5 Sentilan Anies Baswedan soal Kepemimpinan di Indonesia
Anies bercerita tentang gagasan dalam sebuah pengambilan kebijakan. Menurut dia, seorang pemimpin tak bisa hanya memikirkan karya saja tapi tanpa adanya gagasan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memaparkan sejumlah terobosan yang dilakukan selama menjadi orang nomor satu di ibu kota. Mulai dari pembangunan, transportasi hingga penanganan Covid-19.
Hal tersebut diungkap Anies dalam acara Workshop Nasional PAN yang digelar di Bali. Dalam paparannya, Anies juga menyinggung soal gaya kepemimpinan di Indonesia.
-
Siapa yang mengunggah video pidato Anies Baswedan? Penelusuran Setelah dilakukan penelusuran, ditemukan aslinya Anies Baswedan yang diunggah akun YouTube medcomid pada 11 November 2022.
-
Siapa yang dijemput Anies Baswedan? Calon Presiden (Capres) nomor urut satu Anies Baswedan mendatangi kediaman Calon Wakil Presiden (Cawapres) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin di Jalan Widya Chandra IV Nomor 23, Jakarta Selatan, Jumat (22/12).
-
Siapa kakek dari Anies Baswedan? Sebagai pria berusia 54 tahun, Anies Baswedan adalah cucu dari Abdurrahman Baswedan, seorang diplomat yang pernah menjabat sebagai wakil Menteri Muda Penerangan RI dan juga sebagai pejuang kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa yang bertemu dengan Prabowo dan Anies Baswedan? Susi Pudjiastuti mencuri perhatian publik setelah melakukan pertemuan dengan Prabowo dan Anies Baswedan.
-
Siapa kakek buyut dari Anies Baswedan? Umar merupakan kakek buyutnya.
-
Apa yang dikatakan Anies Baswedan dalam video yang beredar? "Dengan kekalahan saya pada pemilu presiden yang lalu, saya memutuskan untuk menjadi gamer," Anies terlihat mengatakan hal itu dalam sebuah video yang beredar."Untuk itu saya akan memperkenalkan gim yang saya mainkan, Honor of Kings."
Lihat juga berita tentang Anies Baswedan di Liputan6.com
Tak Cuma Karya
Anies bercerita tentang gagasan dalam sebuah pengambilan kebijakan. Menurut dia, seorang pemimpin tak bisa hanya memikirkan karya saja tapi tanpa adanya gagasan.
Anies merumuskan pengambilan kebijakan yang dilakukan di Jakarta dalam tiga hal. Yakni gagas, narasi dan karya.
Anies mengatakan, apabila tidak ada gagasan dan narasi, karya tidak memiliki makna. Dia pun menyesalkan sejumlah pihak yang mempersoalkan kata-kata. Sebab, gagasan memang dalam bentuk kata-kata. Menurut dia, jika tak ada kata-kata, maka tidak ada kitab suci.
"Tapi di balik kata-kata ada pesan ada gagasan, munculkan narasinya, baru karya. Kami di Jakarta pegang itu, gagasan, narasi, karya. Jangan sampai karya, karya, karya karya, tapi tidak ada gagasannya," jelas Anies.
Pemerintah Membiarkan Market
Anies kemudian bicara tentang transportasi yang membuat kesetaraan antar sesama warga masyarakat yang beraktivitas di Jakarta. Dia membenahi transportasi dengan tujuan, setiap orang mulai dari presiden, menteri, CEO, office boy sampai pengangguran merasakan kesetaraan transportasi yang sama.
Kata Anies, pihaknya membangun transportasi yang masif. Jalur bus di Jakarta yang awalnya 23 sampai 24 persen, kini menjadi 85 persen wilayah Jakarta. Jumlah penumpang perhari 360 ribu di tahun 2016, kini meningkat menjadi 1 juta orang.
Anies pun bercerita, Jakarta kota yang besar namun seperti terkotak-kotak. Antar warga masing-masing, tanpa ada kesetaraan.
"Karena pemerintahnya membiarkan ini semua diatur oleh market mechanism, tanpa intervensi. Kita tidak usah memerangi pasar, kita mengatur pasar untuk bisa membangun tujuan kita kesetaraan kebersamaan," jelas Anies.
Anies mencontohkan kesetaraan di sekitaran Bundaran HI. Di sana ada tiga mall yakni Grand Indonesia, Plaza Indonesia dan Thamrin City. Kini para pengunjung merasakan fasilitas pejalan kaki yang setara. Meskipun kemampuan ekonomi pengunjung Grand Indonesia dan Thamrin City berbeda.
"Yang masuk Thamrin City tidak berani masuk ke Grand Indonesia, yang masuk Plaza Indonesia tidak akan masuk ke Thamrin City," jelas Anies.
Kata Anies kondisi tersebut tanpa disadari terjadi. Antar warga saling terkotak-kotakan meskipun beraktivitas di wilayah yang sama.
