Waktu Pelaksanaan Lempar Jumrah dalam Ibadah Haji, Pahami Aturannya
Saat hendak melakukan kegiatan ini, jemaah haji perlu memperhatikan waktu pelaksanaan lempar jumrah yang tepat sesuai yang dianjurkan dalam Islam. Umumnya, lempar jumrah baik dilakukan pada tanggal 10 Zulhijah. Selain itu, lempar jumrah juga baik dilakukan pada tiga hari tasyrik.
Lempar jumrah adalah salah satu ritual yang dilakukan umat muslim saat melaksanakan ibadah haji. Ini adalah kegiatan melempar batu pada tiga tiang yang melambangkan setan atau godaan nafsu yang buruk. Kegiatan lempar jumrah ini pun termasuk salah satu rukun yang wajib dilakukan saat ibadah haji.
Dalam kegiatan ini, biasanya jemaah haji akan melempar batu kerikil sebagai simbol penolakan atas segala godaan setan yang menghalangi manusia berbuat baik. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi bentuk pengorbanan diri seorang hamba dalam mengikuti perintah dan kehendak Allah.
-
Kenapa bantuan pangan diberikan di Jateng? “Bantuan ini sebagai bentuk kepedulian dan perhatian pemerintah kepada masyarakat. Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang masih membutuhkan,” kata Nana.
-
Siapa yang menerima bantuan pangan di Jateng? Ada sebanyak 3.583.000 keluarga penerima manfaat di Jawa Tengah yang bakal menerima bantuan tersebut.
-
Kapan HUT Kodam Jaya diperingati? Setiap tanggal 24 Desember diperingati HUT Kodam Jaya.
-
Kenapa Jaka merantau? Dengan penuh tekad, Jaka pun memutuskan untuk merantau ke negeri orang untuk mencari nafkah dan mewujudkan semua impian mereka berdua.
-
Kenapa Doa Sapu Jagat penting? Bukan hanya menambah pahala, doa sapu jagat juga akan meningkatkan keimanan dan dekat dengan Allah SWT.
-
Apa itu kue talam jagung? Kue talam merupakan salah satu jenis kue tradisional Indonesia yang memiliki cita rasa manis dan tekstur lembut.
Saat hendak melakukan kegiatan ini, jemaah haji perlu memperhatikan waktu pelaksanaan lempar jumrah yang tepat sesuai yang dianjurkan dalam Islam. Umumnya, lempar jumrah baik dilakukan pada tanggal 10 Zulhijah. Selain itu, lempar jumrah juga baik dilakukan pada tiga hari tasyrik.
Meski begitu, waktu pelaksanaan lempar jumrah di dua jenis hari ini berbeda. Terdapat syarat tertentu yang perlu Anda perhatikan agar kegiatan lempar jumrah sah sesuai dengan aturan Islam. Selain itu, Anda juga perlu mengetahui berbagai tata cara melakukan lempar jumrah dalam manasik haji dengan benar.
Dari berbagai sumber, berikut kami merangkum penjelasan waktu pelaksanaan lempar jumrah dalam ritual haji dan keutamaannya, penting untuk disimak.
Waktu Pelaksanaan Lempar Jumrah dalam Haji
Seperti dijelaskan, lempar jumrah adalah salah satu ritual yang dilakukan dalam ibadah haji. Ini adalah kegiatan melempar batu kerikik ke tiga tiang batu yang menjadi simbol godaan dan keburukan setan. Pada saat ini, seluruh jemaah haji berkumpul di satu tempat yang sama, yaitu Arafah, Musdalifah, dan Mina untuk melakukan lempar jumrah.
Secara umum, kegiatan lempar jumrah dilakukan pada tanggal 10 Zulhijah (hari nahr) atau tiga hari tasyrik. Meski begitu, dari dua jenis hari ini terdapat perbedaan waktu pelaksanaan lempar jumrah yang perlu Anda perhatikan.
Waktu melempar jumrah pada tanggal 10 Zulhijah dilakukan setelah terbit matahari, sedangkan pada tiga hari tasyrik lempar jumrah dilakukan setelah tergelincir matahari. Hal ini pun dijelaskan Rasulullah dalam sebuah hadist riwayat:
“Jabir berkata: “Aku melihat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melontar satu jumrah saja (jumrah aqabah) pada waktu duha hari Nahar. Dan sesudah itu hari-hari berikutnya (tanggal 11 s.d. 13 Zulhijah) beliau melempar (3 jumrah) setelah tergelincir matahari.”” (H.R. Muslim)
Itu adalah aturan waktu fadhilah atau waktu yang paling utama untuk melakukan lempar jumrah saat ibadah haji. Dengan begitu, penting bagi jemaah haji untuk memperhatikan waktu pelaksanaan lempar jumrah yang tepat agar sah sesuai dengan aturan dalam Islam.
Tata Cara Lempar Jumrah
Setelah mengetahui waktu pelaksanaan lempar jumrah dalam ibadah haji, berikutnya akan dijelaskan bagaimana tata cara lempar jumrah saat ibadah haji.
Pertama, lempar jumrah dilakukan dengan mengumpulkan sebanyak 49 atau 70 kerikil di tanah Muzdalifah. Kemudian kerikil yang telah dikumpulkan, dilemparkan ke tiga pilar batu yang ada di Mina. Melempar batu kerikil ini sebagai simbol penolakan akan godaan dan keburukan setan.
Ritual lempar jumrah yang saat ini dilakukan berbeda dengan zaman Nabi Ibrahim. Lempar jumrah dilakukan pada tanggal 10 Zulhijah atau pada tiga hari tasyrik. Pada 10 Zulhijah, tepat perayaan Hari Iduladha, jemaah haji melempar salah satu pilar batu dengan tujuh kerikil.
Pada hari berikutnya, yaitu hari tasyriq, jemaah haji diharapkan melempar masing-masing dari tiga dinding dengan tujuh kerikil secara berurutan, dari timur ke barat. Kemudian para jemaah haji menginap di Mina selama satu hari, di mana waktu tambahan ini dilakukan untuk merajam setiap tembok dilempari tujuh kerikil lagi.
Biasanya, kerikil yang digunakan untuk rajam dikumpulkan pada malam sebelum pelemparan pertama dilakukan. Batu yang telah dikumpulkan disimpan di Muzdalifah yang terdapat di dataran Mina. Batu untuk rajam harus ditemukan dalam keadaan asli bukan pecahan atau telah rusak, bukan pula batu mulia, atau batu yang terbuat dari emas maupun perak.
Aturan lainnya yang perlu diperhatikan, batu kerikil yang digunakan untuk lempar jumrah tidak boleh terlalu besar, tidak boleh lebih besar dari kacang lentil. Ini dilakukan agar tidak merusak fasilitas serta tidak membahayakan nyawa jemaah lain. Saat proses pelemparan jumrah, jemaah haji melempar batu sambil melafalkan zikir dan mengucap takbir.