Sederet Kegiatan Warga Jateng Sambut Bulan Ramadan, Berebut Gunungan hingga Nikah Massal
Ada banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan
Ada banyak cara yang dilakukan warga Jateng dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan
Sederet Kegiatan Warga Jateng Sambut Bulan Ramadan, Berebut Gunungan hingga Nikah Massal
Bulan Ramadan tinggal menghitung hari. Masyarakat menyambut bulan yang suci itu dengan penuh suka cita.
Masyarakat di Jateng sambut Bulan Ramadan dengan beragam cara. Ratusan warga di Dukuh Gatak, Desa Sekarsuli, Klaten menyambut Bulan Ramadan dengan mengadakan kirab budaya dan tradisi Sadranan.
Acara itu diadakan pada Selasa (27/3). Kirab budaya dimulai dari rumah salah seorang warga dengan mengarak dua buah gunungan setinggi 1 meter. Gunungan-gunungan itu berisi sayuran dan jajanan pasar.
-
Apa tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Batubara untuk menyambut bulan Ramadan? Terakhir, ada yang namanya Pesta Tapai yang digelar sebelum Ramadan. Mungkin, tradisi ini masih terdengar asing di telinga, pasalnya Pesta Tapai hanya dilakukan oleh masyarakat Batubara. Tradisi ini masyarakat Batubara akan menjual berbagai macam jajanan di pasar. Bahkan, di beberapa gerainya terdapat pedagang lemang. Secara umum, kegiatan ini akan berlangsung selama 22 hari sebelum puasa dan tutup dua hari sebelum puasa pertama.
-
Apa tradisi unik yang dilakukan di Masjid Al-Mahmudiyah Suro saat bulan Ramadan? Mengutip dari kanal Liputan6.com, masjid tertua di Palembang ini memiliki sebuah tradisi yang dilaksanakan ketika bulan puasa tiba, yaitu berbagi Bubur Suro gratis kepada masyarakat.
-
Kenapa memberikan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa menjadi tradisi di bulan Ramadhan? Selain menjadi tradisi, memberikan ucapan selamat menunaikan ibadah puasa juga bisa membakar semangat untuk menjalankan puasa selama satu bulan.
-
Apa tradisi unik Masjid Saka Tunggal Banyumas di bulan Ramadan? Masjid Saka Tunggal merupakan salah satu masjid tua di Banyumas. Masjid itu konon sudah dibangun pada tahun 1288 Masehi. Namun ada versi lain yang menyebutkan kalau masjid itu berdiri pada tahun 1522 Masehi. Terlepas dari sejarahnya, masjid ini punya tradisi unik, terutama saat Bulan Ramadan. Salah satunya adalah tradisi mematikan lampu saat zikir setelah melaksanakan Salat Tarawih. Pada momen itu, lampu masjid dimatikan selama lima menit, setelah itu kembali dinyalakan.
-
Bagaimana cara orang Sunda menyambut Ramadan dengan tradisi Papajar? Bagi orang Sunda, tak lengkap rasanya jika menunggu bulan puasa tanpa mengadakan kegiatan Papajar.
-
Bagaimana cara mengerjakan Puasa Ganti Ramadhan? Tata cara puasa ganti Ramadhan juga bisa dilakukan tidak secara berurutan. Misalnya, umat Islam bisa mengerjakan puasa ganti Ramadhan pada hari Senin, kemudian Rabu, kemudian Kamis. Mereka bisa menggantinya kapan saja asalkan utang puasa bisa dilunasi.
Selain itu, warga juga membawa 70 tenongan atau wadah bambu yang berisi buah-buahan. Mereka kemudian berjalan kaki menuju kompleks pemakaman setempat. Setelah berdoa bersama, ratusan warga saling berebut gunungan dan tenongan.
“Acara ini memang digelar setiap tahun. Di dalamnya ada buah, ada sego liwet. Warga yang mendapatkannya boleh makan di tempat atau dibawa pulang. Semua itu demi keberkahan di kampung kami,” kata Rahmat Arifin, tokoh masyarakat setempat.
Kegiatan sadranan itu diikuti mulai dari orang dewasa hingga anak-anak. Selain berbagi keberkahan, acara itu juga menjadi ajang silaturahmi dan momen untuk mendoakan para leluhur.
Grebeg Gunungan di Banjarnegara
Selain di Klaten, acara grebeg gunungan juga digelar di Banjarnegara. Selain guna menyambut Ramadan, acara grebeg gunungan ini juga digelar dalam rangka memperingati hari jadi ke-453 Kabupaten Banjarnegara.
Berbagai gunungan berisi buah-buahan, sayur mayur, serta palawija diarak keliling pusat Kota Banjarnegara. Tapi yang mencuri perhatian adalah gunungan yang tersusun dari ribuan buku bacaan.
Foto: YouTube Liputan6
Tanpa ragu warga berebut gunungan yang berisi sayur mayur dan buku bacaan itu. Mereka percaya bila berhasil membawa sajian dari gunungan, mereka akan mendapat berkah kehidupan.
“Ini saya dapat buku buat dibaca-baca. Semoga Banjarnegara makin sukses, makin maju, dan petaninya juga semakin maju,” kata Komsiatun, salah seorang warga yang berebut gunungan itu.
- Keseruan Warga Jateng Rayakan Lebaran 2024, Bagi-Bagi Ketupat Berisi Taoge hingga Lebaran Sapi
- Gercepnya Petugas Kebersihan di Masjidil Haram, Sat Set Bertugas Area Langsung Bersih Usai Waktu Berbuka Puasa
- Jemaah An Nadzir Gowa Mulai Puasa Ramadan pada Senin 11 Maret 2024
- Kapolri Wanti-Wanti Anak Buah Cegah Gangguan Keamanan Selama Ramadan
Nikah Massal di Magelang
Jelang bulan Ramadan, Forum Ta’aruf Indonesia (Fortais) menggelar acara nikah massal unik di Magelang. Proses ijab Kabul dilakukan kedua pengantin serta penghulunya di atas motor trail.
Ketua Fortais Ryan Budi Nuryanto menjelaskan bahwa motor trail adalah kendaraan yang selalu siap melalui jalan dengan berbagai medan.
“Harapannya, pasangan pengantin ini akan membina keluarga yang Sakinah dalam kondisi ekonomi apapun,” kata Budi dikutip dari kanal YouTube Liputan6 pada Jumat (1/3).
Foto: YouTube Liputan6
Para pasangan pengantin sendiri tidak tahu kalau mereka akan melangsungkan pernikahan di atas motor trail. Konsep nikah unik ini justru menjadi kejutan yang menggembirakan bagi mereka.
“Alhamdulillah saya nggak nyangka kalau acaranya bakal semeriah ini dan bagi saya ini Istimewa sekali. Saya sama sekali nggak tahu kalau bakal di atas motor trail kayak gini,” kata Sri Wahyuni, salah seorang mempelai yang menikah dalam acara itu.