7 Buku Tentang Depresi Menarik dan Populer, Bisa Jadi Rekomendasi Bacaan
buku tentang depresi memberikan pemahaman mendalam tentang depresi - sebuah kondisi yang sering disalahpahami namun dapat mempengaruhi siapa saja.
Buku tentang depresi ini bisa jadi salah satu list bacaan yang menarik. Buku tentang depresi mungkin bukan bacaan yang ringan, namun memiliki peran penting dalam memahami salah satu gangguan mental yang paling umum di dunia modern.
Melalui kata-kata yang tertuang, buku tentang depresi memberikan pemahaman mendalam tentang depresi - sebuah kondisi yang sering disalahpahami namun dapat mempengaruhi siapa saja. Dari gejala-gejala yang sering luput dari perhatian hingga strategi penanganan terkini, karya ini menjadi panduan bagi mereka yang mencari jawaban, dukungan, atau sekadar pengertian tentang perjalanan melawan depresi.
-
Apa saja contoh dari depresi yang dijelaskan dalam artikel? 7 Contoh Depresi dan Penjelasannya, Perlu Diwaspadai Depresi adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus mengalami tekanan dan kehilangan semangat untuk menjalani aktivitas sehari-hari. Contoh depresi dan penjelasannya penting diketahui setiap orang.
-
Bagaimana depresi situasional terjadi? Depresi situasional adalah contoh depresi yang tidak menentu. Biasanya, kondisi ini ditandai dengan munculnya gejala murung, perubahan pola tidur dan makan, ketika ada kejadian yang memberi tekanan mental yang cukup tinggi. Gejala depresi situasional muncul akibat respons otak terhadap stres.
-
Bagaimana mengatasi depresi terselubung? Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda depresi terselubung, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Depresi terselubung bisa diobati dengan terapi, obat-obatan, atau perubahan gaya hidup. Dengan bantuan yang tepat, Anda atau orang yang Anda kenal bisa pulih dan menikmati hidup yang lebih bahagia.
-
Apa saja tanda dari depresi terselubung? Berikut sejumlah tanda depresi terselubung yang penting untuk segera dikenali: Perubahan Kepribadian Orang dengan depresi terselubung mungkin menjadi lebih pendiam, pasif, atau tidak peduli pada hal-hal yang penting bagi mereka. Mereka juga bisa menjadi lebih mudah tersinggung atau marah. Perubahan Pola Makan dan Tidur Depresi terselubung bisa memengaruhi pola makan dan tidur seseorang. Mereka bisa kehilangan nafsu makan atau justru makan berlebihan. Gangguan tidur seperti insomnia atau hipersomnia juga sering terjadi. Perubahan Interaksi Sosial dan Produktivitas Kehilangan Minat pada Hobi dan Kegiatan Orang dengan depresi terselubung sering kali kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang mereka nikmati. Mereka bisa berhenti melakukan aktivitas yang biasanya membuat mereka bahagia. Bercanda tentang Hal-hal Negatif Mereka mungkin sering bercanda tentang topik yang berkaitan dengan depresi, seperti kematian atau bunuh diri. Ini bisa menjadi cara mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka atau mencari perhatian.
-
Bagaimana cara mengatasi depresi terselubung? Jika Anda merasa mengalami gejala-gejala depresi terselubung, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Selain itu, Anda juga bisa melakukan beberapa hal untuk mengatasi depresi terselubung, seperti: • Berolahraga. Olahraga bisa membantu meningkatkan mood Anda dengan melepaskan hormon endorfin yang bisa membuat Anda merasa lebih bahagia. Olahraga juga bisa meningkatkan kesehatan fisik Anda dan membuat Anda lebih percaya diri. • Berpikir positif. Coba cegah setiap pikiran negatif yang datang dengan menggunakan logika. Jangan biarkan pikiran-pikiran seperti “saya tidak berharga”, “saya tidak berdaya”, “saya tidak berbakat”, atau “saya tidak dicintai” menguasai diri Anda. Gantilah pikiran-pikiran tersebut dengan pikiran-pikiran yang lebih realistis, optimis, dan konstruktif. • Mencari teman curhat. Berbagi perasaan Anda dengan orang-orang yang Anda percayai dan peduli bisa membantu Anda merasa lebih lega dan didukung. Teman curhat bisa menjadi keluarga, teman, komunitas, atau profesional yang bisa memberikan Anda saran, masukan, atau sekadar mendengarkan. • Perlahan