Mengenal Raden Sawunggaling, Adipati Surabaya yang Dibesarkan Sendirian oleh Ibunya
Raden Sawunggaling merupakan sosok yang melakukan babat alas (membuka lahan) Kota Surabaya bagian barat. Sebelum menjadi adipati Surabaya, ia lahir dan dibesarkan seorang diri oleh ibunya. Begini kisah selengkapnya.
Raden Sawunggaling merupakan sosok yang melakukan babat alas (membuka lahan) Kota Surabaya bagian barat. Menurut cerita juru kunci makam Sawunggaling. Muhammad Baidowi, Sawunggaling adalah putra dari Dewi Sangkrah dan Adipati Jayengrono.
Dewi Sangkrah melahirkan dan membesarkan putranya seorang diri. Pasalnya, sang suami menjalankan tugas sebagai adipati di Surabaya.
-
Apa yang terjadi pada Pilkada di Jawa Timur? Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di lima wilayah di Jawa Timur dipastikan akan melawan kotak kosong.
-
Siapa yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur? Hal ini dirasakan Aming Aminoedhin, seniman yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur.
-
Kapan Jawa Timur meraih penghargaan insentif fiskal? Atas Keberhasilan itu, Pemerintah Provinsi Jawa Timur mendapatkan penghargaan insentif fiskal yang diserahkan langsung Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin kepada Wakil Gubernur Jatim Emil Elistianto Dardak mewakil Khofifah, dalam acara Rakornas dan Penyerahan Insentif Fiskal atas Kinerja Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem 2023, di Istana Wapres Jakarta, Kamis(9/11).
-
Mengapa Aming dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur? Keluarga jadi salah satu faktor terpenting bagi seorang anak. Hal ini dirasakan Aming Aminoedhin, seniman yang dijuluki Presiden Penyair Jawa Timur.
-
Apa yang menjadi sorotan Kantor Berita Amerika tentang OKU Timur? Potensi perikanan terutama kampung patin yang ada di OKU Timur menjadi lirikan dunia Internasional, di mana tim dari Kantor Berita Amerika Associated Press beraudensi dan wawancara bersama Bupati OKU Timur H Lanosin ST, Senin 24 Juli 2023 di Ruang Budensi Bupati OKU Timur.
-
Siapa yang menyatakan bahwa masyarakat Jawa Timur memiliki karakteristik khusus? Menurut Mohammad Noer, masyarakat Jawa Timur dinamis, agresif dan memiliki karakteristik khusus. "Agar diterima menjadi pimpinan di Provinsi Jawa Timur maka harus mau melayani rakyat, tahu menempatkan diri serta mampu mengayomi rakyat," ujarnya, dikutip dari laman resmi disperpusip.jatimprov.go.id.
Kelahiran
©2021 Merdeka.com/Instagram @lovesuroboyo
Adipati Jayengrono meninggalkan Dewi Sangkrah saat usia kandungannya sudah tua. Ia pun meminta sang istri tetap tinggal di Kampung Donowati (sekarang Lidah Wetan), sementara ia akan berangkat untuk menjalankan tugasnya sebagai adipati.
Jayengrono berpesan kepada Dewi Sangkrah supaya kelak saat anaknya lahir laki-laki, ia menamainya Jaka Berek. Itulah nama kecil Raden Sawunggaling, seperti melansir dari Instagram @lovesuroboyo (1/7/2021).
Temui Sang Ayah
©2021 Merdeka.com/Instagram @lovesuroboyo
Saat beranjak dewasa, Jaka Berek bertanya kepada sang ibu mengenai sosok ayahnya. Dewi Sangkrah pun menceritakan bahwa ayah Jaka Berek ialah seorang adipate di Surabaya. Ia juga memberikan Cinde Puspita kepada Jaka Berek sebagai tanda bahwa ia adalah anak dari Adipati Jayengrono.
Akhirnya, Jaka Berek pergi ke Surabaya membawa ayam kesayangannya dan Cinde Puspita. Ia bertekad menemui ayahnya.
Sesampainya di sana, Jaka Berek bertemu dengan dua kakak tirinya, Sawungrana dan Sawungsari. Keduanya tidak percaya jika Jaka Berek adalah anak Jayengrono. Mereka bertiga kemudian melakukan adu ayam dan Jaka Berek lah yang jadi pemenangnya.
Naik Takhta
©2021 Merdeka.com/Instagram @lovesuroboyo
Setelah adu ayam itu, Adipati Jayengrono menemui Jaka Berek. Ia yakin bahwa Jaka Berek adalah anaknya.
Saat usia Adipati Jayengrono makin tua, ia bingung akan mewariskan takhtanya kepada siapa. Adipati Cakraningrat, kakak Adipati Jayengrono memberi usulan supaya ia membuat sayembara memanah umbul-umbul yang diperuntukkan umum. Siapapun yang menang akan menggantikan takhta Adipati Jayengrono.
Sayembara itu diumumkan, dua anak Adipati Jayengrono, Sawungran dan Sawungsari turut sebagai peserta. Namun keduanya tidak berhasil menjatuhkan umbul-umbul.
Diam-diam Jaka Berek dengan mengenakan topeng di wajahnya menaiki kuda dan melancarkan anak panah ke arah umbul-umbul. Anak panahnya melesat dan berhasil menjatuhkan umbul-umbul.
Jaka Berek lah yang kemudian berhak meneruskan takhta sang ayah. Ia diberi gelar Raden Mas Ngabehi Sawunggaling Kulmosostronagoro.