunda, Ali Sastramidjaja di masa itu orang Sunda juga sudah mengenal sistem perhitungan yang dirangkum ke dalam sebuah penanggalan. Adapun dalam bukunya, Ali Sastramidjaja menuliskan bahwa sistem penanggalan Sunda mengacu pada Solar dan Lunar.