"Negara membiarkan itu hadir, pemprov DKI Jakarta mengubah itu semua. Sekarang semua harus disatukan, lewat apa? Pedestrian jadi satu," kata dia.
Baca juga:
VIDEO:Pengakuan Anies Setelah Jabatan Gubernur DKI Habis, Bersiap Keliling Indonesia!
Anies Sebut Pejabat Publik Tak Mau Terima Kritik, Lebih Baik Urus Burung di Rumah
Anies Soal Hujatan di Media Sosial: Dipuji Tak Terbang Dicaci Tak Tumbang
PPKM Diperpanjang, Anies Minta Warga Jakarta Bersabar
Golkar Ingatkan Anies: Kampanye Anti-Rokok Jangan Hambat Industri Tembakau
Anies Tak Mau Diwawancara Media Asing: Sering Dituding Pemimpin Radikal & Intoleran
Anies: Membangun Kota Jangan Karya, Karya, Karya, Tapi Tanpa Gagasan
Contoh Karya Tanpa Gagasan
Anies kemudian cerita tentang integrasi di Stasiun Cakra Selaras Wahana (CSW) di Jalan Trunojoyo, Selong, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Menurut dia, sebelum dirinya menjabat, antara stasiun dan transjakarta di daerah tersebut tidak tersambung.
Anies mengatakan, dari barat ke timur dibangun jalur busway. Utara dan selatan dibangun MRT secara bersamaan tapi tidak tersambung. Menurut dia, kedua hal itu dibangun oleh Pemprov DKI.
"Itu tadi berkarya tanpa narasi tanpa gagasan," kata Anies.
Anies mengatakan, saat ini CSW sudah dibangun dan terintegrasi antara MRT dan Transjakarta. Bahkan menjadi salah satu tempat paling meriah karena didesain dengan warna warni lampu di malam hari.
"Bang Zul kapan-kapan kita ngevlog di sini. Karena ini menjadi salah satu tempat kunjungan," kata dia.
"Kita tidak mau mengerjakan ini semata-mata karya, tapi di belakangnya ada narasi dan gagasan," jelas Anies lagi.
Konsep Mengelola Negara
Selanjutnya, Anies bicara tentang pengelolaan daerah maupun negara. Kata dia, selama ini rakyat dianggap warga semata. Lalu pemerintah administrator. Pola interaksinya sosialisasi.
Kata Anies, rakyat juga dipandang sebagai customer. Pemerintah sebagai pelayan. Lalu polanya konsultasi, pemerintah melakukan sesuai dan dikonsultasikan ke masyarakat.
"Kita sering mengatakan jadi pelayan masyarakat," katanya.
Anies pun mengubah paradigma tersebut menjadi lebih kolaboratif dan partisipatif. Masyarakat kini bisa menjadi partisipan. Contohnya, pengelolaan rumah sakit kini banyak dikelola oleh swasta dalam arti masyarakat.
"Dulu transportasi Damri atau kereta api. Mana swastanya? Enggak ada. Sekarang partisipasi ada," jelas dia.
Anies mengatakan, kini pemerintah menjadi fasilitator, polanya menjadi partisipasi. Sektor swasta saat ini turut berpartisipasi.
Kini, kata Anies, masuk pada level ke empat. Pemerintah harus memandang dirinya sebagai administrator, service provider, fasilitator dan kolaborator.
"Kita (pemerintah) yang membangun kolaborasi. Lalu masyarakat dipandang sebagai kolaborator. Polanya kolaborasi," ujar Anies.
Pejabat Mau Dikritik
Selanjutnya, Anies bicara soal tipe pemimpin dalam menerima kritik. Menurut dia, sebagai pejabat publik harus siap menerima kritikan. Pejabat publik harus menjadi kotak pos kritik semua urusan.
"Menurut saya juga ini paket kalau menjadi berada di wilayah publik harus siap jadi kotak pos kritik semua urusan," ujar Anies.
Lebih lanjut, Anies bilang sebagai Gubernur harus mendengarkan keluhan dimanapun. Bagi pejabat publik yang tidak mau menerima keluhan, lebih baik mengurus burung saja di rumah.
"Datang di pertemuan apapun harus siap mendengar keluhan, karena ya inilah paketnya berada di wilayah publik, kalau tidak mau menerima keluhan, tidak mau terima politik, di rumah saja urus burung dan rumah tangga kan saya melihara burung gitu," ujarnya.
Anies melihat PAN memiliki sebuah kematangan. Bagaimana sebuah perbedaan dikelola, dan dialog dikelola. Kata dia, jangan pernah menganggap pihak yang berbeda pendapat sebagai musuh.
"Semuanya kalaupun itu ada perbedaan, itu lawan, saya sering sampaikan lawan badminton itu teman olahraga, lawan debat itu teman berpikir, lawan dalam pilkada itu teman dalam demokrasi," ujarnya.
(mdk/rnd)