Heboh Isu Jakarta Tenggelam Tahun 2050, Pakar UGM: Bukan Hal Mustahil
Isu tenggelamnya Kota Jakarta sudah merebak sudah lama. Menurut Pakar UGM, Bambang Hari Wibisono, prediksi bahwa Jakarta akan tenggelam di tahun 2050 bukanlah hal yang mustahil, Oleh karena itu, instrumen tata ruang harus diatur secara ketat dalam setiap pembangunan di ibu kota.
Isu tenggelamnya Kota Jakarta sudah merebak sudah lama. Inilah yang menjadi salah satu alasan kenapa ibukota harus dipindahkan ke Kalimantan yang dinilai lebih aman dari bencana. Menurut Pakar tata ruang Universitas Gadjah Mada Bambang Hari Wibisono, prediksi bahwa Jakarta akan tenggelam di tahun 2050 bukanlah hal yang mustahil.
“Saya kira ini bukan sesuatu yang mustahil, tapi keniscayaan yang akan terjadi kalau Jakarta tidak cermat melakukan pengelolaan pembangunannya. Ini suatu peringatan yang harus kita perhatikan,” kata Bambang dikutip dari ANTARA pada Senin (7/6).
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
-
Kapan Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Menurut Bambang, prediksi semacam itu menjadi peringatan penting akan ancaman yang dihadapi Jakarta di masa mendatang. Oleh karena itu, perlu upaya serius yang perlu dilakukan saat ini.
Penataan Tata Ruang yang Ketat
©2020 Merdeka.com/Iqbal S Nugroho
Isu penurunan tanah di Jakarta menjadi perhatian para ilmuwan sejak 10 hingga 15 tahun yang lalu. Bahkan, dalam laporan terbaru yang dirilis oleh Fitch Solution Country Risk and Industry research menyebutkan bahwa tahun 2050 diperkirakan Jakarta akan tenggelam akibat sejumlah persoalan yang dihadapi saat ini.
Menanggapi hal ini, Hari menghendaki ada instrumen penataan ruang yang sangat ketat untuk pembangunan di ibukota.
“Tata ruang harusnya sudah mengatur mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Mana yang merupakan kawasan budidaya yang bisa dikembangkan dan mana pula yang memiliki fungsi lindung,” kata Bambang.
Pembangunan Jakarta Saat Ini
©2021 Merdeka.com/Imam Buhori
Menurut Bambang, pembangunan Jakarta hari ini masih hanya mempertimbangkan soal kapasitas atau daya tampung, namun belum memikirkan tentang daya dukung.
Padahal di samping kapasitas lahan untuk menampung penduduk dalam jumlah tertentu, hal lain yang perlu menjadi pertimbangan adalah kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi bagi setiap penduduk untuk memiliki kualitas hidup yang lebih baik.
“Setiap orang tentunya membutuhkan air bersih, listrik, dan input lainnya. Sementara dari segi output mereka akan menghasilkan limbah yang harus diolah. Penting untuk diperhatikan apakah Jakarta memiliki kemampuan dalam hal Input dan Output ini,” jelas Bambang.
Belum Terlambat
©AFP PHOTO/GOH CHAI HIN
Menurut Bambang, jumlah penduduk Jakarta yang mencapai 10 juta jiwa dengan luas wilayahnya yang hanya 661 kilometer persegi belum lagi pembangunan yang masih terus dilakukan sebenarnya memberi beban bagi lahan. Hal inilah yang membuat banyak ahli memprediksi tentang tergenangnya Jakarta.
Meski demikian, menurut Bambang belum terlambat untuk melakukan intervensi dan langkah nyata untuk menghentikan persoalan tersebut, dan menghentikan ancaman tenggelamnya Jakarta.
“Semakin lambat mengambil langkah effort-nya pasti akan semakin berat. Tapi tidak ada kata terlambat untuk melakukan sesuatu,” kata Bambang.