Telah Berusia 140 Tahun, Ini 5 Fakta Sejarah Hotel Tugu Jogja yang Kini Terabaikan
Di Yogyakarta, tepatnya di sebelah utara Kawasan Malioboro, terdapat sebuah bangunan tua yang tak terawat. Bangunan itu dulunya difungsikan sebagai hotel, namanya Hotel Tugu. Dulunya hotel itu merupakan hotel paling megah se-Jogja.
Di Yogyakarta, tepatnya di sebelah utara Kawasan Malioboro, terdapat sebuah bangunan tua yang tak terawat. Bangunan itu dulunya difungsikan sebagai hotel, namanya Hotel Tugu.
Namun seiring waktu, nasib bangunan tua itu semakin terabaikan. Pada awal tahun 2019, sebagian atap bangunan itu dikabarkan roboh. Sebelumnya, kondisi atap bangunan itu banyak yang bocor dan beberapa kayu penyangga telah lapuk.
-
Kapan puncak kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Sebelumnya Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Yogyakarta Reni Kraningtyas menyebut puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Apa yang dikatakan Ade Armando tentang DIY? Laporan ini merupakan buntut dari pernyataan Ade yang mengatakan bahwa Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) sebagai perwujudan dari politik dinasti sesungguhnya.
-
Mengapa Prewangan Studio memilih konsep DIY? Praktik Prewangan Studio fokus pada semangat DIY (Do It Yourself). Para anggota Prewangan Studio terdiri dari guru, seniman multimedia, praktisi furnitur, praktisi elektro, dalang, praktisi usaha bidang agraris maupun maritim, desainer, praktisi musik, dokter hewan, dan masyarakat sebagai kolabolator.
-
Kapan puncak musim kemarau di DIY diprediksi berlangsung? Puncak musim kemarau 2024 di DIY diprediksi berlangsung antara Juli hingga Agustus 2024.
-
Siapa saja yang hadir dalam sosialisasi Balai Bahasa DIY tentang ujaran kebencian? Acara dihadiri oleh 47 peserta dari berbagai lembaga seperti binmas polres kabupaten/kota, humas Setda DIY, bidang kepemudaan kabupaten/kota, dinas komunikasi dan informatika provinsi/kabupaten/kota dan Kelompok Informasi Masyarakat (KIM) kabupaten/kota.Lalu hadir pula, dinas DP3AP2KB provinsi/kabupaten/kota, MKKS kabupaten/kota, Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi DIY, Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) serta Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Klas II Yogyakarta.
-
Dimana rekapitulasi suara di DIY dilakukan? Komisi Pemilihan Umum (KPU) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) telah menyelesaikan rekapitulasi suara untuk tingkat provinsi.
Kini, kondisi bangunan itu dikelilingi pagar seng yang terkunci sehingga tak seorang pun yang bisa menengok kondisinya dari luar. Padahal dulunya hotel itu merupakan hotel paling megah se-Jogja.
“Kalau ditinjau dari sisi sejarahnya, Hotel Tugu memang sangat bersejarah. Pembangunannya bersamaan dengan berdirinya Stasiun Tugu Yogyakarta yang menjadi akses transportasi kereta api di segitiga Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang,” kata sejarawan UGM, Djoko Suryo dikutip dari Liputan6.com.
Lalu seperti apa kejayaan Hotel Tugu di masa lalu? Berikut selengkapnya:
Hotel Tertua di Yogyakarta
©2021 Brilio.net
Dilansir dari Brilio.net, Hotel Tugu didirikan pada akhir abad ke-19, bersamaan dengan berdirinya Stasiun Tugu pada tahun 1880. Pada waktu itu, Hotel Tugu masih bernama Loose Gennotchap Marba.
Menurut Djoko, bersamaan dengan Stasiun Tugu, Hotel Tugu merupakan saksi sejarah peristiwa revolusi Indonesia, terutama saat ibu kota Republik Indonesia dipindahkan dari Jakarta ke Yogyakarta. Waktu itu, banyak pejabat yang menginap terlebih dahulu di Hotel Tugu sebelum dipindahkan ke Gedung Agung.
Namun tak hanya menjadi saksi sejarah, hotel itu juga merupakan salah satu hotel tertua di Yogyakarta dan terbaik pada masanya, yaitu sekitar tahun 1920.
Pelayanan Terbaik Hotel Tugu
©2021 Brilio.net
Salah satu pelayanan terbaik dari Hotel Tugu adalah restorannya. Pada tahun 1930, hotel itu melayani tamu-tamu luar negeri yang singgah di Jogja. Restoran itu juga melayani pelanggan dari keluarga Keraton Yogyakarta.
Bahkan waktu itu, Raja Yogyakarta Sri Sultan HB VIII pernah takut diracuni oleh kalangan dalam keraton. Karena itulah ia memerintahkan agar makanan yang akan disantap dimasak dulu di restoran hotel tersebut. Makanan itu selanjutnya dibawa ke keraton dengan wadah tertutup.
Saksi Perjuangan Kemerdekaan
©2021 Brilio.net
Pada masa Agresi Militer II, hotel itu menjadi markas tentara Belanda. Oleh karena itu, Hotel Tugu menjadi sasaran utama pejuang Indonesia. Sirine yang terpasang di puncak menara hotel dijadikan tanda serangan udara dan jam malam sekaligus tanda dimulainya Serangan Umum 1 Maret 1949.
Setelah perang itu berakhir, Hotel Tugu digunakan sebagai tempat rapat antara Indonesia dengan Komisi Tiga Negara yang beranggotakan Amerika Serikat, Australia, dan Belgia. Rapat itu diselenggarakan untuk mempersiapkan Konferensi Meja Bundar di Den Haag, Belanda.
Pernah Jadi Tempat Wisata
©2021 Brilio.net
Kasmadi, salah seorang warga Jogja, mengatakan dulunya hotel itu pernah jadi tempat wisata. Pada awal tahun 2000-an, dia pernah menjadi tukang parkir di kawasan itu dan bisa mengumpulkan uang sebesar Rp 10.000 hingga Rp 50.000 per hari. Namun sejak tahun 2005, tak ada aktivitas lagi di hotel itu.
“Udah nggak pernah lagi saya jaga di situ. Sekarang sudah sepi. Banyak rumput, nggak ada yang masuk juga. Apalagi ditambah ada seng di situ,” ungkap Kasmadi dikutip dari Brilio.net.
Bagai Gajah di Pelupuk Mata
©2021 Brilio.net
Seorang pemerhati budaya, KRT Akhir Lusono mengibaratkan eks Hotel Tugu seperti “gajah di pelupuk mata tidak tampak, kuman di seberang lautan kelihatan”. Lusono mengatakan, keberadaan hotel itu persis berada di jantung Kota Yogyakarta yang harusnya menjadi perhatian. Dia berharap aktivitas di kawasan hotel tersebut bisa dihidupkan kembali.
“Tapi pemerintah juga harus jemput bola untuk mengajak pemilik berembuk. Pemerintah tidak dapat lepas tangan begitu saja menyerahkan kepada pemilik. Terlebih keistimewaan DIY yang dulunya berawal dan dikawal masyarakat kini kewenangan itu sudah didelegasikan ke Pemda DIY,” kata KRT Akhir Lusono dikutip Merdeka.com dari Liputan6.com pada Jumat (5/3).