Peristiwa 17 Februari: Kelahiran Buya Hamka, Ulama Panutan dari Minangkabau
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan nama Buya Hamka adalah salah seorang ulama besar di Indonesia. Tak hanya dikenal sebagai ulama, beliau juga merupakan seorang sastrawan, sejarawan, dan politikus yang begitu dihormati.
Haji Abdul Malik Karim Amrullah atau yang lebih dikenal dengan nama Buya Hamka adalah salah seorang ulama besar di Indonesia. Tak hanya dikenal sebagai ulama, beliau juga merupakan seorang sastrawan, sejarawan, dan politikus yang begitu dihormati.
Sebagai sastrawan, Hamka telah melahirkan karya-karya yang fenomenal seperti Di Bawah Lindungan Ka’bah (1936), Tenggelamnya Kapal van der Wijck (1937), dan masih banyak lagi. Melalui karya-karya tersebut, beliau dianggap sebagai salah seorang tokoh yang berpengaruh di dunia sastra Indonesia.
-
Apa yang terjadi di Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada Minggu (12/5)? Baru-baru ini Kabupaten Agam, Sumatera Barat baru saja tertimpa musibah bencana alam banjir bandang lahar dingin pada Minggu (12/5) kemarin.
-
Apa yang terjadi pada Waduk Jatiluhur saat ini? Terdampak Kemarau, Begini Potret Waduk Jatiluhur yang Kini Surut Waduk Jatiluhur bahkan surut hingga 10 meter. Sebagai sumber penampungan sungai yang dibendung, waduk seharusnya menampung banyak air.Namun di musim kemarau ini kondisi berbeda justru ditemui di Waduk Jatiluhur yang mengalami kondisi surut.
-
Apa yang dirayakan di hari Jumat Agung? Jumat Agung merupakan salah satu perayaan penting dalam agama Kristen di mana umat memperingati penyaliban dan wafatnya Yesus Kristus.
-
Di mana Jumhari tinggal? Selama ini kakek berusia 84 tahun tersebut tinggal seorang diri di rumahnya di Dusun Sawahan, Desa Genteng Wetan, Kecamatan Genteng.
-
Apa yang terjadi di jalan Tol Jakarta - Cikampek pada Senin siang? Banyak pemudik yang melanggar batas jalur contraflow saat melintas di jalan Tol Jakarta - Cikampek (Japek) atau selepas Exit Tol Cikampek Utama mengarah ke Jakarta di KM 70 sampai KM 65, pada Senin (15/4) siang.
-
Apa yang terjadi di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Bandung Barat? Sebagaimana diberitakan, puluhan rumah di Kampung Gintung, Desa Cibenda, Kecamatan Cipongkor, Kabupaten Bandung Barat (KBB) diterjang longsor pada Minggu (24/3/2024) sekitar pukul 23.00 WIB.
Tepat hari ini 17 Februari, pada 1908 silam, sosok ulama karismatik itu lahir di Sungai Batang, Maninjau, Sumatera Barat. Seperti dikutip dari uinsu.ac.id, Buya Hamka lahir dari kalangan yang taat agama. Ayahnya, Haji Abdul Karim Amrullah adalah seorang tokoh Islam yang pernah mendalami ilmu agama di Mekkah.
Lantas, seperti apa perjalanan hidup Buya Hamka dan sumbangsihnya bagi bangsa Indonesia? Simak ulasannya yang dilansir dari uinsu.ac.id:
Riwayat Pendidikan Buya Hamka
©2020 biografi Buya Hamka
Lahir dari keluarga yang taat agama, menjadikan Buya Hamka sebagai sosok yang tekun mendalami agama Islam. Sejak kecil, beliau sudah menerima dasar-dasar agama dan membaca Alquran dari ayahnya.
Tak hanya mempelajari ilmu agama, beliau juga banyak belajar berbagai bidang ilmu seperti filsafat, sastra, sejarah, hingga sosiologi yang dipelajari secara otodidak. Pada usia 10 tahun, ayahnya mendirikan sekolah dan perguruan tinggi bernama Sumatera Thawalib di Padang Panjang. Di tempat tersebut, Hamka lebih banyak belajar dan mendalami ilmu bahasa Arab.
