Langganan Juara Kelas, Siswa dari Keluarga Transmigran di Pelosok Sulawesi Barat Ini Bisa Kuliah Gratis di UGM
Ketertarikannya pada pelajaran matematika dan juga sastra mendorongnya mengikuti berbagai perlombaan dan sering berhasil menjadi juara.
Ketertarikannya pada pelajaran matematika dan juga sastra mendorongnya mengikuti berbagai perlombaan dan sering berhasil menjadi juara.
Langganan Juara Kelas, Siswa dari Keluarga Transmigran di Pelosok Sulawesi Barat Ini Bisa Kuliah Gratis di UGM
Setiap orang pasti bisa mewujudkan mimpinya jika ia berusaha dengan gigih. Kegigihan tampaknya sudah menjadi sebuah hal yang wajib bagi pasangan suami istri I Kadek Somadana (44) dan Ni Luh Ernawati (40).
Kehidupan yang keras di lokasi transmigrasi membuat mereka terbiasa hidup penuh dengan kegigihan demi bisa survive. Kegigihan itu seperti diwariskan ke anaknya, Made Emilia Cahyati (18), yang selalu berusaha meraih prestasi saat duduk di bangku SMA 1 Pangale.
-
Kenapa Johan bisa kuliah gratis di UGM? Ia diterima di Prodi Ilmu Ekonomi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UGM dan dibebaskan dari biaya pendidikan selama kuliah. Hal ini dikarenakan Johan merupakan salah satu penerima Uang Kuliah Tunggal Pendidikan Unggul bersubsidi 100 persen.
-
Siapa saja Anak Kurang Mampu yang berhasil masuk UGM ? 1. Kisah Anak Guru Honorer yang Gigih Mewujudkan Mimpinya Pertama adalah cerita siswa asal Lombok Timur bernama Gigih Indah Sukma Halwai (17). Dia tak henti mengucapkan syukur saat dinyatakan diterima di program studi Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) UGM. Ia dibesarkan oleh ayahnya yang merupakan seorang guru honorer. Ibunya meninggal pada tahun 2019 lalu. Penghasilan ayahnya yang menjalani peran sebagai orang tua tunggal pun pas-pasan. Namun kondisi sulit itu membuat Gigih berjuang keras untuk mewujudkan mimpinya. Sejak kecil ia rutin mengikuti berbagai perlombaan. Hasilnya Gigih berhasil meraih berbagai prestasi, termasuk medali perak dan perunggu di olimpiade fisika dan gelar juara satu di kompetisi inovasi sains tingkat provinsi. Kegigihan itu berbuah hasil. Ia diterima di UGM lewat jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Ia pun mendapat subsidi Uang Kuliah Tunggal (UKT) 100 persen dari UGM, sehingga ia bisa kuliah gratis. 2. Anak Buruh Tani yang Langganan Juara Kelas Meski lahir di keluarga sederhana, Asysyfa Maisarah (18) memiliki tekad yang kuat untuk mengejar mimpinya berkuliah di kampus terkemuka di Indonesia. Ia lahir dari pasangan suami istri Mardion (54) dan Elfa Harningsih (48). Ayahnya merupakan seorang buruh tani dengan penghasilan Rp50 ribu per hari. Sementara ibunya adalah seorang ibu rumah tangga. Karena ingin mewujudkan mimpi berkuliah ke jenjang yang lebih tinggi, Asysyfa giat belajar hingga ia konsisten menjadi juara kelas. Selama SMA pun ia mendapat beasiswa sehingga bisa bersekolah secara gratis. Berkat prestasi itulah, gadis yang akrab disapa Syfa itu diterima kuliah di program studi Akuntansi FEB UGM lewat jalur SNBP. Ia juga lolos sebagai penerima UKT 100 persen sehingga ia dibebaskan dari biaya pendidikan selama kuliah. 3. Anak Petani Singkong Asal Toraja Bikin Bangga Jemaat Gereja Saat pengumuman seleksi SNBP UGM keluar, Moses Patibang (18) pemuda asal Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja, Sulawesi Selatan, sedang beribadat di gereja. Selesai ibadah, ia langsung membuka pengumuman SNBP di ponselnya. Begitu histerisnya ia saat tahu ia berhasil masuk UGM.“Puji Tuhan, saya lulus UGM, saya lulus UGM!” teriaknya. Para jemaat dan pendeta yang mendengarnya ikut berbahagia. Apalagi Moses berasal dari keluarga kurang mampu. Ia dibesarkan oleh ayahnya seorang diri setelah sang ibu meninggal 5 tahun lalu. Di bangku sekolah, ia selalu meraih lima besar. Ia juga menerima UKT 100 persen. Saat diterima di UGM, Moses mengaku terinspirasi dari sosok Najwa Shihab. Setelah lulus nanti, ia bercita-cita ingin menjadi dosen.
-
Bagaimana Anak Kurang Mampu bisa masuk UGM ? Ada banyak cara agar mereka bisa berkuliah di perguruan tinggi favorit. Salah satunya dengan menjadi siswa berprestasi dan masuk ke universitas favorit dengan jalur prestasi.
