Rusun Nagrak, Asa Warga Kampung Bayam di Tengah Penantian Hampa Tanpa Kepastian
Ada 3 kesepakatan dengan Pemprov agar warga Kampung Bayam mau tinggal di Rusun Nagrak.
Sebanyak 19 KK warga Kampung Bayam telah pindah ke Rusun Nagrak
Rusun Nagrak, Asa Warga Kampung Bayam di Tengah Penantian Hampa Tanpa Kepastian
Beberapa warga Kampung Bayam telah berpindah ke Rusun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara sejak Selasa (26/9).
Mereka ditempatkan di tower tiga lantai 13 dan 12.
Total, sebanyak 20 KK calon penghuni Kampung Susun Bayam mulai tinggal sementara di Rusun Nagrak usai tenda di depan Jakarta International Stadium (JIS) digusur.
Pantauan merdeka.com, situasi di lantai 12 sepi. Seluruh pintu unit dalam keadaan tertutup dan tak ada satu pun orang berlalu lalang.
Naik ke lantai 13, langsung belasan anak-anak asik bermain dan berlari-larian. Suasana juga terlihat lebih hidup karena banyaknya teriakan gembira anak-anak.
Tak hanya ada anak-anak, pintu di sejumlah unit terlihat terbuka. Mereka terlihat sedang merapikan barang-barang dari tenda.
Salah satu kamar yang merdeka.com adalah kamar milik Agus. Ia tinggal bersama sang istri dan keempat anaknya.
Barang-barang milik Agus masih tergeletak di bawah lantai. Sang istri pun nampak sibuk memandikan anaknya.
Adapun fasilitas unit yang mereka terima adalah dua kamar, ruang tamu, kamar mandi, dapur, dan balkon untuk menjemur pakaian.
Berjalan sedikit, beberapa unit yang pintunya terbuka pun masih sedang ditata dan dibersihkan oleh warga Kampung Bayam.
Bahkan, kamar milik Paul masih terlihat kosong meskipun ia berada di dalam unit. Ia berujar, kamarnya belum diisi barang agar bisa digunakan untuk warga berkumpul.
"Pindah ini sudah hari yang kedua. Untuk aku ini agar bisa dipakai istirahat, semua di sini,"
kata Paul kepada merdeka.com di lokasi, Kamis (28/9).
merdeka.com
Paul bercerita, mulanya hanya 19 KK yang tercatat pindah ke Rusun Nagrak. Namun, terdapat satu tambahan KK lagi usai orang tersebut meninjau Rusun Nagrak.
"Seharusnya kan 19, cuman kemarin itu waktu kita pindah ke sini sama-sama, ada beberapa orang yang ikut juga. Ternyata waktu ikut itu mereka juga mau, cuman awalnya mereka enggak mau bilang katanya terlalu jauh segala macam," cerita Paul.
"Tapi ketika mereka lihat keadaan di sini, mereka tergerak juga untuk tinggal di sini sehingga ditambahkan lagi jadi pas 20," kata Paul.
Meski telah pindah sementara ke Rusun Nagrak, Paul pun menegaskan bahwa warga masih akan tetap memperjuangkan hak mereka untuk tinggal di Kampung Susun Bayam di JIS.
"Nah kenapa dikatakan terima (dipindahkan ke Rusun Nagrak) karena keadaan tenda digusur. Terkecuali tenda itu enggak dibongkar, kami enggak mungkin akan lari ke sini. Tetap bertahan sampai apa yang kita mau itu terlaksana," kata Paul.
Lebih lanjut, Paul juga menyebut bahwa pihaknya memiliki kesepakatan dengan Pemprov agar warga Kampung Bayam mau tinggal di Rusun Nagrak.
Kesepakatan pertama adalah Pemprov diminta untuk tidak membongkar tenda di depan JIS sampai warga bisa menghuni Rusun Nagrak.
Kedua, Pemprov perlu menyediakan transportasi gratis untuk perpindahan sementara ke Rumah Susun Nagrak dan untuk perpindahan kembali ke Kampung Susun Bayam.
Permintaan ketiga adalah Pemprov menggratiskan biaya sewa Rumah Susun Nagrak hingga warga bisa menempati Kampung Susun Bayam.
Terakhir, pemerintah daerah harus memfasilitasi transportasi untuk anak sekolah.
"Kenapa mesti ada kesepakatan? Jangan sampai kita punya rencana awal untuk masuk ke Kampung Susun Bayam itu dibatalkan," ucap Paul.
Paul pun menyebut kini anak-anak yang bersekolah diantar-jemput dengan bus. Bus akan menjemput anak-anak dan mengantar mereka ke JIS.
"Jam 05.00 Wib pagi bus jemput ke sini. Diturunin ke JIS. Nanti diantar lagi jam pulang sekolah ke sini,"
kata Paul.
merdeka.com
Namun, untuk warga yang lain, tetap bekerja dan beraktivitas seperti biasa. Rata-rata mereka menggunakan sepeda motor. Ada juga Mikrotrans yang melintas di depan rusun.
Kemudian, Paul pun menegaskan, mereka hanya tinggal sementara di Rusun Nagrak sampai Kampung Susun Bayam layak dihuni oleh masyarakat umum.
"Kita punya keputusan bersama antara kami dan Pemprov bahwa kami ke sini bukan untuk seterusnya tapi ketika nanti Kampung Susun Bayam sudah beres dan semuanya layak untuk kami masuk, kami akan masuk, kami akan pindah ke sana juga nanti," kata Paul.