Kisah Mbah Kiai Jangkrik, Sang Pendekar Sakti dari Pelosok Wonosobo
Mbah Kiai Jangkrik merupakan seorang pendekar yang sakti. Kesaktiannya antara lain suara siulannya yang mirip suara jangkrik sehingga bisa mengecoh lawan
Alkisah pada sebuah desa di pelosok Wonosobo, pernah hidup seorang pendekar yang sakti mandraguna. Orang-orang mengenalnya dengan nama Mbah Kiai Jangkrik.
Konon semasa hidupnya, Kiai Jangkrik memiliki kelebihan di antaranya, mampu menghilang dan mengecoh lawan dengan kepiawiannya dalam bersiul yang suaranya mirip suara jangkrik. Karena suara siulannya mirip suara jangkrik inilah ia dijuluki Mbah Jangkrik.
-
Cerita lucu apa yang dibagikan oleh merdeka.com? Untuk itu, berikut merdeka.com membagikan kumpulan beberapa cerita lucu dilansir dari berbagai sumber, Jumat (19/1/2024):
-
Apa yang menjadi topik utama dari cerita anekdot tentang Wakil Rakyat dan rakyat? Wakil rakyat saat ini bukannya menyejahterakan rakyat, tapi malah menyengsarakan rakyat. Lebih parahnya lagi banyak wakil rakyat yang terjerat kasus korupsi.
-
Bagaimana kecantikan Putri Kandita digambarkan dalam cerita rakyat? Parasnya begitu cantik jelita. Saking ayunya mempesona, disebut-sebut kecantikannya mengalahkan sang ibundanya.
-
Mengapa Kotak Suara Pemilu Penting? Kotak suara menjadi salah satu perlengkapan pemungutan suara pada Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 142 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota.
-
Bagaimana pernyataan tersebut dibantah? Seorang dokter kulit di negara bagian Maryland, AS yang berspesialisasi dalam terapi cahaya untuk penyakit kulit membantah klaim kacamata hitam yang dikaitkan dengan kanker."Apakah kacamata hitam yang menghalangi sinar UV bersifat melindungi? Ya. Apakah ada bukti bahwa memakai kacamata hitam berbahaya bagi kesehatan mata atau kulit? Tidak," dikutip dari AFP.
-
Apa yang membuat citra perwakilan rakyat menjadi jelek? Nah oknum begini-begini lah yang buat citra perwakilan rakyat kadang jadi jelek di mata masyarakat. Jabatan dipakai cuma buat cari akses dan keuntungan pribadi.
Pada masanya Mbah Jangkring merupakan salah satu pejuang yang melawan penjajah Belanda. Ia lari ke lahan perbukitan setelah dikejar oleh Belanda dari wilayah Kaliwungu. Setelah tinggal di sana selama bertahun-tahun, ia bisa menyatu dengan warga sekitar. Lama-kelamaan, desa tempat tinggal Mbah Jangkrik dikenal dengan nama Desa Jangkrikan.
Tak Ada Seorangpun yang Tahu Nama Aslinya
Mbah Salamun, selaku sesepuh Desa Jangkrikan, mengatakan, tak ada seorangpun yang tahu nama asli dari Mbah Jangkrik. Kini makamnya berada di Desa Jangkrikan.
Makam ini menjadi pusat ziarah bagi pemeluk agama Islam, baik dari wilayah sekitar maupun dari luar daerah.
Masyarakat setempat merawat makam itu dengan baik. Bahkan di makam itu dibangun sebuah pondok kecil untuk memberikan kenyamanan pada pengunjung yang berziarah.
“Dulunya makam itu hanya batu. Bahkan tak ada yang tahu kalau di sana itu ada makam Mbah Jangkrik. Yang tahu pertama kali malah dari kesenian kuda kepang. Salah satu anggota ada yang ‘mendem’ sampai lama tidak sembuh. Sampai dia lari ke situ dan mengatakan kalau di sanalah makam Mbah Kiai Jangkrik,” kata Mbah Salamun dikutip dari kanal YouTube Official WEB TV Wonosobo.
- Kisah Tukang Rongsok Berhati Mulia Nikahi Wanita ODGJ 'Saya Kasihan Perempuan Tinggal di Jalan'
- Kisah Mbah Soyo dari Wonogiri, Sesepuh Desa yang Pilih Tinggal Seorang Diri di Puncak Bukit
- Keterbatasan Fisik Tak Jadi Alasan, Sosok Siswi Sepolwan Asal Bangka Belitung Ini Curi Perhatian
- Namanya Diseret di Sidang Sengketa Pilpres, Budi Waseso Bantah Dicopot dari Dirut Bulog karena Tolak Bansos
Warga Tahlilan Bersama Tiap Malam Jumat
Setiap malam Jumat, warga setempat melakukan tahlilan bersama di makam Mbah Kiai Jangkrik. Tak hanya itu, warga dari luar desa pun juga ikut mendoakan pemuka agama tersebut.
Dikutip dari kanal YouTube Official WEB TV Wonosobo, keberadaan makam tersebut tak hanya sebagai tempat bersemayam jasad seorang pendekar sakti, namun juga menjadi simbol keberlanjutan ajaran dan nilai-nilai agama Islam.
Makam inipun menjadi tempat spiritual bagi masyarakat setempat dan menjadi bagian penting dalam warisan budaya dan sejarah di Wonosobo.
Jadi Inspirasi Nama Desa
Nama tempat Mbah Kiai Jangkrik pernah tinggal kini dinamai Desa Jangkrikan. Dikutip dari Jangkrikan-kepil.wonosobokab.go.id, Desa Jangkrikan didirikan pada tanggal 20 September 1853 dan memiliki 20 dukuh.
Pada zaman dulu, Desa Jangkrikan terkenal karena hasil pertaniannya mulai dari padi, ketela, sayur-sayuran, hingga palawija. Konon tanah di desa itu sangat subur sehingga kehidupan masyarakat desapun bisa dikatakan makmur.
Dalam perjalanannya, Desa Jangkrikan tak luput dari beberapa peristiwa sejarah. Pada peristiwa G30S PKI, desa itu pernah menjadi tempat persembunyian gembong PKI.
Pada tahun 1970-an, terjadi gagal panen selama empat musim tanam karena hama tikus menyerang persawahan di kawasan Desa Jangkrikan dan sekitarnya.