menyelesaikan masalah. Jika ada masalah yang menjadi penyebab depresi Anda, jangan menghindarinya atau menundanya. Hadapi masalah tersebut dengan cara yang bijak dan bertanggung jawab. Tentukan prioritas masalah yang harus diselesaikan terlebih dahulu, kemudian cari solusi yang paling efektif dan efisien. • Atur asupan makan. Makanlah makanan yang sehat dan bergizi untuk menjaga keseimbangan tubuh dan pikiran Anda. Hindari makanan yang mengandung gula, kafein, alkohol, atau zat aditif lainnya yang bisa memperburuk depresi Anda. • Membuat buku harian atau diary. Menulis perasaan Anda di buku harian atau diary bisa menjadi cara untuk mengekspresikan emosi Anda secara sehat. Anda juga bisa menulis hal-hal positif yang terjadi dalam hidup Anda sebagai pengingat bahwa hidup tidak selalu buruk. • Tidur cukup. Tidur cukup bisa membantu tubuh dan pikiran Anda untuk beristirahat dan meregenerasi diri. Tidur juga bisa mempengaruhi mood, konsentrasi, daya ingat, dan kesehatan secara keseluruhan. • Melakukan hal baru. Cobalah untuk melakukan hal-hal baru yang bisa memberikan Anda rasa puas dan percaya diri. Misalnya, belajar sesuatu yang baru, mengembangkan hobi atau minat Anda, melakukan perjalanan ke tempat baru, atau bergabung dengan organisasi atau komunitas yang positif.
-
Mengapa depresi terselubung bisa terjadi? Penyebab depresi terselubung bisa bermacam-macam, tergantung pada faktor individu dan lingkungan. Beberapa faktor yang bisa memicu depresi terselubung adalah: • Stres berkepanjangan. Stres adalah reaksi tubuh dan pikiran terhadap tekanan yang dihadapi. Stres yang sesekali terjadi bisa membantu kita untuk beradaptasi dan berkembang. Namun, stres yang berlangsung terus-menerus bisa menyebabkan gangguan kesehatan mental, termasuk depresi terselubung. • Trauma psikologis. Trauma psikologis adalah pengalaman yang menyebabkan luka batin, seperti kekerasan, pelecehan, bencana, perang, atau kematian orang tercinta. Trauma psikologis bisa menimbulkan perasaan takut, marah, sedih, bersalah, atau malu yang berlebihan. • Konflik interpersonal. Konflik interpersonal adalah ketidaksesuaian atau ketegangan antara dua orang atau lebih. Konflik interpersonal bisa terjadi dalam hubungan keluarga, persahabatan, percintaan, atau pekerjaan. Konflik interpersonal bisa menyebabkan perasaan tidak nyaman, tidak dihargai, tidak dipercaya, atau tidak dicintai. • Masalah keuangan. Masalah keuangan adalah kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup atau membayar utang. Masalah keuangan bisa disebabkan oleh pengeluaran yang melebihi pendapatan, pengangguran, kehilangan sumber penghasilan, atau bencana alam. Masalah ini bisa menyebabkan rasa cemas, khawatir, hingga putus asa. • Pekerjaan yang menekan. Pekerjaan yang menekan adalah pekerjaan yang menimbulkan beban fisik atau mental yang berat. Pekerjaan yang menekan bisa disebabkan oleh tuntutan tinggi, lingkungan tidak nyaman, atasan yang otoriter, atau rekan kerja tidak kooperatif. Hal ini bisa menyebabkan perasaan lelah, bosan, jenuh, frustasi, atau marah. • Kurangnya dukungan sosial. Dukungan sosial adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan oleh orang-orang di sekitar kita, seperti keluarga, teman, komunitas, atau profesional. Dukungan sosial bisa berupa dukungan emosional, instrumental, informasional, atau apresiatif. Kurangnya dukungan sosial bisa menyebabkan perasaan kesepian, terisolasi, tidak peduli, atau tidak berharga.
Tak bisa dipungkiri, depresi merupakan salah satu gangguan mental yang perlu diwaspadai. Gangguan ini dapat terjadi pada siapa saja. Mulai dari orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak juga memiliki risiko yang cukup tinggi di masa kini.
Sayangnya, kesadaran masyarakat tentang bahaya gangguan depresi masih terbilang minim. Jika dibiarkan, gangguan depresi akan dianggap remeh di masyarakat hingga berdampak buruk pada korban kematian yang semakin meningkat.
Untuk itu, penting untuk mengedukasi diri berbagai hal tentang depresi. Salah satunya, bisa dilakukan dengan membaca beberapa buku tentang depresi, berikut kami rangkum informasinya, bisa disimak.
