Mengenal Kiai Asep Saifuddin Chalim, Pernah Jadi Kuli Bangunan hingga Dirikan Pondok Pesantren Kelas Dunia
Kiai Asep dikenal sebagai salah satu ulama karismatik di Jawa Timur.
Asep Saifuddin Chalim lahir di Jawa Barat pada 16 Juli 1955. Ia merupakan putra terakhir dari pasangan Kiai Abdul Chalim dengan istri ketiganya, Nyai Qana’ah.
Nama sang ayah, Abdul Chalim sering dihubungkan dengan tokoh-tokoh pendiri Nahdlatul Ulama (NU). Mengutip situs pesantrenau.com, Kiai Abdul Chalim sering membantu para pendiri NU seperti Kiai Hasyim Asy’ary dan Kiai Wahab Chasbullah.
- Cerita di Balik Al Quran Raksasa di Ponpes Al Hikmah Cilegon, Ditulis Menggunakan Tangan
- Mengenal Sosok Abah Guru Sekumpul, Ulama Karismatik Asal Kalimantan Selatan
- Ciptakan SDM Unggul, Lazis ASFA Gandeng Al-Azhar Kairo Gelar Pelatihan Kader Ulama
- Dapat Dukungan Ulama Jatim, Cak Imin Yakin AMIN Menang Pilpres 2024
Saat berusia 25 tahun, yakni pada tahun 1980 Kiai Asep menikah dengan Nyai Fadilah. Pernikahan keduanya dikarunia sembilan orang anak. Anak pertamanya, Gus Barra merupakan mantan Wakil Bupati Mojokerto yang saat ini tengah mencalonkan diri sebagai Bacalon Bupati Mojokerto dalam Pilkada 2024.
Pendidikan
Sejak kelas satu Madrasah Ibtidaiyah, Asep Saifuddin Chalim sudah dikenal sebagai sosok yang cerdas. Ia gemar membaca kitab-kitab salaf.
Kiai Asep muda berkelana ke berbagai kota di Pulau Jawa untuk menimba ilmu dan pengalaman. Ia menjelajah Jember, Banyuwangi, Lumajang, Bandung, Jakarta, Banten, Palembang dan terakhir di Surabaya.
Selama perjalanan fisik dan rohaninya, Kiai Asep melakukan banyak hal. Bahkan, ia pernah menjadi kuli bangunan. Sosoknya tercatat pernah mengenyam pendidikan agama di beberapa pesantren, antara lain Pondok Pesantren Cipasung Jawa Barat, Pondok Pesantren Sono Sidoarjo, Pondok Pesantren Siwalanpanji Sidoarjo, Pondok Pesantren Gempeng Bangil, Pondok Pesantren Darul Hadir Malang dan Pondok Pesantren Sidosermo Surabaya.
Pendidikan formal Kiai Asep sempat terhenti ketika ayahnya, Kiai Abdul Chalim wafat. Saat itu ia masih kelas 2 SMA. Singkat cerita, Kiai Asep mendapatkan surat keterangan lulus dari Kiai Pondok Pesantren Al-Khozini Sidoarjo.
Pada tahun 1975, Kiai Asep kuliah di jurusan Sejarah dan Kebudayaan IAIN Surabaya. Saat masih terdaftar sebagai mahasiswa program sarjana IAIN Surabaya, Kiai Asep mendaftar program D-3 Bahasa Inggris di IKIP Surabaya dengan ijazah persamaan SMA.
Kiai Asep juga pernah kuliah di IKIP Malang. Kemudian pada tahun 1997, ia lulus pendidikan jenjang magister dari Unisma Malang. Pada tahun 2004, Kiai Asep berhasil menyandang gelar doktor dari UNMER Malang.
Karier
Kiai Asep memulai karier profesionalnya di bidang pendidikan dengan menjadi guru di SMA Negeri 2 Lamongan selama tujuh tahun.
Pada tahun 1988, Kiai Asep mendirikan Pondok Pesantren Amanatul Ummah. Ia bersikeras tidak menerima bantuan dana pemerintah. Bersama sang istri, ia terus berjuang membesarkan pondok pesantren tersebut.
Kini, Pondok Pesantren Amanatul Ummah tidak hanya terkenal di Tanah Air, tetapi juga diperhitungkan di tingkat internasional. Bahkan, baru-baru ini Rektor Universitas Al Azhar Kairo mengunjungi ponpes tersebut untuk menawarkan kerja sama pendidikan.
Selain dikenal sebagai pendiri ponpes kelas dunia, Kiai Asep Abdul Chalim pernah menduduki sejumlah posisi penting dalam organisasi maupun pemerintahan. Ia pernah menjadi anggota pengurus PC NU Surabaya, ketua MUI Surabaya, anggota DPRD Surabaya dari Partai Kebangkitan Bangsa, hingga dosen IAIN Surabaya.
Baru empat bulan, Kiai Asep mundur dari kursi wakil rakyat Surabaya. Ia merasa lebih cocok berkiprah dalam dunia pendidikan. Ia kemudian menjadi dosen IAIN Surabaya.