100 hari Anies-Sandi: Manajemen zig-zag
Selamat melanjutkan perjuangan untuk menjaga dan membangun DKI Jakarta, ibu kota tercinta, milik kita semua.
Sudah genap 100 hari Anies Baswedan dan Sandiaga Uno memimpin ibu kota sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur. Sejumlah kebijakan telah dihasilkan. Beberapa janji politik di masa kampanye pun mulai dituntaskan.
Bagaimana Kementerian dalam negeri melihat kepemimpinan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno dalam 100 hari? Berikut catatan evaluasi dari Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, Sumarsono.
-
Mengapa kota Ani dijuluki 'Kota 1001 Gereja'? Artefak kuno ini ditemukan selama penggalian di kota kuno Ani, yang juga dikenal sebagai "Kota 1001 Gereja" dan "Kota 40 Gerbang".
-
Kapan Anisa Bahar menjadi janda? Pedangdut terkenal Anisa Bahar kembali memikat perhatian publik dengan pengungkapan kekasih barunya, Edwin Bahari, setelah menjanda selama delapan tahun.
-
Kapan Anies mengumukan kembali maju di Pilkada Jakarta? Sejauh ini, Anies baru mengantongi dukungan resmi dari PKB, partai yang mengusungnya di Pilpres bersama Muhaimin Iskandar. Setelah resmi mendapat dukungan, Anies akhirnya mengumukan Kembali maju Pilkada Jakarta. "Saya sampaikan bismillah kami bersiap untuk meneruskan ke periode kedua," kata Anies kepada wartawan di Jakarta, Jumat (14/6).
-
Apa yang diyakini Anies tentang Jawa Tengah? “Saya rasa nuansa perubahan itu semakin terasa. Menginkan perubahan. Dan itu kemudian menonjol,” kata Anies usai acara Istighosah Kubro Masyayich & Alumni Pondok Pesantren di Semarang, Jawa Tengah, Minggu (24/12). Sehingga, Anies pun menilai anggapan Jawa Tengah yang selama ini identik dengan julukan 'Kandang Banteng' bisa saja berubah. Menurutnya Jateng bukan hanya milik satu partai saja.
-
Kapan sidang perdana PHPU untuk Anies-Cak Imin? Pasangan calon nomor urut 1, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin, Timnas AMIN, serta Tim Hukum hadir dalam sidang perdana perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) Presiden dan Wakil Presiden Tahun 2024 Mahkamah Konstitusi hari ini, Rabu (27/3).
-
Mengapa PDIP berencana menjodohkan Anies dengan kadernya di Jakarta? Meski pernah menjadi kompetitor di Pilpres, PDIP belakang mulai rajin memuji Anies sebagai sosok yang layak diusung sebagai Cagub Jakarta. Bahkan, PDIP berencana menjodohkan Anies dengan kadernya di Jakarta. "Kalau memang misalnya Pak Anies berpasangan dengan kader kami jadi wagubnya," Wakil Sekretaris Jenderal PDIP Utut Adianto kepada wartawan. Menurut Utut, sosok Anies memiliki modal yakni popularitas dan elektabilitas untuk bisa memenangi perebutan kursi Gubernur.
Sejak dilantik menjadi Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta, Anies dan Sandi memikul beban politik yang cukup berat. Sejumlah beban berupa janji politik yang tidak ringan, harus dipenuhi. Tuntutan dan keinginan untuk secara cepat ingin merealisasikan, mempengaruhi pola manajemen dalam memimpin Jakarta.
Penyelesaian masalah kesemerawutan Tanah Abang, dengan gampang diatasi dengan menutup jalan demi PKL. Walau terkadang lupa dengan sejatinya bahwa ini menabrak Undang-undang, khususnya terkait dengan lalu lintas.
Keinginan untuk memenuhi dengan cepat janji politik untuk masyarakat DKI, disadari akan berat dilakukan oleh Gubernur dan Wakil Gubernur, sekalipun dengan dukungan lengkap SKPD. Langkah dipercepat dengan merekrut 73 tenaga ahli yang tergabung dalam Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP), sekalipun harus menabrak Pergub 411 tahun 2016. Pergubnya yang kemudian harus direvisi.
Belum lagi, isu-isu 'panas' lain, selama 100 hari ini ingin dikonkretkan. Penangguhan reklamasi, roda dua boleh masuk jalan protokol dan boleh juga masuk di jalan berbayar atau ERP, becak diaktifkan kembali di DKI, rumput di Monas boleh diinjak-injak, pembentukan KPK DKI yang fokus ke isu-isu panas terkait Ahok seperti Sumber Waras, pengadaan Tanah Cengkareng, dll hingga rumah DP 0 rupiah. Semua itu bagus-bagus saja, namun terkesan seperti pola manajemen zig zag, ingin cepat dan terburu-buru, kiri-kanan-kiri lagi dan walau terkadang harus menabrak aturan sana-sini.
Keinginan untuk memenuhi janji politiknya, patut diapresiasi. Namun zig zag-nya yang terkesan terburu-buru dan menabrak aturan, perlu dicermati lagi. Pilkada sudah selesai dan kampanye sudah tak perlu lagi.
Fakta, Anies-Sandi, kerjalah dengan tenang dan tidak dalam tekanan. Waktu masih panjang. Ingat, DKI Jakarta sebagaimana provinsi lainnya adalah sub sistem nasional, sebagai bagian integral dari Indonesia. Karenanya, Anies-Sandi perlu memperhatikan sinergitas dan koordinasi Pusat-Daerah yang baik. Kemendagri sangat menaruh perhatian terhadap DKI Jakarta. Karena penyelenggaraan pemerintahannya berada dalam pembinaan dan pengawasannya Kemendagri.
Selamat melanjutkan perjuangan untuk menjaga dan membangun DKI Jakarta, ibu kota tercinta, milik kita semua.
Direktur Jenderal Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri
Sumarsono
(mdk/noe)