Keren, Para Pembatik Tunarungu di Solo Hasilkan Mahakarya Menawan
Tak disangka, para penyandang tunarungu ini mampu berkarya layaknya manusia pada umumnya. Keterbatasan bukan jadi alasan mereka untuk menghasilkan batik nan menawan. Berbagai macam motif diciptakan sehingga mampu mengikuti tren di pasaran.
Beraneka macam motif batik menawan berhasil dibuat para penyandang disabilitas ini. Batik Toeli menjadi rumah para tunarungu berkarya. Salah satu karyawannya bernama Dyan Priamdyka yang bergabung dengan Batik Toeli selang satu bulan berdiri. Ia mampu membatik dengan beragam motif.
Memiliki keterbatasan bukanlah menjadi alasan untuk berhenti berkarya. Merekalah para penderita tunarungu yang menembus keterbatasan. Melalui batik, penyandang disabilitas ini dengan teliti menorehkan lilin pada kain. Batik Toeli berkembang di sentra Kampung Batik Laweyan, Solo.
-
Mengapa Batik Solo memiliki makna mendalam? Motif batik Solo cenderung berlatar cokelat atau warna gelap yang bermakna kerendahan hati, kesederhanaan, dan sifat membumi.
-
Apa makna dari motif "Pari Sumilak" di dalam batik Bojonegoro? Pari (padi), sumilak (mulai menguning dan siap dipanen). Maknanya padi yang sudah siap dipanen di seluruh wilayah Bojonegoro.
-
Dimana batik complongan pertama kali ditemukan? Batik complongan pertama ditemukan pada 1800 an di kain panjang, selendang dan penutup emas.
-
Batik apa yang dikenakan oleh Ibu Susi Sulistiyanto? "Bangga, rasanya bangga dapat mempromosikan diplomasi Batik secara total malam ini. Meski ini pertama kalinya kami turut serta acara ini, kami bersyukur audiens dari kalangan diplomat dan pengusaha menyambut baik. Bahkan sejumlah audiens langsung mendekati kami seusai pagelaran untuk menanyakan busana yang kami kenakan,"
-
Kapan motif batik kawung diciptakan? Mengutip iwarebatik.org, motif kawung diciptakan oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo, Raja Mataram Islam (1593-1645).
-
Siapa yang membuat Batik Sojiwan? Legowo, Ketua II Kelompok Batik Sojiwan mengatakan, motif batik Sojiwan mengandung banyak nilai filosofis. Lantas seperti apa keunikan batik ini? berikut selengkapnya: Legowo mengatakan, penciptaan motif Batik Sojiwan bermula dari pendampingan UNESCO dan BPCB pada Mei 2015 terhadap warga di Dusun Sojiwan.
Keikutsertaanya dalam produksi batik membuatnya mempunyai skill begitu bermanfaat. Terlebih lagi, tanpa rasa minder keterbatasan ia dan rekan sesama penyandang tunarungu tak lagi menganggapnya menjadi suatu hal yang diperdebatkan.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Nama Batik Toeli diangkat dari keterbatasan para penyandang disabilitas pendengaran. Yang memiliki nama lain Tuli dan dikreasikan melalui ejaan lama. Para pekerjanya mulai berangkat dari ketidaktahuan akan batik. Dengan adanya pelatihan rutin, karya-karya indah bermunculan. Terlebih mereka dapat mengangkat perekonomian di tengah pandemi.
Dijembatani oleh Muhammad Taufan Wicaksono, dapur produksi Batik Toeli berjalan. Taufan menjadi perantara yang bisa berbahasa isyarat kepada penyandang tunarungu. Melalui kode isyarat tangan dan tubuh, para penyandang disabilitas mengkoordinasikan aneka tema batik, motif, ukuran, hingga warna.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Pemilik Batik Toeli sendiri ialah Alpha Febela Priyatmono yang sebelumnya mengembangkan batik Mahkota Laweyan. Situasi pandemi membuatnya berinovasi untuk mendirikan Batik Toeli, mengingat ada karyawannya yang menyandang tunarungu. Tepatnya pada Bulan Maret 2020 Batik Toeli dirintis. Kini batik Toeli memiliki 3 orang penyandang tunarungu yang sepenuhnya memproduksi Batik Toeli.
Sudah banyak pembatik yang ada di Kampung Batik Laweyan. Namun pemberdayaan penyandang disabilitas dirasa perlu untuk membuktikan memiliki keterbatasan bukanlah alasan untuk menjadi seorang pembatik.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Selama pandemi, Batik Toeli juga memproduksi kain batik bertemakan lembaran surat pendek dalam Al-Qur'an. Jenis produk ini menjadi populer setelah kebutuhan masker batik. Dengan teliti mata mereka jeli memelototi setiap pola. Bak membuat kaligafi, mereka mahir menuliskan aksara arab ini dalam wujud batik.
Di Batik Toeli mereka berkarya, tanpa ada batasan meskipun mereka punya keterbatasan. Melalui batik, mereka terberdayakan sehingga bisa hidup mandiri. Melalui membatik, mereka berhasil membuat berbagai karya seni yang telah diakui dunia akan keberadanya.
©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Mereka juga diajarkan untuk membuat pola dengan pensil pada selembar kain. Sesuai tema dan pesanan, imajinasi mereka turut diasah untuk menghasilkan desain yang beragam mengikuti tren pasaran.
Perlahan tapi pasti, pola yang tersedia mulai dilapisi dengan larutan lilin. Mereka sering mendapat arahan saat proses belajar. Dengan motif yang sudah siap, tangan mereka dengan cekatan menorehkan canthing mengikuti alur pada kain. Kain mori, shantung, dan sutra menjadi bahan batik yang populer digunakan.
(mdk/Ibr)