Peristiwa 12 Maret: Sejarah Salt March di India, Pawai Melawan Kebijakan Pajak Garam
Hal ini kemudian mendorong tokoh nasional Mahatma Gandi untuk melakukan gerakan perubahan. Di mana salah satu peristiwa penting terjadi pada 12 Maret 1930, di mana Gandhi bersama beberapa lusin pengikut melakukan pawai untuk menuntut pajak garam yang merugikan masyarakat India.
Pajak merupakan salah satu kebijakan di bidang keuangan yang diterapkan oleh setiap negara. Dalam hal ini, warga negara wajib membayar pajak kepada pemerintah guna mendukung proses pembangunan. Secara umum, kewajiban membayar pajak dilakukan oleh rakyat namun akan kembali pada rakyat dengan berbagai manfaat yang bisa didapatkan.
Meskipun begitu, kewajiban pajak di zaman kolonialisme jauh dari tujuan kesejahteraan rakyat. Salah satunya terjadi di negara India, yaitu ketika Inggris melakukan penjajahan. Pada saat itu, pemerintah Inggris melarang masyarakat India mengumpulkan atau menjual garam sebagai bahan makanan pokok.
-
Siapa yang mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap bencana kekeringan di Jateng? Namun Pak Suharyanto mengingatkan masyarakat bahwa meski tidak ada dampak El Niño, namun bencana kekeringan di Jawa Tengah masih mungkin terjadi, sehingga tetap perlu waspada.
-
Siapa Mbah Joget? Dilansir dari kanal YouTube Tri Anaera Vloger, Mbah Joget sendiri merupakan seorang penari atau ronggeng pada masa kolonial Belanda.
-
Kenapa Doa Sapu Jagat penting? Bukan hanya menambah pahala, doa sapu jagat juga akan meningkatkan keimanan dan dekat dengan Allah SWT.
-
Kenapa bantuan pangan diberikan di Jateng? “Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah kepada masyarakat. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih membutuhkan,” kata Nana.
-
Siapa yang menerima bantuan pangan di Jateng? Ada sebanyak 3.583.000 keluarga penerima manfaat di Jawa Tengah yang bakal menerima bantuan tersebut.
-
Apa itu kue talam jagung? Kue talam merupakan salah satu jenis kue tradisional Indonesia yang memiliki cita rasa manis dan tekstur lembut.
Warga India dipaksa untuk membeli garam dari penguasa Inggris serta memberikan pajak garam yang besar. Bukan hanya itu, Inggris juga menjalankan monopoli atas penjualan garam di negara India. Tentu kebijakan ini menimbulkan kesenjangan antara Inggris yang bertindak sebagai penguasa dengan warga India yang memiliki sumber daya tersebut di tanah airnya.
Hal ini kemudian mendorong tokoh nasional Mahatma Gandi untuk melakukan gerakan perubahan. Di mana salah satu peristiwa penting terjadi pada 12 Maret 1930, di mana Gandhi bersama beberapa lusin pengikut melakukan pawai untuk menuntut pajak garam yang merugikan masyarakat India.
Lalu seperti apa sejarah lengkap dari peristiwa 12 Maret 1930 di India yang dikenal dengan Salt March ini. Dilansir dari laman History, berikut kami merangkum informasinya untuk Anda.
Kebijakan Pajak Garam dan Gerakan Satyagraha
Shutterstock
Peristiwa 12 Maret atau terjadinya gerakan Salt March dimulai dari kebijakan pajak garam yang diberlakukan oleh penguasa Inggris pada masyarakat India. Undang-undang Garam Inggris tahun 1882 melarang orang India mengumpulkan atau menjual garam, sebagai salah satu bahan makanan pokok.
Warga negara India dipaksa untuk membeli garam dari penguasa Inggris, dan mereka menjalankan politik monopoli atas pembuatan dan penjualan garam. Bukan hanya itu, pemerintah Inggris juga mengenakan pajak garam yang besar bagi masyarakat India, bahkan termasuk masyarakat miskin.
Ketidakadilan ini mendorong Mahatma Gandhi untuk memperjuangkan hak-hak masyarakat India. Setelah kembali dari Afrika Selatan selama dua dekade, Gandhi mulai bekerja mengajak rakyat untuk merebut kemerdekaan India dari Inggris.
