Dishub DKI Gagas Sistem Baru Urai Macet Jakarta, Manfaatkan Teknologi AI
Proyek ini sebelumnya sudah diterapkan di beberapa kota negara yang mempunyai masalah sama soal kemacetan lalu lintas. Salah satunya Kota Bengalore, India. Diklaim, sistem ini mengurangi mobilitas hingga 20 persen saat kondisi kemacetan normal.
Ragam cara dan strategi dicoba Dinas Perhubungan (Dishub) DKI untuk mengurai kemacetan di Jakarta. Terbaru, menggunakan sistem dengan memanfaatkan teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).
Kepala Unit Pengelola Sistem Pengendalian Lalu Lintas Dishub Provinsi DKI Jakarta, Emanuel Kristanto mengatakan, pemanfaatan teknologi AI untuk urai macet diharapkan bisa beroperasi pada 2023 mendatang. Saat ini, sedang dianalisis titik di persimpangan yang kerap macet untuk kemudian bisa diterapkan sistem baru ini.
-
Bagaimana cara Pemprov DKI Jakarta dalam mengatasi kemacetan? Pemprov DKI Jakarta melalui Dishub DKI Jakarta bersama Ditlantas Polda Metro Jaya tengah mengkaji pengaturan pembagian jam kerja.
-
Apa yang diuji coba oleh Pemprov DKI Jakarta? Penjelasan Pemprov DKI Uji Coba TransJakarta Rute Kalideres-Bandara Soekarno Hatta Dikawal Patwal Selama uji coba dengan menggunakan Bus Metro TransJakarta dikawal dengan petugas Patwal hingga ada penutupan sementara di beberapa persimpangan Penjabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono bersama jajaran Pemprov DKI Jakarta menjajal langsung TransJakarta menuju Bandara Internasional Soekarno-Hatta yang dimulai dari Terminal Kalideres.
-
Kapan kemacetan di Jakarta terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
-
Apa yang menjadi salah satu solusi untuk kemacetan di Jakarta? Wacana Pembagian Jam Kerja Salah satu ide yang diusulkan Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono adalah pembagian jam masuk kerja para pekerja di Jakarta. Menurutnya, cara itu bisa mengurangi kemacetan hingga 30 persen.
-
Bagaimana upaya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk mengurangi kemacetan di Jakarta? Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih mengkaji rencana perubahan jam kerja di DKI Jakarta yakni masuk pada jam 08.00 WIB dan 10.00 WIB dengan harapan dapat mengurangi kemacetan hingga 50 persen.
-
Di mana kemacetan parah di Jakarta sering terjadi? Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Rani Mauliani menerangkan, kemacetan parah di beberapa titik di Jakarta kerap terjadi pada jam berangkat dan pulang kerja.
"Kami tidak berharap kemacetannya akan langsung selesai. Tidak sampai sejauh itu, dari data analisis itu kami ingin mengetahui dan mengurai sumber kemacetan itu dari mana," kata Emanuel. Demikian dikutip dari Antara, Kamis (8/12).
Jenis teknologi kecerdasan buatan yang digunakan untuk proyek ini berupa machine learning dan juga cloud yang diberi nama Green Light. Jakarta menjadi kota pertama di Asia Tenggara yang memanfaatkan AI untuk membantu menganalisis kondisi kemacetan kota.
Selain mengurai macet, pemanfaatan AI diharapkan bisa membantu masyarakat dalam efisiensi bahan bakar kendaraan serta membantu mengurangi polusi.
Berhasil Diterapkan di Satu Kota di India
Proyek ini sebelumnya sudah diterapkan di beberapa kota negara yang mempunyai masalah sama soal kemacetan lalu lintas. Salah satunya Kota Bengalore, India. Diklaim, sistem ini mengurangi mobilitas hingga 20 persen saat kondisi kemacetan normal.
Menariknya lagi, AI yang digunakan tidak membutuhkan biaya tambahan saat beroperasi dan mampu memberikan rekomendasi yang juga efisien dalam praktiknya.
"Teknologi AI memungkinkan Google menganalisis data tanpa sensor tambahan atau bahkan mengubah infrastruktur, sebelum mengirimkan rekomendasi ke dinas kota yang kemudian menerapkan cara-cara untuk mengoptimalkan pengaturan," kata VP of Engineering and Research Google, Yossi Matias.
Kemacetan di Ibu Kota Jakarta kembali terlihat setelah kebijakan PPKM selama pandemi COVID-19 dilonggarkan. Walaupun sebenarnya, kemacetan di Jakarta sudah jauh berkurang dibandingkan sebelum pandemi. Hal itu mengacu pada rilis TomTom Index yang mencatat Jakarta di 2021 masuk ke posisi ke-46 termacet di dunia.
Kondisi itu bisa dibilang secara signifikan lebih baik mengingat pada 2017 Jakarta menempati posisi ke-4 kota termacet di dunia.
(mdk/lia)