1. I Want To Die But I Want To Eat Tteokbokki oleh Bae Se Hee
Buku tentang depresi yang pertama adalah "I Want To Die But I Want To Eat Tteokbokki" karya Bae Se Hee. Buku ini mengisahkan perjalanan emosional seorang wanita yang berjuang dengan depresi dan kecemasan. Dalam narasi yang intim dan tulus, penulis mengekspresikan pertarungan melawan gelapnya pikiran dan keinginan untuk memberi makna dalam hidupnya.
Salah satu elemen penting dalam buku ini adalah penggunaan makanan, khususnya tteokbokki, sebagai metafora. Tteokbokki, makanan khas Korea yang berwarna cerah dan menggugah selera, simbolisasi harapan dan kenyamanan. Saat tokoh utama merindukan makanan ini, ia merasakan momen kebahagiaan meskipun dikelilingi oleh kesedihan dan ketidakpastian mental.
Tema kesehatan mental yang diangkat dalam buku ini dekat dengan kehidupan sehari-hari, sehingga mampu menciptakan koneksi yang mendalam. Melalui kisah ini, Bae Se Hee berhasil menunjukkan bahwa di tengah depresi, ada keinginan untuk menemukan kebahagiaan dan harapan, bahkan dalam bentuk yang sederhana seperti makanan. Ini menjadikannya relevan dalam diskusi seputar kesehatan mental yang semakin penting di masyarakat saat ini.
2. Merawat Luka Batin oleh dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ
Buku tentang depresi yang bisa menjadi pilihan kedua adalah "Merawat Luka Batin" karya dr. Jiemi Ardian, Sp.KJ. Buku ini dijelaskan gejala dan tanda-tanda depresi yang sering kali tidak disadari oleh individu maupun orang di sekitarnya.
Penulis menjelaskan bagaimana pentingnya mengenali gejala seperti perubahan mood, kelelahan, dan kehilangan minat untuk merawat luka batin secara efektif. Selain itu, buku ini menyoroti betapa krusialnya dukungan dari orang-orang di sekitar individu yang mengalami depresi. Keterlibatan keluarga dan teman dapat membantu menjadikan proses pemulihan lebih baik dan cepat.
Dr. Jiemi juga menekankan pentingnya untuk berdamai dengan diri sendiri. Proses berpikir yang positif dan konstruktif menjadi langkah fundamental dalam menghadapi depresi.
Dengan memahami dan mengubah pola pikir yang negatif, individu dapat mulai menata ulang hidupnya untuk mencapai kesejahteraan mental. "Merawat Luka Batin" menawarkan panduan dan pemahaman yang dibutuhkan untuk menghadapi depresi secara holistik dan penuh empati.
3. Alasan Untuk Tetap Hidup oleh Matt Haig
Buku tentang depresi berikutnya adalah "Alasan Untuk Tetap Hidup" karya Matt Haig.Buku ini menggambarkan tema utama tentang perjuangan melawan depresi berat dan ketakutan yang juga dialami penulis mengenai kematian dan kehidupan.
Haig menceritakan pengalamannya seolah-olah terjebak dalam terowongan gelap yang sulit dilewati, menggambarkan perasaan putus asa dan kehilangan harapan. Melalui narasi yang jujur, ia mengajak pembaca untuk memahami bahwa depresi bukanlah tanda kelemahan, melainkan kondisi yang kompleks dan serius.
Buku ini sangat penting bagi orang-orang yang mengalami kecemasan dan depresi, karena memberikan wawasan tentang perjalanan self healing yang dapat dijalani. Dengan mengungkapkan perasaan dan pengalaman pribadinya, Haig memberikan harapan dan dorongan untuk terus hidup meskipun situasi terasa sangat berat.
Melalui kisahnya, pembaca diingatkan akan pentingnya mengenali dan memahami perasaan ini, serta menemukan alasan untuk bertahan hidup di tengah kegelapan.
4. Semua Orang Butuh Curhat oleh Lori Gottlieb
Buku tentang depresi yang keempat adalah "Semua Orang Butuh Curhat" karya Lori Gottlieb. Buku ini mengangkat tema utama mengenai pentingnya berbagi dan mendengarkan, bahkan bagi seorang terapis. Dalam pengalaman pribadinya menghadapi krisis, Gottlieb menggambarkan perjalanannya yang mendalam melalui terapi dengan Wendell, seorang pasien yang juga memberikan perspektif baru dalam hidupnya.
