Fakta Sejarah Gereja Bintaran, Tempat Peribadatan Umat Nasrani Pribumi Pertama di Yogyakarta
Sejak awal pembangunannya, gereja itu memang dikhususkan untuk masyarakat katolik Jawa.
Gereja Santo Yusuf Bintaran merupakan salah satu gereja bersejarah di Kota Yogyakarta. Bentuk bangunannya begitu khas, berbeda dari bentuk gereja pada umumnya.
Mengutip situs kas.or.id, Gereja Bintaran dikenal sebagai Gereja Pertama di Yogyakarta. Sejak awal pembangunannya, gereja itu memang dikhususkan untuk masyarakat katolik Jawa.
-
Dimana gereja tersebut ditemukan? Para ahli arkeologi dari Westphalia-Lippe Regional Association (LWL) menemukan bekas gereja dari abad ke-10 di dekat Erwitte-Eikeloh, Jerman.
-
Dimana biara kuno ditemukan? Biara Beaumont, yang terletak di luar Tours di Lembah Loire Perancis, menjadi situs yang penting sejak didirikan pada tahun 1002.
-
Dimana situs keagamaan itu ditemukan? Situs ini ditemukan selama penggalian di Kastil Midas yang berada di Lembah Midas Yazilikaya distrik Han Eskisehir, Turki bersama Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata yang dipimpin oleh Yusuf Polat dari Universitas Anadolu.
-
Dimana gereja tertua di Indramayu berada? Walau berusia 165 tahun, kondisi bangunan gereja masih tampak kokoh. Desain khas Eropa abad pertengahan tampak jelas, mulai dari lengkungan pintu masuk sampai dinding depan yang menjulang tinggi. Secara keseluruhan, kesan kuno dari bangunan gereja ini benar-benar terasa.
-
Dimana gereja abad pertengahan itu ditemukan? Pada pertengahan Februari lalu, para arkeolog di Venesia, Italia, menemukan gereja abad pertengahan yang telah lama hilang di Piazza San Marco.
-
Kapan situs keagamaan itu dibangun? 'Menurut penilaian pertama yang kami buat, tempat suci ini berasal dari abad ke-8 hingga ke-7 SM, yaitu Periode Frigia Tengah,' kata Polat.
Pada zaman kolonial, gereja itu dibangun di tengah permukiman orang-orang Eropa. Tetapi nuansa Eropa yang terdapat pada bangunan itu sedikit kabur ketika mengetahui maksud dan tujuan kenapa gereja itu dibangun. Berikut sejarah berdirinya Gereja Bintaran dikutip dari Instagram @roemahtoea:
Berawal dari Keprihatinan
Pater B. Hagdorn SJ, seorang pastor kepala Katolik di Jogja waktu itu, melihat jumlah umat Katolik di Jogja semakin banyak. Oleh karena itu, ia merasa butuh untuk membangun sebuah tempat ibadat yang memadai.
Selama ini, umat Katolik Pribumi harus menggunakan sebuah bangunan kecil di sebelah Europese Kerk (Sekarang Gereja St. Fransiskus Xaverius) untuk bisa mengikuti misa. Dalam tulisannya, Pater Hagdorn mendesak agar pemerintah kolonial membangun gereja khusus untuk Umat Katolik Pribumi agar bisa beribadah dengan nyaman. Secara tidak langsung, ia juga menghendaki adanya kesetaraan dalam beribadah di Gereja Katolik.
Dirancang Arsitek Ternama
Permintaan Pater Hagdorn dikabulkan. Peletakan batu pertama dilakukan pada Minggu, 27 Agustus 1933. Saat itu, gereja Katolik tersebut dinamakan St. Jozefkerk oleh Kepala Misi Jesuit di Jawa yaitu Pater Adrianus van Kalken.
Proses peletakan batu pertama itu mengundang perhatian masyarakat Eropa dan Pribumi di Yogyakarta. Acara yang sedianya digelar secara sederhana pada akhirnya menjadi acara besar yang mengundang banyak orang.
Proyek pembangunan itu dilakukan secara serius. Arsitek bangunannya adalah Johannes Theodorus van Oyen, salah satu arsitek ternama di Hindia Belanda. Sementara kontraktornya cukup terkenal, yaitu Hollandsche Beton Maatschappij.
Acara Pemberkatan yang Meriah
Pada Minggu, 8 April 1934, gereja itu selesai dibangun. Acara pemberkatannya dihadiri banyak masyarakat pribumi. Mereka begitu sangat tidak sabar untuk bisa langsung memasuki area gereja.
Saat itu, proses penjagaan dilakukan dengan ketat. Upacara pemberkatan dipimpin oleh Vikaris Apolis yaitu Pater Antonius Theodorus Van Hoof SJ, didampingi Kepala Misi Jesuit Jawa yaitu Pater Adrianus van Kalken SJ dan Kepala Pastur Yogyakarta, Pater G Rietra SJ.
Begitu upacara pemberkatan selesai, masyarakat diperbolehkan untuk masuk ke dalam gereja. Mereka berbondong-bondong masuk sehingga bagian dalam gereja penuh sesak.