Menengok lapak Kanal Banjir Barat yang terancam digusur Sandiaga
Dibalik gedung mewah pencakar langit, gemerlap malam di jantung Ibu Kota punya cerita lain. Khususnya di pinggir rel kereta api dengan bantaran sungai yang kumuh. Lokasi tersebut adalah Kanal Banjir Barat (KKB) Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Mengenal Ibu Kota tak lepas dari kemewahan dan hiburan. Terutama Ibu Kota sekelas Jakarta banyak pusat hiburan malam yang tersedia dari wilayah selatan sampai utara Ibu Kota. Wajah Jakarta berubah ketika malam tiba, dari diskotek, bar, maupun tempat pelepas kenikmatan lainnya yang selalu mengundang euforia.
Dibalik gedung mewah pencakar langit, gemerlap malam di jantung Ibu Kota punya cerita lain. Khususnya di pinggir rel kereta api dengan bantaran sungai yang kumuh. Lokasi tersebut adalah Kanal Banjir Barat (KKB) Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Setidaknya hal itulah yang sampai ke telinga Wakil Gubernur DKI Sandiaga Uno.
"Ada lokasi yang digunakan sebagai prostitusi, jadi kalau itu kita akan tindak tegas di lapangan," ungkap Sandiaga di Balai Kota DKI Jakarta, Senin (6/11).
Mereka yang menghuni gubuk-gubuk liar tersebut, lanjut Sandi, mayoritas warga pendatang luar Jakarta. "Itu berdasarkan data Pak Wali, dan Pak Wali sudah intensif berdiskusi bersama kami, sudah dilaporkan di rapim kemarin itu bukan warga Jakarta, jadi mereka hanya sementara di sana," kata Sandi.
Penelusuran merdeka.com ke lokasi menyebut daerah tersebut dihuni oleh masyarakat berpenghasilan kecil. Dari tukang ojek, pengendara odong-odong, pedagang kaki lima dan pemulung. Mereka tinggal dengan tenda-tenda apa adanya yang diikat dengan tali dan disangkutkan lewat kayu maupun bambu.
Benar saja, saat malam tiba, tanah KKB juga tak lepas dari hiburan prostitusi. Sepanjang malam, wajah daerah kumuh tersebut berubah menjadi hiburan layaknya diskotek dan bar.
"Ya kehidupan malam bagaimana ya, gemerlap malam. Dari zaman Belanda dari zaman dulu prostitusi-nya ada di sini. Makanya kalo malem, kehidupan malam kan kita bisa lihat sendiri. Nah itu sebutannya kota gak pernah tidur walaupun di pinggir kali walaupun di pinggir kereta kehidupannya ada terus gak ada sepinya," kata Fauzi kepada merdeka.com warga sekitar Kanal Bajir Barat, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (7/11).
Prostitusi itu disediakan di beberapa warung remang-remang di tenda-tenda sekitar pinggiran rel kereta yang berhadapan dengan sungai ciliwung. Mereka melakukan bisnis birahi tersebut pada malam hari.
"Ya ada, ada (prostitusi). Cuman kan gubuk-gubuk itu mereka bongkar pasang (malam pasang tenda pagi bongkar). Tapi kalo untuk mereka tidur ya permanen tetap ada. Nah itu ada tuh warung remang remang yang ada mejanya doang itu kan gak tertutup nanti tinggal disambung," katanya.
Hampir tiap malam gemerlap KKB selalu ramai pelanggan. Namun ada pula yang janjian bertemu di lokasi dan melakukan hubungan intimnya di luar.
"Mungkin ada yang dekat lokasi, mungkin ada yang di luar juga ya. Seperti janjian disini terus dibawa ke penginapan motel motet tergantung orangnya. Tiap malem rame terus (prostitusi), mungkin sepinya malem tertentu, seperti malem jumat agak sepi itu kan dari keagamaan mungkin. Gak seperti malem minggu, 'Wah!' ," paparnya.
Soal tarif prostitusinya relatif, tergantung kesepakatan penjual dan pembelinya. Namun, bagi prostitusi sekelas KKB harga sekali mainnya tergolong murah dan bersahabat.
"Untuk tarif tergantung dari orangnya kan istilahnya penjualnya dan pembelinya kesepakatannya berapa. Beda kalo kelas menengah ke atas. Kemungkinan masih ratusan ribulah 100, 200 enggak sampe jutaan, itu mah udah kelas menengah ke atas. Ya dibilang ini kelas bawah banget karena adanya di pinggir kereta rel kereta pinggir kali," ucap Fauzi.
Para pebisnis maupun pekerja prostitusinya pun sebagian berasal dari sekitar Kanal Banjir Barat. Sebab penghasilannya lebih banyak dibanding pekerjaannya sehari-hari.
"Kalo enggak ada juga enggak mungkin, mungkin pasti ada (warga sekitar). Kalau dibilang enggak sama sekali ya enggak mungkin. Kalau dibilang buat penghasilan ya lumayan namanya kan penghasilan di lokasi ini. Kalau enggak ada penghasilan ya ditinggal dari dulu enggak ramai seperti ini," tuturnya.
"Mungkin dari bagian malem itu menambah penghasilan ya itu prostitusi, ada yang jual minuman, bir, jual paketan (plus plus) kan gitu kan," tutup Fauzi.
Pada kesempatan yang sama, penghuni yang tinggal di tenda Kanal Banjir Barat juga menjelaskan, menjelang malam para penyedia prostitusi sudah ramai berkumpul.
"Iya disko disko itu (katanya sambil menghimpitkan ibu jari di antara jari telunjuk dan jari tengah). namanya bongkaran ini kan cabul cabul, kan ada diskonya, kadang jam 10 jam 1 belum tutup," katanya yang tak mau disebutkan namanya.