Jakarta kejam namun nikmat
Sejumlah orang menilai Jakarta hanya menjadi seperti surga bagi mereka yang berduit.
Sering kita dengar ungkapan mengatakan ibu kota itu lebih kejam dari ibu tiri. Namun, masih saja banyak orang tertarik merantau ke DKI Jakarta. Mereka datang demi sebuah harapan, yakni mengubah nasib jadi lebih baik.
Hidup di DKI Jakarta memang sulit. Tetapi, bagi sebagian orang menikmati hidup di ibu kota justru lebih baik. Tentu saja semua ini kembali ke masing-masing individu dalam menjalaninya.
"Hidup di Jakarta ini modalnya utamanya satu, asal mau kerja pasti dapat uang. Kerja apa saja, jangan gengsi," ungkap Syamsul, warga Manggarai, Jakarta Selatan asal Sidoarjo, Jawa Timur ini.
Pria berumur 28 tahun itu, merasa kehidupannya di Jakarta justru lebih enak. Sebab, jika di tempat asalnya dia hanya pengangguran. Baginya, hidup di Jakarta jika mau bekerja pasti bisa makan dan bertahan hidup. "Sesusah-susahnya hidup di Jakarta masih lebih baik daripada di kampung," katanya.
Sementara bagi Nita, seorang pegawai swasta, melihat Jakarta bak surga bagi mereka berduit. Sebab, apapun keinginan seolah bisa terkabul di Jakarta asal uang sesuai dengan permintaan.
"Di Jakarta ini apa sih yang nggak ada?, asal cukup uang pasti bisa kita miliki," ucap perempuan berumur 24 tahun ini. "Di sini (Jakarta) menyediakan segalanya. Surga bagi orang-orng yang memiliki duit," tambahnya.
Nita melanjutkan, sedangkan bagi masyarakat hidup serba kekurangan juga bisa menikmati hidup. Syarat utamanya hanya rajin. "Yang enggak punya duit juga bisa makan, asal mau kerja apa saja," ucap Nita.
Sosiolog Universitas Indonesia (UI), Devi Rahmawati, menuturkan kerasnya kehidupan Jakarta tentu bakal sebanding dengan nikmat diterima. Dia juga setuju bahwa kenikmatan Jakarta bisa didapat bagi mereka mau berusaha. "Jakarta itu kejam sekaligus nikmat," kata Devi kepada merdeka.com
Jakarta, kata Devi, memberikan pemasukan keuangan lebih baik bagi masyarakatnya. Dukungan infrastruktur dan mudahnya trasportasi lebih baik dibanding kota lainnya, tentu mendukung untuk melakukan pelbagai hal hadapi persaingan.
Maka dari itu, Devi meyakini bahwa di Jakarta tiap oramh harus mau bekerja dan jeli memanfaatkan peluang. "Di Jakarta apapun bisa menjadi uang asal orang itu mau usaha," ujarnya.
Dia juga mengingatkan bagi masyarakat jangan tergiur terlalu dalam dengan nikmatnya Jakarta. Cobalah mulai berpikir untuk mementingkan kehidupan masa depan lebih baik. "Asal hidup sederhana, sisihkan uang untuk menabung untuk anak cucu Anda di kemudian hari. Karena ke depannya di Jakarta semakin sulit memperoleh pekerjaan. Sebab itu, hidup di masa depan yang harus diperhitungkan. Nikmati saja apa yang ada," sarannya.
-
Siapa saja yang diarak di Jakarta? Pawai Emas Timnas Indonesia Diarak Keliling Jakarta Lautan suporter mulai dari Kemenpora hingga Bundaran Hotel Indonesia. Mereka antusias mengikuti arak-arakan pemain Timnas
-
Kapan Kota Tua Jakarta didirikan? Sejarah Kota Tua Jakarta berawal pada 1526, ketika Fatahillah, seorang komandan dari Kesultanan Demak, menyerang Pelabuhan Sunda Kelapa yang merupakan milik dari Kerajaan Pajajaran.
-
Apa yang diresmikan oleh Jokowi di Jakarta? Presiden Joko Widodo atau Jokowi meresmikan kantor tetap Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA) Asia di Menara Mandiri 2, Jakarta, Jumat (10/11).
-
Apa tema HUT Jakarta ke-497 tahun ini? HUT Kota Jakarta kali ini mengusung tema 'Jakarta Kota Global Berjuta Pesona'.
-
Apa julukan internasional Jakarta? Istilah ini agaknya masih asing di telinga masyarakat Indonesia, terlebih bagi warga Jakarta itu sendiri. Padahal, kepopulerannya sudah lama melekat di kalangan internasional. Menariknya, sematan kata “The Big Durian” membuatnya sering disamakan dengan Kota New York di Amerika.
-
Bagaimana Heru Budi Hartono ingin menyelesaikan masalah kemacetan di Jakarta? Menurut Heru, kondisi ini perlu dievaluasi bersama. Hal itu disampaikan Heru saat membuka focus group discussion (FGD) terkait penanganan kemacetan di Ibu Kota di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, pada Kamis (6/7). "Hari ini kita kumpul karena tuntutan dari masyarakat untuk diskusikan bagaimana salah satunya mengatasi kemacetan. Banyak masukan-masukan bagaimana kalau jam kerja dibagi. Terutama pada saat saya diskusi dengan Pak Kapolda, Pak dirlantas. Kalau jam 6 itu seperti air bah. Dari bekasi, Tangerang, Depok, jam yang sama menuju Jakarta."