Gottlieb menunjukkan bahwa meskipun dia adalah seorang terapis, dia sendiri memiliki kebutuhan untuk curhat. Interaksi dengan pasien menjadi refleksi yang membuka wawasan bagaimana semua orang, tanpa memandang profesi, memerlukan ruang untuk berbicara tentang perasaan dan pengalaman mereka.
Buku ini juga mengeksplorasi kebenaran dan ilusi yang kita ceritakan pada diri sendiri. Gottlieb mengajak pembaca untuk memahami bagaimana narasi yang sering kita bangun dapat mempengaruhi cara kita melihat realitas. Melalui kisah-kisah pasiennya dan perjalanannya sendiri, Gottlieb menekankan bahwa mendengarkan dan berbagi adalah fondasi penting dalam memahami diri dan orang lain.
5. Coping with Depression: Jangan Mau Kalah dari Depresi! karya J.Maurus
Buku tentang depresi yang kelima adalah "Coping with Depression: Jangan Mau Kalah dari Depresi!" karya J. Maurus. Buku ini membahas tema penting mengenai cinta dan perannya dalam kesehatan mental. Dalam buku ini, penulis menjelaskan berbagai klasifikasi depresi, serta bagaimana cinta, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, dapat menjadi sumber kekuatan dalam proses pemulihan.
Maurus menawarkan pendekatan praktis yang mudah dipahami, menjadikan buku ini cocok untuk semua pembaca, terutama selama masa sulit seperti pandemi Covid-19. Dengan langkah-langkah yang jelas untuk self-healing, pembaca diajak untuk berani menghadapi depresi dan mengubah perspektif mereka terhadap emosi.
Emosi memainkan peranan krusial dalam kehidupan kita, dan buku ini mengajak setiap individu untuk mengakui serta merangkul perasaannya. Dengan cara ini, "Coping with Depression" dapat menjadi panduan yang efektif untuk melawan depresi dan membangun kesehatan mental yang lebih baik. Melalui buku ini, pembaca diharapkan dapat menjadi lebih kuat dan tidak menyerah pada tantangan hidup.
6. The Noonday Demon: An Atlas Of Depression dari Andrew Solomon
Buku tentang depresi selanjutnya adalah "The Noonday Demon: An Atlas Of Depression" karya Andrew Solomon. Ini adalah sebuah buku yang mendalam dan komprehensif mengenai depresi dan kecemasan. Dalam karya best seller yang terdiri dari 668 halaman ini, Solomon membagikan pengalaman pribadinya berjuang melawan depresi yang menghampirinya sejak usia muda. Dia menjelaskan bagaimana kondisi ini memengaruhi hidupnya, serta perjuangan yang dialaminya dalam mencari pemahaman dan pengobatan.
Solomon juga mengupas berbagai pendekatan medis dan farmakologis untuk menangani depresi, memberikan wawasan yang mendalam tentang pilihan pengobatan yang tersedia, serta dampak dari stigma yang menyertai kondisi mental.
Buku ini tidak hanya berfungsi sebagai panduan bagi mereka yang menderita, tetapi juga sebagai alat untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang depresi dan kecemasan. Dengan gaya penulisan yang puitis dan reflektif, Solomon berhasil menyampaikan kompleksitas emosi yang terkait dengan penyakit mental, menjadikan buku ini sebagai referensi penting dalam diskusi tentang kesehatan mental.
7. Feeling Good: The New Mood Theraphy Oleh David Burns
Buku tentang depresi yang tak kalah menarik lainnya adalah "Feeling Good: The New Mood Therapy" oleh David Burns. Buku ini merupakan adalah penting dalam memahami dan mengatasi depresi melalui pendekatan terapi kognitif. Terapi kognitif berfokus pada hubungan antara pikiran, perasaan, dan perilaku, di mana pikiran otomati, yang sering negatif dan tidak rasiona, dapat mempengaruhi perasaan kita secara signifikan.
Dalam bukunya, Burns menjelaskan teknik untuk menambah semangat, seperti mencatat pikiran negatif dan menggantinya dengan pikiran yang lebih positif. Selain itu, buku ini memberikan panduan tentang penggunaan obat antidepresan, menjelaskan bahwa mereka bisa menjadi tambahan yang efektif dalam mengatasi depresi, tetapi harus digunakan dengan bijak dan di bawah pengawasan profesional.
Kesadaran diri sangat penting dalam proses ini, karena mengenali dan mengubah pikiran otomatis dapat membantu mengurangi gejala kecemasan dan depresi. Dengan memahami bahwa pikiran kita berpengaruh besar terhadap perasaan, kita dapat mengambil langkah menuju kesehatan mental yang lebih baik.