Simbol Kesetaraan, Ini 5 Fakta Sejarah Penggunaan Bahasa Jawa Ngapak
Bahasa Ngapak atau Bahasa Jawa Banyumasan memiliki tutur bahasa Jawa yang berbeda dari daerah lain. Penggunaan dialek ini tak bisa lepas dari faktor politik pada masa Kerajaan Mataram. Karena tidak memiliki tingkatan bahasa seperti pada penggunaan Bahasa Jawa baku, bahasa Ngapak disebut menjadi simbol kesetaraan.
Bahasa Ngapak atau Bahasa Jawa Banyumasan memiliki tutur bahasa Jawa yang berbeda dari daerah lain. Bahasa ini digunakan oleh masyarakat yang tinggal di eks-karesidenan Banyumas yang dulunya melingkupi wilayah Kabupaten Cilacap, Banyumas, Purbalingga, dan Banjarnegara.
Namun tak hanya di wilayah Kabupaten Banyumas, pada nyatanya Bahasa Ngapak juga banyak digunakan di berbagai wilayah di Provinsi Jawa Tengah. Dilansir dari Uinjkt.ac.id, penggunaan dialek ini ditemukan pada daerah Jawa Tengah bagian barat. Selain itu di luar Jawa Tengah, dialek itu juga bisa ditemukan di wilayah Cirebon dan Banten Utara.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Kapan puncak arus balik di DIY terjadi? Dinas Perhubungan Daerah Istimewa Yogyakarta mencatat bahwa puncak arus balik di provinsi itu terjadi pada Minggu (14/4).
-
Kenapa Pertamina menambah stok LPG di Jawa Tengah dan DIY? Pertamina Patra Niaga terus menambah persediaan LPG 3 kg untuk wilayah Jawa Tengah dan DIY. Langkah ini dapat dilakukan menyusul meredanya cuaca ekstrem yang melanda wilayah utara Jawa Tengah sejak 11 Maret lalu dan berhasilnya kapal pengangkut suplai LPG bersandar di pelabuhan Semarang dan Rembang, Total, mereka melakukan penambahan fakultatif LPG 3 Kg hingga 394.000 tabung selama periode Maret 2024 di wilayah terdampak.
Penggunaan dialek ini tak bisa lepas dari faktor politik pada masa Kerajaan Mataram. Pada waktu itu, kerajaan itu menerapkan pendisiplinan mulai dari tutur kata, perilaku, hingga busana sesuai tingkatan sosial di tengah masyarakat.
Awal Mula Kemunculan Bahasa Ngapak
©Kelaspoliglot.net
Dilansir dari Newswantara.com, kemunculan bahasa Ngapak tak lepas dari keberadaan Kerajaan Galuh Purba yang menjadi cikal bakal kerajaan lain di Jawa. Dulunya, kerajaan ini memiliki wilayah yang cukup luas meliputi Indramayu, Cirebon, Brebes, Tegal, Pemalang, Bumiayu, Banyumas, Cilacap, Purbalingga, Kedu, Kebumen, hingga Purwodadi.
Walaupun pada akhirnya terpecah menjadi Kerajaan Kalingga di Jawa Tengah dan Galuh di Jawa Barat, namun hubungan keduanya terjalin baik dengan adanya perkawinan antar kerajaan.
Dari keturunan Kerajaan Galuh Purba inilah muncul dialek bahasa Jawa Kulon yang meliputi Sub Dialek Banten Lor, Sub Dialek Cirebon, Sub Dialek Banyumasan, dan Sub Dialek Bumiayu. Dialek-dialek itulah yang kemudian dikenal dengan Bahasa Ngapak.
Bahasa Jawa Asli
Dilansir dari Goodnewsfromindonesia.id, bahasa Ngapak disebut sebagai bahasa Jawa asli. Menurut pengamat budaya Heru Satoto, Bahasa Jawa yang digunakan di daerah Solo dan Jogja merupakan bahasa Jawa baku yang telah mengalami lima tahap perkembangan sejarah.
Sementara itu, bahasa Ngapak disebut sebagai bahasa Jawa tahap awal atau Jawadwipa. Bahasa ini disebut sebagai bahasa murni orang Jawa.
Dipengaruhi oleh Faktor Politik
©2019 Merdeka.com/Shutterstock
Penggunaan Bahasa Jawa Ngapak sebenarnya juga tak lepas dari pengaruh politik Kerajaan Mataram pada saat itu. Pada waktu kekuasaan Mataram, kerajaan saat itu menerapkan pendisiplinan salah satunya soal tutur kata. Maka dari itulah muncul tingkatan bahasa seperti “kromo alus”, “kromo lugu”, dan “ngoko”.
Sementara itu wilayah Ngapak jauh dari pusat pemerintahan Kerajaan Mataram. Maka dari itu wilayah tersebut tidak begitu terpengaruh aturan tingkatan bahasa. Hal inilah yang membuat masyarakat di sana menggunakan bahasa Jawa tanpa menggunakan tingkatan unggah-ungguh yang telah dikeluarkan pihak kerajaan.
Perbedaan Bahasa Jawa Ngapak dengan Bahasa Jawa Baku
©Kelaspoliglot.net
Dilansir dari Uinjkt.ac.id, ada dua hal yang membedakan bahasa Jawa Ngapak dengan Bahasa Jawa bagian timur. Salah satunya akhiran ‘a’ tetap diucap ‘a’, berbeda dengan bahasa Jawa baku yang diucap ‘o’.
Selain itu kata-kata yang berakhiran huruf mati dilafalkan dengan nada penuh, artinya ada penekanan tersendiri terhadap akhir dari huruf konsonan pada kata. Hal inilah yang membuat bahasa Ngapak diidentikkan dengan bahasa “medhok”.
Simbol Kesetaran
©jatengprov.go.id
Berbeda dengan bahasa Jawa baku yang terdiri dari beberapa tingkatan, bahasa Ngapak cenderung “blak-blakan” dan tidak memedulikan status sosial. Mereka menganggap golongan priyayi sama saja dengan orang biasa.
Dilansir dari Uinjkt.ac.id, ilmuwan bahasa Suhardi melihat bahasa Ngapak menyimbolkan kesederhanaan dan kelugasan orang Banyumas. Selain itu penggunaan bahasa ini menjadi benteng terakhir dari identitas budaya Banyumas di tengah perubahan dan kemajuan masyarakat.
Budaya yang mengedepankan kesetaraan itulah yang membuat kekuatan solidaritas dan kerukunan terjalin pada masyarakat Banyumas.