Potret Rumah Tradisional Jawa di Purbalingga, Punya Banyak Kamar Jadi Buruan Konten Kreator
Rumah itu berbentuk limasan dan memiliki bagian interior yang luas. Keunikan rumah-rumah tradisional itu mengundang minat para konten kreator.
Di pelosok desa Purbalingga, tepatnya di Desa Pelumutan, Kecamatan Kemangkon, terdapat sebuah perkampungan yang memiliki banyak rumah tradisional. Rumah-rumah di sana begitu unik dan jarang ditemui di tempat lain.
Rumah itu berbentuk limasan dan memiliki bagian interior yang luas. Keunikan rumah-rumah tradisional itu mengundang minat para konten kreator. Bahkan seorang konten kreator bernama Kang Hartas, pemilik kanal YouTube Garut Turunan Kidul, datang jauh-jauh dari Jawa Barat ke Purbalingga hanya untuk melihat keunikan rumah itu.
-
Apa yang unik dari rumah di Purwakarta ini? Sebuah rumah di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, terbilang unik dan berbeda. Bangunan tempat tinggal itu berdiri di samping tempat pemakaman umum (TPU) Sirnaraga di wilayah tersebut.
-
Apa yang membuat rumah di desa Purwosari menjadi pusat pemerintahan? Lokasinya dinilai strategis sebagai tempat persembunyian para pejuang.
-
Bagaimana bentuk rumah adat Julang Ngapak di Kampung Sempurmayung? Secara filosofis, Julang Ngapak menggambarkan bentuk atap yang menyerupai seekor burung yang tengah mengepakkan sayapnya. Bentuk atapnya tampak melebar, dengan bagian dengan dan belakangnya memiliki motif berbentu “X” sebagai gambaran dari kepala dan ekor burung.
-
Di mana rumah tradisional Uma berada? Salah satu rumah tradisional unik berada di Mentawai, Sumatra Barat.
-
Mengapa rumah adat Mandailing dibangun dengan bentuk rumah panggung? Rumah tradisional Mandailing dibangun dengan bentuk rumah panggung. Bagian-bagian dari rumah terdiri dari tiga bagian, yaitu taruma ni bagas (kolong rumah), bagas (rumah tempat tinggal), dan parapi (atap).
-
Apa itu rumah paku? Rumah paku mulai jadi perbincangan pada 2001 setelah ada rumah 5 lantai yang berdiri di tengah jalan tol di provinsi Zhejiang, Cina. Rumah tersebut milik pasangan lansia yang menolak digusur karena tak sepakat dengan nilai kompensasi dan tempat relokasi yang ditawarkan pengembang.
Berikut selengkapnya:
Bergaya Arsitektur Banyumasan
Melalui sebuah video yang diunggah pada 15 Oktober 2024, Kang Hartas berkesempatan mengunjungi rumah tradisional itu. Ia datang bersama para konten kreator lainnya dari berbagai tempat.
Mengunjungi kampung itu serasa melintasi lorong waktu. Di sana banyak rumah yang masih mempertahankan arsitektur tradisional dengan gaya limasan.
Beberapa rumah di sana memiliki arsitektur memanjang dengan tiga gunungan. Menurut konten kreator Tedhong Telu, bangunan ini memiliki gaya arsitektur Banyumasan.
“Rumahnya memanjang ke belakang dan kamarnya banyak. Karena orang-orang zaman dahulu biasanya punya anak banyak. Bisa sampai 11 anak,” kata pemilik akun YouTube Tedhong Telu.
- Potret Rumah Unik Tempat Pengobatan Ningsih Tinampi, Halamnya Luas dan Sejuk Banyak Pepohonan
- Potret Rumah Gubuk Berdinding Bambu Berlantai Tanah Milik Pria Beristri Dua, Tempat Tidurnya Bikin Salfok
- Potret Rumah Mewah Arsitektur Kolonial Belanda Terbengkalai, Ruang Tamunya Luas 'Subhanallah Bagus Banget'
- Potret Rumah Baru Lala Pengasuh Rafathar, Mewah Bergaya Modern tapi Ada Kejadian Menyedihkan
Punya Pekarangan Luas
Sebuah rumah di sana dibiarkan kosong tak berpenghuni. Menurut penuturan warga, penghuninya lagi tinggal di rumah anaknya karena kondisinya kurang sehat. Rumah-rumah tradisional di sana memiliki pekarangan yang luas. Beberapa pekarangan di sana memiliki pohon kelapa yang menjulang tinggi. Di samping rumahnya juga terdapat tempat menaruh jemuran yang terbuat dari bambu.
Saat Tedhong Telu berkunjung ke sana, terlihat halaman rumah yang bersih karena sudah dibersihkan oleh pemilik rumah. Sudah jadi kebiasaan orang zaman dulu kalau pagi hari mereka rutin membersihkan halaman rumah. Uniknya, beberapa rumah tradisional itu dindingnya terbuat dari anyaman bambu.
Penting Didokumentasikan
Bagi Kang Hartas, keberadaan rumah-rumah itu penting didokumentasikan karena biasanya tak lama lagi keberadaannya akan tergerus zaman. Bila kelak rumah-rumah itu sudah hilang dan digantikan dengan bangunan modern, dokumentasi itu penting sebagai pengingat masa lalu.
“Pernah ada kejadian tahun 2018-2019, saya mendokumentasikan nenek-nenek. Video itu kan saya unggah di YouTube, dua tahun kemudian cucunya kasih komentar, ‘mas terima kasih ya sudah mendokumentasikan nenek saya. Sekarang nenek sudah nggak ada’,” kata Kang Hartas dikutip dari kanal YouTube Tedhong Telu.