Gandhi meyakini bahwa terdapat banyak cara yang bisa dilakukan untuk menentang dan melanggar hukum Inggris tanpa tindakan kekerasan. Gandhi menyatakan perlawanan terhadap kebijakan garam dengan "satyagraha," sebagai tema kampanye barunya, yaitu pembangkangan sipil massal.
Salt March Dimulai
©2020 Merdeka.com
Sejarah Salt March yang terjadi pada 12 Maret berlanjut. Setelah Gandhi memiliki ide dan gagasan gerakan untuk menentang pemerintah Inggris, selanjutnya Gandhi mengirim surat pada 2 Maret 1930 untuk memberi tahu Raja Muda Lord Irwin bahwa dia dan yang lainnya akan mulai melanggar Hukum Garam dalam 10 hari.
Kemudian, pada 12 Maret 1930, Gandhi berangkat dari ashramnya, atau tempat peristirahatan keagamaannya, di Sabermanti dekat Ahmedabad dengan beberapa lusin pengikut untuk melakukan pawai sekitar 240 mil ke kota pesisir Dandi di Laut Arab.
Di sana, Gandhi dan para pendukungnya menentang kebijakan Inggris dengan membuat garam dari air laut. Sepanjang jalan, Gandhi berbicara kepada banyak orang, dan setiap hari semakin banyak orang yang bergabung dengan satyagraha garam.
Pada saat mereka sampai di Dandi pada tanggal 5 April, Gandhi berada di depan puluhan ribu orang. Dia berbicara dan memimpin doa dan keesokan paginya berjalan ke laut untuk membuat garam.
Gandhi telah merencanakan untuk membuat dataran garam di pantai, yaitu membuat kristal garam setiap air pantai pasang. Kemudian polisi pun mencegah upayanya dengan menghancurkan kristal garam dalam lumpur.
Namun, Gandhi mengulurkan tangan dan mengambil segumpal kecil garam alami dari lumpur, untuk menunjukkan tekad dan upayanya dalam menentang Inggris. Ribuan orang lainnya kemudian mengikuti jejak Gandhi. Gerakan ini bahkan diikuti di kota-kota pesisir Bombay (sekarang disebut Mumbai) dan Karachi, di mana kaum nasionalis India memimpin kerumunan warga membuat garam.
Akibat Salt March
©Daily Mail
Setelah peristiwa 12 Maret 1930 di mana Gandhi dan masyarakat India melakukan gerakan Salt March, terdapat beberapa akibat yang ditimbulkan. Ini terjadi ketika gerakan pembangkangan sipil pecah di seluruh dunia. Pemerintah Inggris kemudian melakukan penangkapan pada lebih dari 60.000 orang. Termasuk Gandhi yang ditangkap pada 5 Mei, menariknya gerakan satyagraha berlanjut dan diteruskan rakyat India tanpanya.
Pada tanggal 21 Mei, penyair Sarojini Naidu memimpin 2.500 pawai di Dharasana Salt Works, sekitar 150 mil di utara Bombay. Beberapa ratus polisi India pimpinan Inggris bertemu dan dengan kejam memukuli para demonstran damai. Insiden itu, yang direkam oleh jurnalis Amerika Webb Miller, memicu kecaman internasional terhadap kebijakan Inggris di India.
Pada Januari 1931, Gandhi dibebaskan dari penjara. Dia kemudian bertemu dengan Lord Irwin, raja muda India, dan setuju untuk membatalkan satyagraha dengan imbalan peran negosiasi yang setara pada konferensi London tentang masa depan India.
Pada bulan Agustus tahun tersebut, Gandhi melakukan perjalanan ke konferensi sebagai satu-satunya wakil dari Kongres Nasional India yang nasionalis. Pertemuan itu mengecewakan, tetapi para pemimpin Inggris telah mengakui Gandhi sebagai kekuatan yang tidak dapat mereka tekan atau abaikan.
Pada akhirnya, India memenangkan kemerdekaannya pada Agustus 1947. Gandhi yang berusia 78 tahun dibunuh oleh seorang ekstremis Hindu kurang dari enam bulan kemudian, pada 30 Januari 1948.
(mdk/ayi)