Pendidikan yang ditempuh Hamka sebenarnya tidak terlalu tinggi. Pada usia 8-15 tahun, beliau belajar agama di sekolah Diniyah dan Sumatera Thawlib. Beberapa gurunya yang terkenal adalah Syekh Ibrahim Musa Parabek, Zainuddin Labey el-Yunusy, dan Engku Mudo Abdul Hamid.
Menginjak usia remaja, Hamka semakin rajin membaca buku. Bahkan, kegemaran membaca buku ini membuatnya tidak puas dengan pendidikan yang ada. Oleh karena itu, ketika mencapai usia 16 tahun, beliau memutuskan merantau ke Yogyakarta untuk menambah wawasannya. Di Kota Pelajar tersebut, beliau banyak menimba ilmu dengan Ki Bagus Hadikusumo, HOS. Tjokroaminoto, R.M Suryopranoto, dan masih banyak lagi.
Karya-Karya Buya Hamka
©blogspot.com
Sumbangsih Buya Hamka bagi bangsa Indonesia tentu sudah tidak bisa diragukan lagi. Banyak sekali karya-karya beliau, baik karya ilmiah maupun sastra, yang hingga saat ini terus dipelajari oleh para penerusnya. Bahkan, buku-bukunya beberapa kali harus dicetak ulang karena minat pembacanya yang sangat tinggi.
Tak hanya dimintai oleh masyarakat Indonesia, tidak sedikit karya-karya Hamka yang terkenal di berbagai negara seperti Singapura, Malaysia, Brunai Darusalam, dan Thailand. Beberapa bukunya yang sampai saat ini masih menjadi rujukan di antaranya Tasawuf Modern, Falsafah Hidup, Lembaga Hidup, Tafsir Al-Azhar, hingga Tenggelamnya Kapal van der Wijck.
Tidak bisa dimungkiri bahwa Buya Hamka telah memberi sumbangsih besar bagi bangsa Indonesia. Melalui gagasan dan pemikirannya, beliau banyak menyampaikan mengenai nilai-nilai keislaman yang menyejukkan hati.
Di samping itu, Hamka juga pernah terjun ke dalam politik melalui partai Masyumi, menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam Muhammadiyah. Hingga akhir hayatnya, tokoh muslim satu ini terus memberikan gagasan dan pemikiran di berbagai bidang ilmu. Hal inilah yang menjadikan sosoknya selalu dijadikan panutan oleh generasi berikutnya.
Wafatnya Buya Hamka
https://madrasahdigital.co/
Tepat pada bulan Ramadhan tanggal 27 Januari 1964, secara mengejutkan Hamka ditangkap di rumahnya dan dibawa ke Sukabumi untuk ditahan. Hamka dipenjara karena tuduhan melanggar undang-undang Anti Subversif Pempres No.11. Beliau dituduh merencanakan pembunuhan terhadap Presiden Sukarno.
Banyak pihak menganggap, bahwa tuduhan tersebut tidak berdasar dan hanya sebagai aksi politik semata. Selama 2 tahun 4 bulan, Hamka ditahan oleh rezim Sukarno. Walau begitu, Hamka mengaku sangat bersyukur dengan peristiwa itu, di balik jeruji beliau dapat menyelesaikan kitab tafsir Alquran 30 juz.
Terlepas dari itu, sepanjang hidupnya Buya Hamka berhasil menorehkan tinta emas bagi masyarakat Indonesia. Tak heran, jika beliau mendapatkan berbagai gelar kehormatan, seperti gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Al-Azhar, Mesir dan Doctor Honoris Causa dari Universitas Prof. Moestopo Beragama. Tak hanya itu, ulama panutan ini juga mendapat gelar yang sama dari Universitas Kebangsaan Malaysia.
Pada hari Jumat, 24 Juli 1981 menjadi hari kelabu bagi bangsa Indonesia. Sosok ulama kharismatik itu kembali ke pangkuan oleh Allah SWT. Setelah wafat, pemerintah menyematkan Bintang Mahaputra Utama secara anumerta kepada Hamka. Kemudian sejak 2011, Hamka ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia.