Kisah Hasjim Ning, Konglomerat Asal Padang yang Dijuluki Raja Mobil Indonesia
Hasjim juga ikut berjuang demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Hasjim juga ikut berjuang demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Kisah Hasjim Ning, Konglomerat Asal Padang yang Dijuluki Raja Mobil Indonesia
Masagus Nur Muhammad Hasjim Ning atau bisa dikenal dengan Hasjim Ning merupakan sosok konglomerat asal Nipah, Kota Padang, Sumatera Barat yang cukup berpengaruh di bidang perekonomian sekaligus pejuang kemerdekaan Indonesia.
Lahir pada 22 Agustus 1916, Hasjim memang dikenal sebagai pengusaha dengan julukan Raja Mobil Indonesia.
Hal ini lantaran dirinya sempat menjadi pedagang mobil dan mendirikan perusahaan Djakarta Motor Company. Perusahaan yang bergerak di bidang perakitan mobil ini cukup sukses di masa Pemerintah Orde Lama. (Foto: Wikipedia)
-
Siapa yang dijuluki 'Raja Mobil Indonesia'? Karena memiliki banyak keagenan mobil lah, Hasjim Ning dijuluki 'Raja Mobil Indonesia'.
-
Siapa 'raja mobil' Indonesia di era Soekarno? Di era Soekarno, satu nama mendapat julukan 'raja mobil Indonesia'. Dia adalah Hasjim Ning.
-
Siapa pengusaha sukses asal Sumut itu? Marihad Simon Simbolon adalah sosok penting di balik suksesnya sebuah perusahaan yang bergerak di bidang logistik, perminyakan, dan industri kelapa sawit.
-
Siapa pemilik Kerajaan Mobil Prabu Motor Ponorogo? Pemilik showroom itu adalah seorang crazy rich asal Ponorogo bernama Doni Ahmad Ramadhani.
-
Apa itu Mobil Si Jampang? Mobil Si Jampang merupakan kendaraan keliling yang menjual berbagai kebutuhan seperti sayur, bahan makanan mentah dan lainnya.
-
Siapa yang mengelola Mobil Si Jampang? Mobil ini atas inisiasi dari Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dan PD Pasar Kota Tangerang.
Selain sebagai pengusaha, Hasjim juga sempat ikut berjuang demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Di masa ekonomi sulit ia masih memiliki hati besar dengan memberikan bantuan kepada masyarakat membutuhkan.
Seperti apa kisah Hasjim Ning selama hidupnya? Simak sosoknya yang dirangkum merdeka.com dari berbagai sumber berikut ini.
Masa Pendidikan
Melansir dari berbagai sumber, Hasjim menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Bukittinggi. Kemudian pada tahun 1933 ia melanjutkan sekolah di MULO Palembang. Meski dirinya kurang semangat bersekolah, sang ayah sempat mendaftarkannya ke sekolah privat bahasa Inggris dan buku dagang.
Sejak kecil Hasjim sudah memiliki jiwa pengusaha yang berasal dari sang ayah dan kakeknya yang merupakan pedagang terkenal di Kota Padang. Jiwa pengusahanya semakin besar ketika dekat dengan Bung Hatta.
Namun ketika dirinya hendak belajar banyak dengan Bung Hatta, hal itu ditentang oleh Residen Belanda karena ayahnya terikat kontrak untuk pembangunan Tambang Batu Bara di Tanjung Enim. Lantas ia terpaksa pulang ke Palembang dan menjadi kontraktor tambang.
Setelah kontraknya habis, Hasjim kembali ke Jakarta dan menjadi pengusaha ikan lalu menjualnya ke hotel atau restoran. Tak lama Hasjim mendapat pekerjaan sebagai pemimpin pabrik teh di Cianjur.
Ikut dalam Pejuang Kemerdekaan
Ketika era penjajahan Jepang, Hasjim memutuskan untuk bergabung dengan Pembela Tanah Air atau PETA. Ia saat itu bersama dengan Gatot Mangkupradja, Kuswaya, Kosasih, Suhardiman, Sanusi, Kiai Siradj, dan Raden Ayu Cicih membangun pasukan yang berbeda dengan Heiho.
Ketika PETA resmi dibentuk, Hasjim memiliki tekad dan keinginan untuk menjadi seorang tentara. Hal ini dikarenakan tentara sudah menjadi cita-cita Hasjim sedari kecil.
Meski terjun di bidang militer, jiwa pengusahanya tetap bertahan dan tidak pudar sama sekali. Bahkan ia sempat menjadi koordinator dan pengawas pabrik beras di Bogor ketika Jepang membutuhkan pasokan beras.
Menjaga Stabilitas Pangan
Ketika awal kemerdekaan, Hasjim berjuang menjaga stabilitas pangan dengan mengumpulkan padi-padi untuk digiling dan di distribusikan ke rakyat yang membutuhkan.
Saat itu ia juga mendapat tawaran untuk menjadi ajudan Soekarno namun menolaknya karena tidak ingin terikat dengan protokoler. Akhirnya setelah mendapatkan tawaran dari Angkatan Laut untuk membantu menyediakan kebutuhan spare parts: ban mobil, obat-obatan, dan senjata, Hasjim memutuskan untuk kembali ke Jakarta.Setelahnya Hasjim selalu diberikan kemudahan dalam memperoleh barang-barang yang dibutuhkan oleh Angkatan Laut. Ia kemudian diberi kepercayaan dalam urusan penyediaan barang.
Dirikan Pabrik Perakitan Mobil
Setelah pensiun dengan pangkat Letnan Kolonel, ia berdagang mobil dan mendirikan perusahaan Djakarta Motor Company. Usaha ini menjadi salah satu yang sukses dalam "Program Benteng" yang disusun oleh Pemerintah Orde Lama.
Perusahaan yang bergerak di bidang perakitan mobil tersebut membuat dirinya dikenal sebagai raja mobil.
Selain itu ia menjadi anggota dewan komisaris PT Jaya, Daha Motor, Jakarta Motor, Hotel Kemang, Asuransi Sriwijaya, PACTO, dan Central Commercial Bank.