Bamus Betawi Usul Turki Usmani Gantikan Ataturk Jadi Nama Jalan di Jakarta
Ketua Umum Bamus Betawi Abraham Lunggana (Haji Lulung) mengatakan Jalan Turki Usmani bisa menjadi pilihan lantaran memiliki sejarah bagi peradaban dunia, khususnya Islam, ketimbang Ataturk dari nama Mustafa Kemal Pasha yang kontroversial.
Badan Musyawarah (Bamus) Betawi mengusulkan Turki Usmani sebagai nama alternatif untuk menggantikan rencana Ataturk sebagai salah satu nama jalan di DKI Jakarta.
Ketua Umum Bamus Betawi Abraham Lunggana (Haji Lulung) mengatakan Jalan Turki Usmani bisa menjadi pilihan lantaran memiliki sejarah bagi peradaban dunia, khususnya Islam, ketimbang Ataturk dari nama Mustafa Kemal Pasha yang kontroversial.
-
Apa yang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta? Penjelasan Pemprov DKI Uji Coba TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta Dikawal Patwal Selama uji coba dengan menggunakan Bus Metro TransJakarta dikawal dengan petugas Patwal hingga ada penutupan sementara di beberapa persimpangan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
-
Apa yang dijamin Heru Budi terkait TK Gudang Peluru? "Enggak ada. Dari awal enggak ada niatan itu (gusur)," kata Heru Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, memastikan tidak bakal menggusur Taman Kanak-kanak (TK) Gudang Peluru, Tebet, Jakarta Selatan karena aktivitas revitalisasi taman di kawasan tersebut.
-
Siapa yang diprotes bocah Turki itu? Bocil Turki Marah-Marah ke Pemilik Toko karena Jual Produk Israel, Gebrak Meja Minta Hentikan Penjualan Bocah itu kesal karena pemilik toko memberikannya keripik buatan Israel tanpa sepengetahuannya.
-
Apa yang diprotes bocah Turki itu? Dengan nada tinggi, bocah itu memprotes alasan penjual toko menjual produk Israel.
-
Kapan Lukman Hakim meninggal? Lukman Hakim meninggal di Bonn pada 20 Agustus 1966.
-
Kapan Hasjim Ning lahir? Lahir pada 22 Agustus 1916, Hasjim memang dikenal sebagai pengusaha dengan julukan Raja Mobil Indonesia.
"Saya kira, kenapa tidak Turki Utsmani saja, kan banyak juga nama tempat atau daerah jadi nama jalan di Jakarta. Sebagai simbol peradaban Islam terakhir di dunia, penamaan Turki Utsmani akan menjadi doa dan inspirasi bagi generasi ke depan," kata Lulung, dilansir Antara, Kamis (21/10).
Lulung menyebut pihaknya juga keberatan dengan rencana penamaan jalan di Jakarta menggunakan nama Mustafa Kemal Ataturk karena sosok kontroversial terkait dengan paham yang diusung saat dalam memimpin Turki secara sekuler dan dinilai bertanggungjawab mengakhiri era kesultanan Turki Usmani.
"Dia adalah seorang tokoh sekuler sehingga tidak layak namanya dijadikan nama jalan di sini," ucapnya.
Karenanya, Ketua DPW PPP DKI Jakarta itu meminta pemerintah tidak sembarang menempatkan nama jalan di Jakarta sebelum ditinjau semua aspek sejarah dan geografisnya. Jika rencana tersebut dipaksakan, menurutnya akan mencederai perasaan umat Islam di Indonesia.
Lebih jauh, mantan anggota DPR ini mengaku sangat mengapresiasi ide baik pemerintah Indonesia dan Turki yang saling memberikan nama jalan untuk menguatkan hubungan bilateral kedua negara.
Namun, Lulung meminta pemerintah dan Dubes Turki di Indonesia memahami realitas penolakan terhadap rencana penggunaan nama Ataturk yang memicu protes dan kondisi masyarakat Betawi sendiri.
"Kami sepenuhnya mendukung tukar guling usulan nama yang semangatnya adalah untuk menguatkan hubungan bilateral Indonesia-Turki," ucap Haji Lulung.
Lulung menambahkan dalam waktu dekat pihaknya juga akan segera berkirim surat ke Kedutaan Besar (Kedubes) Turki untuk menyampaikan perihal keberatan tersebut.
"Selanjutnya kami akan mengirim surat resmi tentang keberatan kami keluarga besar Bamus Betawi agar sebaiknya usulan Ataturk diganti dengan nama lain saja," ucap Lulung.
Sementara itu, menurut Duta Besar RI untuk Turki Lalu Muhamad Iqbal, usulan nama Ataturk oleh Turki karena Mustafa Kemal Pasha dianggap sebagai pahlawan oleh bangsa Turki, termasuk menjadikan turki menjadi negara sekuler sebagai revisi atas kemerosotan wibawa, pengaruh dan sikap kesultanan yang jauh dari nilai-nilai Islam.
Kemal Pasha juga dianggap sebagai pembebas Turki dari cengkraman kekuatan barat yang ingin menguasai bagian-bagian negara Turki sekarang lewat Perjanjian Sevres yang menyatakan menerima kekalahan kesultanan dalam Perang Dunia I pada sekutu, dengan memimpin perlawanan.
"Menilai sosok seseorang tak bisa hanya satu sumber, karena segala kebijakan biasanya mempunyai latar sosiologis dan politik tertentu. Bagi rakyat Turki, Kemal Pasha adalah pembebas negeri itu dari penjajahan barat. Semua mengakui jasanya sebagai pendiri Republik Turki, bahkan fotonya masih dipajang di gedung dan lembaga pemerintahan," tutur Lalu Muhamad Iqbal.
Baca juga:
Jalan Muhammad Al Fatih di Jakarta Dinilai Lebih Diterima daripada Kemal Ataturk
Dubes RI: Pemberian Nama Jalan di Jakarta Bagian dari Praktik Tata Krama Diplomatik
Sepak Terjang Mustafa Kemal Ataturk, Tokoh Turki yang Namanya akan Jadi Jalan di DKI
Sejarawan soal Mustafa Kemal Ataturk Jadi Nama Jalan di Menteng: Tokoh Kontroversial
Tanggapan MUI Soal Wacana Mustafa Kemal Attaturk Jadi Nama Jalan di Jakarta
Pemerintah Ingin Jadikan Mustafa Kemal Ataturk Sebagai Nama Jalan di Jakarta