Setahun menjabat gubernur, Ahok masih kesulitan pengadaan bus di DKI
Salah satunya adalah pengadaan bus untuk memenuhi kebutuhan transportasi massal warga DKI Jakarta.
Genap satu tahun memimpin Jakarta, Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengungkapkan beberapa pekerjaan rumah yang belum diselesaikan. Salah satunya adalah pengadaan bus untuk memenuhi kebutuhan transportasi massal warga DKI Jakarta.
Ahok, begitu sapaannya, mengeluhkan pengadaan bus di Jakarta untuk tahun ini lebih kecil dari tahun sebelumnya. Hal tersebut karena saat ini Ahok lebih mempercayakan karoseri dalam negeri. Namun, ia mengatakan bahwa produksi karoseri dari Jawa Tengah lebih lambat dari produksi karoseri luar negeri.
"Kita kan masih banyak banget kekurangan, misalnya kita punya kesulitan beli bus. Produksi terbaik (karoseri) dari Jawa Tengah hanya mampu 1 hari 1 bus, padahal kita butuh ribuan. Kalau 1 hari 1 bus setahun hanya 365 unit," kata Ahok di Balai Kota, Jalan Medan Merdeka, Jakarta, Kamis (19/11).
"Dikurangi Lebaran dan weekend enggak kerja segala macam cuma 300 bus hitung-hitungannya. Kita kalau impor juga sayang," lanjutnya.
Untuk mengantisipasi kekurangan ini, mantan Politisi Gerindra itu akan mendorong kerja Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa pemerintah untuk adanya penggabungan bus-bus yang ada di DKI Jakarta dengan bus dari luar kota.
"Kita lagi berpikir penggabungan, kita harap LKPP bisa bekerja lebih baik lagi karena dengan LKPP tetapkan rupiah per kilometer di seluruh jalan Jakarta maka semua bus bisa saya gabungin," tandasnya.
Penggabungan ini, menurutnya akan menguntungkan kedua belah pihak karena bus-bus luar kota saat ini cenderung sepi penumpang. Selain itu, kebutuhan warga Jakarta untuk transportasi sangat besar sehingga bisa saling melengkapi bagi masing-masing pihak.
"Termasuk bus-bus ke luar kota sekarang kan lagi sepi, mereka pasti merugi terus. Jadi bus siapapun boleh masuk kalau dibayar rupiah per kilometer, kita bayarin. Itu yang masih jadi masalah," tutup mantan Bupati Belitung Timur itu.