Perlawanan diremehkan, nelayan siap berjuang sampai mati
Nelayan meradang karena pengembang diam-diam melanjutkan proyek reklamasi.
Sepekan yang lalu, ratusan nelayan di pesisir Jakarta Utara melakukan aksi penyegelan reklamasi Pulau G. Pulau milik anak perusahaan Agung Podomoro Land ini memblok kawasan pencarian ikan mereka hingga menimbulkan kerugian.
"Kebutuhan kami semakin sulit, harga bahan pokok semakin naik. Tapi kenapa rakyat ditindas seperti ini," teriak salah satu nelayan kaya menyegel pulau itu pada Minggu dua pekan silam.
Nyatanya, setelah disegel nelayan pengerjaan proyek terus lanjut. Padahal, sepekan lalu pemerintah juga telah mengeluarkan moratorium.
"Setelah demo itu, selang beberapa jam mereka balik lagi, udah aktif lagi. Pas demo emang mereka enggak ada semua, beberapa jam balik lagi ke pulau," ucap Heri nelayan Kali Adem, kepada merdeka.com di perahu milik pada Senin (25/4) lalu.
-
Apa yang ditemukan oleh nelayan tersebut? Trevor Penny menemukan pedang tersebut ketika magnet yang dia gunakan saat menyusuri sungai menarik benda logam dan ternyata itu adalah pedang kuno berusia 1.200 tahun.
-
Dimana lokasi dari kampung Tegalsari di Kota Surabaya? Keberadaan kampung Tegalsari di Kota Surabaya berkaitan erat dengan perjuangan seorang panglima perang Majapahit yang bernama Kudo Kardono.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan Jalan Tol Semarang-Batang diresmikan? Pada 20 Desember 2018, Jalan Tol Semarang-Batang telah diresmikan oleh Presiden Joko Widodo di Jembatan Kalikuto bersama dengan ruas tol Pemalang-Batang dan Salatiga-Kartasura.
-
Siapakah Letkol Atang Sendjaja? Nama Atang Sendjaja diketahui berasal dari seorang prajurit kebanggaan Jawa Barat, yakni Letnan Kolonel (Letkol) Atang Sendjaja.
-
Kapan Ndalem Yudanegara dibangun? Bangunan itu dibangun pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwana VII, tepatnya antara tahun 1877-1921.
Nelayan segel Pulau G ©2016 merdeka.com/imam buhori
Jelas pemandangan itu bikin nelayan meradang. Mereka mengancam kembali aksi jika proyek terus berjalan. Nelayan pesisir Jakarta Utara siap melawan hingga titik darah penghabisan apabila reklamasi pulau tersebut tetap dilaksanakan.
"Saya sih inginnya disuruh berhenti lagi, apabila enggak berhenti kita akan demo lagi. Bisa jadi ada kekerasan kalau memang enggak berhenti reklamasinya," lanjutnya.
Diakuinya, akhir-akhir ini ia bersama teman-teman nelayan yang lain telah susah mencari ikan. Selain terkendala oleh angin yang sangat kencang dua minggu terakhir ini, reklamasi juga jadi penyebab utama.
Nelayan segel Pulau G ©2016 merdeka.com/imam buhori
"Cari ikan sekarang susah, penghasilan sudah tidak mencukupi keluarga lagi. Biasanya sehari bisa dua kali berangkat, tapi karena angin kenceng dua minggu terakhir ini biasanya malem berangkat, pagi baru pulang," ungkapnya.
Sebelum adanya reklamasi pulau tersebut, Hery mengaku dapat menghabiskan bahan bakar solar untuk kapalnya sekitar 5 hingga 8 liter sekali jalan. Namun, setelah adanya reklamasi ia harus menambah biaya solar untuk sekali berangkat mencari ikan di laut.
"Yang tadinya sehari bisa 5 liter hingga 8 liter, sekarang harus lebih dari itu untuk sekali jalan, karena harus muter dulu sekitar 30 persen. Dulu sebelum ada reklamasi pulau, kerang-kerang di sini masih bagus-bagus sekitar kedalaman 3 meter dari permukaan air, tapi setelah adanya reklamasi kerangnya pada coklat-coklat gitu kan semakin berkurang juga pendapatan kita," pungkas Hery.
Baca juga:
Sidang reklamasi Makassar, Pemprov belum juga serahkan dokumen Amdal
Koalisi masyarakat adukan Gubernur Sulsel soal reklamasi di Makassar
Sengkarut reklamasi Teluk Jakarta, PDIP klaim memihak nelayan
Ahli feng shui sebut Jakarta harus belajar reklamasi dari Singapura
PDIP sarankan nelayan & warga dapat saham di pulau reklamasi