-
Mengapa Anak Kurang Mampu ingin masuk UGM ? Melanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi merupakan kesempatan yang tidak semua siswa bisa mendapatkannya. Terlebih bagi siswa yang orang tuanya berasal dari golongan kurang mampu.
-
Apa yang dilakukan oleh Anak Kurang Mampu untuk masuk UGM ? Mereka berjuang keras untuk menggapai di bangku SMA agar bisa masuk kampus favorit melalui jalur prestasi.
-
Prestasi apa yang membuat Love's Nurani Hasan bisa kuliah gratis di UGM? Ia diterima sebagai mahasiswa baru UGM tahun 2024 tanpa tes melalui jalur Seleksi Nasional Berdasar Prestasi (SNBP). Bahkan ia dinyatakan mendapat beasiswa uang Kuliah Tunggal (UKT) 100 persen alias dibebaskan dari biaya pendidikan hingga lulus.
Selama duduk di bangku sekolah, gadis yang akrab dipanggil Emil itu langganan juara kelas dan masuk rata-rata tiga besar. Ketertarikannya pada pelajaran matematika dan juga sastra mendorongnya mengikuti berbagai perlombaan dan sering berhasil menjadi juara.
Ia pernah meraih juara 1 bidang matematika pada lomba Olimpiade Sains Nasional Tingkat Mamuju pada April 2023 se-Sulawesi Barat. Selain itu ia juga pernah meraih juara 1 bidang lomba menulis cerpen pada Festival Lomba Siswa Nasional (FLS2N) jenjang SMA tingkat Kabupaten Mamuju Tengah.
Meski tinggal di kawasan transmigran, ia tidak pernah menyerah dalam mewujudkan mimpi untuk kuliah di UGM. Berbagai perlombaan ia ikuti demi bisa masuk UGM jalur prestasi. Menurutnya tidak ada yang tidak mungkin asal kita mau berusaha.
“Dari awal memang saya sudah niat masuk UGM karena Yogyakarta terkenal dengan pendidikannya. Dulu SMP saya termasuk daerah 3T. Lalu SMA saya tidak masuk daftar 1.000 SMA terbaik se-Indonesia. Paling tidak saya bisa masuk ke kampus favorit,” kata Emil dikutip dari Ugm.ac.id.
Emil sebenarnya sempat tidak menyangka bisa kuliah di UGM. Apalagi menurut cerita guru-gurunya, belum pernah satupun alumni SMA 1 Pangale berkuliah di UGM. Belum lagi sejak bangku SD hingga SMA belum pernah sekalipun ia bersekolah di sekolah favorit. Bahkan jarak antara SMA dengan rumahnya harus ditempuh hingga 45 menit dengan kendaraan roda dua melewati area kebun sawit.
Kini ia berhasil menempuh pendidikan di Prodi Ilmu dan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan UGM lewat jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP). Tak hanya masuk UGM tanpa tes, ia juga mendapat beasiswa UKT pendidikan Unggul Bersubsidi sebesar 100 persen atau bisa berkuliah di UGM secara gratis.
Emil berasal dari keluarga transmigrant. Pada tahun 1983, Made Yarnita (69), kakek Emil mengajak istri dan anaknya berangkat dari Buleleng, Bali, menuju Mamuju sebagai transmigran bersama ratusan kepala keluarga lainnya.
Sesampainya di Tommo, Yarnita hanya diberi rumah papan seluas 5x7 meter. Saat itu jalan kampung masih berupa tanah liat. Kondisi lokasi transmigran belum ada listrik dan di sekitar pekarangan masih dikelilingi hutan dan rawa.
- Telah Layani Ribuan Pelajar, Pemkab Banyuwangi Kembali Luncurkan Angkutan Pelajar Gratis
- 3 Kisah Siswa Kurang Mampu yang Berhasil Diterima Kuliah Gratis di UGM Tahun Ini, Angkat Derajat Orang Tua
- Wujudkan Impian Masa Kecil, Ini Kisah Anak Petani Asal Pulau Samosir Berhasil Lolos Kuliah Gratis di UGM
- Kisah Pasutri Bikin Sekolah Berkualitas Gratis di Tulungagung, Awalnya Lesehan di Teras Rumah yang Dindingnya Lapuk
Kini kehidupannya jauh lebih baik. Ia pun tampak sumringah tatkala mengetahui cucunya bisa melanjutkan kuliah di kampus UGM.
Sementara itu ayah Emil, Kadek, bekerja sehari-hari dengan mengelola kebun sawit milik ayahnya.
Setiap dua minggu sekali Kadek bisa panen 4-5 kuintal buah sawit. Satu kilogram buah sawit dijual seharga Rp2.000 ke pengepul. Rata-rata setiap bulan ia memperoleh pendapatan sekitar Rp2 juta.
Uang dari hasil berjualan buah sawit digunakan untuk menghidupi tiga orang anaknya dan kedua orang tua yang tinggal serumah dengannya. Ia pun bekerja serabutan sebagai buruh harian lepas untuk memperoleh pendapatan tambahan.