Dipuji Rektor Al Azhar Mesir, Begini Sejarah Pondok Pesantren Amanatul Ummah yang Dibangun tanpa Bantuan Dana Pemerintah
Pendiri Ponpes ini ingin lembaga pendidikan islam miliknya bisa seperti Universitas Al Azhar Mesir hingga Universitas Harvard.
Rektor Universitas Al-Azhar Mesir Salamah Dawood memuji sistem pendidikan yang diterapkan di Pondok Pesantren (Ponpes) Amanatul Ummah yang berlokasi di Kota Surabaya dan Mojokerto Jawa Timur.
“Tradisi pesantren di Indonesia sudah selaras dengan visi dan ajaran Al-Azhar yang mengedepankan kedalaman ilmu pengetahuan keislaman, khususnya di Pesantren Amanatul Ummah,” tutur Salamah Dawood, dikutip dari Liputan6.com.
Para santri Ponpes Amanatul Ummah, kata Salamah Dawood, mampu menghafal berbagai teori dalam buku-buku klasik Islam. Misalnya dalam penguasaan Bahasa Arab santri diharuskan mempelajari kitab syarah Ibnu Aqil.
Rektor Universitas Al-Azhar Mesir ini pun menawarkan kerja sama pembelajaran Bahasa Arab kepada para santri Ponpes Amanatul Ummah. Tawaran kerja sama ini bakal dilakukan secara daring selama dua tahun dan pembelajaran luring selama dua tahun.
“Mekanisme pembelajaran hybrid membuat mahasiswa tetap mendapatkan ijazah resmi dari Al-Azhar layaknya mahasiswa yang belajar di sana,” terang Salamah Dawood.
Sejarah
Cikal bakal Ponpes Amanatul Ummah berasal dari biro perjalanan haji dan umroh (KBIH) Yayasan Amanatul Ummah yang didirikan Kiai Asep Saifuddin Chalim.
Uang yang diperolah Kiai Asep dari membimbing calon jemaah haji digunakan untuk membangun Ponpes Amanatul Ummah.
Mengutip situs pesantrenau.com, Kiai Asep tidak menginginkan bantuan dana dari pemerintah saat mendirikan Ponpes Amanatul Ummah pada tahun 1988.
Bersama sang istri, Nyai Fadilah, sejak awal Kiai Asep optimis bisa membesarkan Pondok Pesantren Amanatul Ummah.
Terbukti, kini Ponpes Amanatul Ummah tidak hanya diperhitungkan di Tanah Air, tetapi juga di dunia internasional.
Kampus
Saat ini, Ponpes Amanatul Ummah memiliki beragam jenjang pendidikan formal. Mulai dari tingkat menengah pertama, menengah atas, hingga pendidikan tinggi.
Sekarang Universitas Abdul Chalim (dulu Institut Kiai Haji Abdul Chalim) sudah berdiri megah dan kokoh. Institut ini berdiri pada tahun 2015, terdiri dari tiga fakultas dengan 10 jurusan.
Kiai Asep juga sudah menyiapkan gedung pascasarjana agar para lulusan dari IKHAC tidak mengalami kesulitan apabila saja ingin melanjutkan pendidikan S2-nya.
Kiai Asep berambisi bahwa IKHAC sama persis dengan Jamiatu al Syarif al Azhar di Kairo, Mesir; Harvard University di Amerika Serikat; dan Sorbonne University di Perancis.
Kini, mahasiswa IKHAC tidak hanya datang dari berbagai provinsi di Indonesia. Banyak pula mahasiswa yang datang dari luar negeri seperti Afghanistan, Kazakhstan, Thailand, Vietnam, Kamboja dan Malaysia.