Kendala hilangkan eceng gondok di Waduk Tomang Barat
Cuaca panas dan terbatasnya alat menjadi penghambat membersihkan deretan eceng gondok di Waduk Tomang Barat.
Pemerintah DKI Jakarta berencana memulihkan fungsi Waduk Tomang Barat dan 29 waduk lainnya. Tetapi, rencana ini masih harus menunggu terselesaikannya dua waduk lain, yakni Waduk Pluit dan Ria Rio.
"Kita akan lihat Tomang Barat, karena penuh enceng gondok, dan sebelah Tomang kan sering banjir, genangan, sehingga memang harus ada tampungan," kata Gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo, usai meresmikan penanaman pohon lindung di Taman Waduk Ria Rio Jakarta, Kamis (26/9).
Kepala Suku Dinas Pengendalian Kebersihan Jakarta Barat, Supriyadi, mengatakan ada beberapa kendala yang menghambat untuk memaksimalkan pembersihan dan pencegahan eceng gondok di Waduk Tomang Barat. Dinas Kebersihan menugaskan Pengendali Kebersihan untuk membersihkan dan mengendalikan eceng gondok yang berada di Waduk Tomang Barat. Pembersihan ini berlandaskan pada Perintah Gubernur (Pergub) No. 215 Tahun 2012 baru dimulai 4 September lalu. Padahal, mestinya sudah dimulai sejak 1 April.
"Permasalahan tempat menjadi kendala utama sementara ini," kata Supriyadi.
Tempat yang telah padat penduduk membuat pekerja sulit untuk menempatkan alat berat, ekskavator. Ekskavator difungsikan untuk mengangkat eceng gondok yang berada di pinggir waduk. Tetapi, ternyata alat ini hanya bisa diletakkan di satu tempat saja.
"Jika ingin menempatkannya di tempat yang lain nanti akan menutupi akses jalan warga," terang Supriyadi.
Tempat yang saat ini dijadikan lahan kerja ekskavator mendapat perhatian oleh Supriyadi. Pasalnya tanah yang berada di pinggir waduk dikhawatirkan tidak kuat menahan berat mesin dan akhirnya bisa saja ambrol.
Kendala lainnya, lanjut Supriyadi, adalah tenaga kerja. Menurut dia, jumlah personil yang diturunkan tidak ada masalah. Tetapi waktu kerja selama delapan jam membuat pekerjaan ini tidak terlalu efektif di siang hari, karena banyak pekerja yang akhirnya memutuskan untuk beristirahat ketika siang hari.
"Efektifnya kerja pas pagi dan sore. Kalau siang kepanasan jadi istirahat," lanjut Supriyadi.
Kondisi pekerjaan yang berada di tengah waduk dengan menggunakan getek dari bambu membuat kontak dengan sinar matahari semakin berat. Karena eceng gondok yang berada di tengah harus didorong agar mendekati pinggir waduk, baru diciduk dengan ekskavator untuk kemudian dipindahkan ke truk.
Para pekerja yang membersihkan eceng gondok dari Dinas Kebersihan biasa bekerja delapan jam sehari. Jika dimulai pukul 06.00 WIB dimulai, maka pukul 15.00 WIB biasanya telah usai. Banyaknya istirahat membuat produktifitas kerja berkurang dan menyebabkan hanya sedikit eceng gondok yang dapat diangkat.
"Permasalahannya eceng gondok yang kita angkat ini seperti bunga dalam tabungan deposito. Yang diambil bunganya tetapi tabungan pokoknya tidak diambil," terang Supriyadi.