Dua Dunia Berbeda, PIK 2 dan Desa Kecil di Ujung Jakarta
Warga memanfaatkan jalan pipa. Jalan tersebut tidak terhubung dengan jalan utama PIK 2.
Warga memanfaatkan jalan pipa. Jalan tersebut tidak terhubung dengan jalan utama PIK 2.
Dua Dunia Berbeda, PIK 2 dan Desa Kecil di Ujung Jakarta
Di balik pembangunan Pantai Indah Kapuk (PIK) 2 di Jakarta Utara, ternyata tersimpan kesenjangan dengan warga desa di sekitarnya.
Pembangunan kawasan elit tersebut, menyebabkan batasan antara si kaya dan miskin. Ada tembok tinggi menjulang antara warga perumahan dan desa.
Seperti yang terjadi di Desa Salembaran. Akun Tiktok satelitgoogleearth menceritakan, dahulu kala, utara desa ini adalah tambak ikan. Kini tambak tersebut telah berubah menjadi PIK 2.
Karena ada tembok, warga terpaksa harus memutar jauh untuk bisa mencapai seberang tembok. Butuh waktu 33 menit.
Untuk sehari-hari, warga memanfaatkan jalan pipa. Jalan tersebut tidak terhubung dengan jalan utama PIK 2. Seperti menciptakan dua dunia yang berbeda.
Kemudian di belakang Apartemen Riverside, terdapat area parkir. Namun jalan warga juga tidak terhubung. Karena terdapat jembatan yang melintas di atas jalan warga. Sehingga warga tidak dapat mengakses jalur tersebut.
Kondisi serupa juga dialami penduduk Desa Muara. Di sana warga juga harus berhadapan tembok tinggi. Dampaknya angin tidak masuk ke pemukiman warga.
Di Dermaga Desa Muara berdiri Pos Pertamina Sumber Pipa. Sehingga setiap hari ada puluhan hingga ratusan truk melintas kawasan tersebut.
Banyaknya truk melintas menyebabkan jalan semakin rusak dan sering terjadi getaran keras menggangu warga.
Bahkan di sepanjang jalan, terdapat pagar untuk menutupi desa-desa di sana.
10 menit ke arah barat, tepatnya dipelebaran PIK 2, ada Desa Tanjung Burung. Di sana warga desa juga harus terkurung dengan tembok tinggi. Sehingga menciptakan segregasi sosial.
Nantinya, kawasan Desa Tanjung Burung juga akan dikelilingi tembok tinggi. Alhasil, warga desa tak bisa menikmati fasilitas yang berada di kawasan PIK 2.