Rumah Tradisional di Sumbar Ini Dibangun Tanpa Paku, Ini Rahasianya Bisa Berdiri Kokoh
Tanpa paku, bagaiaman rumah tradisional ini bisa berdiri?
Tanpa paku, bagaiaman rumah tradisional ini bisa berdiri?
Rumah Tradisional di Sumbar Ini Dibangun Tanpa Paku, Ini Rahasianya Bisa Berdiri Kokoh
Salah satu rumah tradisional unik berada di Mentawai, Sumatra Barat. Di sana, tempat tinggal bukan hanya hunian semata. Bagi masyarakat Mentawai rumah tersebut sudah menjadi ciri identitas sosial dan spiritual.
Masyarakat Mentawai menyebut rumahnya dengan nama Uma. Uma sendiri memiliki keunikan tersendiri yang tidak ada di rumah-rumah lainnya.
Rumah tradisional ini menggunakan kayu Arriribuk, sebagai bahan utama untuk membangun Uma.
Berikut merdeka.com menghimpun keunikan rumah tradisional Mentawai yang dihimpun dari beberapa sumber.
-
Bagaimana ciri khas rumah tradisional? Fokus dari rumah berbentuk tradisional adalah untuk menghadirkan nilai seni, budaya sekaligus keindahan lokal.
-
Apa keunikan rumah tradisional di pelosok Purbalingga? Rumah itu berbentuk limasan dan memiliki bagian interior yang luas. Keunikan rumah-rumah tradisional itu mengundang minat para konten kreator.
-
Bagaimana bentuk rumah tradisional di pelosok Purbalingga? Rumah itu berbentuk limasan dan memiliki bagian interior yang luas. Keunikan rumah-rumah tradisional itu mengundang minat para konten kreator.
-
Bagaimana Rumah Sunda tahan gempa? Kunci utama dari antisipasi tersebut adalah terdapat pada bahan utama rumah, yakni kayu dan bambu. Menurut Pemerhati Budaya Sunda dari Lembaga Adat Karatuan Padjadjaran, Rd., Ir. Roza Rahmadjasa Mintaredja, M.Ars, fungsi kayu dan bambu yang elastis mampu meredam goncangan dan mengkonversikannya menjadi getaran tetap yang tidak hancur.
-
Bagaimana cara membangun rumah terpencil itu? 'Kalau membangun rumah di sini bahan materialnya diusung pakai motor,' kata salah satu penghuni rumah itu.
-
Bagaimana penduduk desa purba membangun rumah mereka? “Membangun desa (permukiman) dalam bentuk panggung itu pekerjaan yang kompleks, sangat rumit, sangat sulit, dan penting untuk memahami mengapa orang-orang ini membuat pilihan ini,“ jelas Adrian Anastasi dari Institut Arkeologi Albania (AIA).
Tanpa Gunakan Paku
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, keunikan dari Uma ini adalah dibangun tanpa menggunakan paku.
Lalu, bagaimana rumah ini bisa berdiri?
Rahasia rumah tradisional ini bisa berdiri kokoh meski tanpa paku ialah menggunakan sistem sambungan silang bertakik dan sambungan pasak yang apik.
Kerangka bangunannya terdiri lima jenis konstruksi dari tonggak-tonggak, balok-balok dan tiang-tiang penopang atap.
Kerangka ini dibangun secara berjejer melintang ke belakang serta saling berhubungan dengan balok yang memanjang.
Kekuatan struktur bangunan Uma dihasilkan dari teknik ikat, tusuk, dan sambung tradisional khas Mentawai. Tak heran jika rumah ini dikategorikan hunian yang kuat meski tanpa menggunakan paku.
Atap Terbuat dari Rumbia
Bangunan Uma secara mata telanjang mirip rumah dengan atap tenda memanjang yang dibangun di atas tiang-tiang.
Menariknya, atap hunian Uma terbuat dari rumbia yang menjulur sampai ke bawah bahkan hampir mencapai lantai rumah.
Melihat dari material Uma yang digunakan, turut menggambarkan ciri khas masyarakat Mentawai yang lekat dengan kehidupan sederhana dan seni ukir kayu.
Pembagian Ruangan yang Sederhana
Selain struktur bangunan, pembagian ruangan Uma ini terbilang sederhana.
Mengutip dari liputan6.com, pada bagian depan terdapat sebuah serambi terbuka yang berfungsi untuk menerima tamu atau disebut Talaibo.
Kemudian, bagian ruangan lainnya biasa digunakan untuk ruang tidur keluarga. Tak hanya itu, di tempat ini juga ada perapian yang digunakan untuk memasak.
Terpisah Dua Wilayah
Dalam pembagian ruangan, masyarakat juga menerapkan pemisahan atau sekat menjadi dua wilayah yaitu wilayah kiri dan kanan. Konon, pada bagian kiri dan kanan Uma adalah unsur yang sakral dan berhubungan erat dengan konfigurasi pemasang setiap elemen dari alam mereka.
Pada bagian wilayah kiri, tempat bagi wanita baik tamu maupun penghuni Uma. Sementara di wilayah kanan ditempati laki-laki dan kepala suku keluarga.
Pembagian tersebut muncul karena saat pemasangan elemen Uma, bagian pangkal pohon selalu ditempatkan di kanan dan depan. Sementara bagian ujung pohon ditempatkan di sisi kiri dan belakang. Mereka percaya bahwa Uma merupakan bentuk alam yang berubah bentuk menjadi tempat tinggal mereka.
Kayu Arriribuk yang Kini Mulai Langka
Tetapi, sisi lain dari keunikan Uma ini adalah keberlangsungannya yang saat ini cukup mengkhawatirkan.
Hal ini disebabkan oleh faktor manusia yang mengakibatkan kurangnya kayu Arriribuk, sebagai bahan utama untuk membangun Uma.