Miris Ratusan Ribu Rumah di Jember Tak Punya Jamban, Warga BAB Sembarangan
Ratusan ribu keluarga di Kabupaten Jember masih buang air besar sembarangan karena tidak memiliki jamban. Bikin miris.
Anggota Komisi D Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jember, Jawa Timur, Ardi Pujo Prabowo mengungkapkan bahwa masih ada ratusan ribu rumah di wilayah setempat yang tidak mempunyai jamban. Alhasil, masih banyak warga yang buang air besar sembarangan.
Merespons fakta tersebut, Komisi D DPRD Jember menggelar rapat dengar pendapat (RDP) terkait Open Defecation Free (ODF) atau Stop Buang Air Besar Sembarangan pada Selasa (31/1/2023).
-
Ke mana tembakau dari Jember diekspor? Tembakau-tembakau dari Jember serta beberapa daerah lain di Hindia Belanda diekspor ke luar negeri.
-
Bagaimana bentuk Jurig Jarian? Mulai dari perempuan berambut panjang, sosok bertubuh tinggi dan besar sampai yang menyerupai tuyul karena ukurannya yang kecil dan berkepala botak.
-
Apa nama surat kabar pertama yang terbit di Jogja? Melalui sebuah unggahan pada 9 Mei 2024, akun Instagram @sejarahjogya menampilkan dua surat kabar yang pertama kali terbit di Jogja. Koran satu bernama “Mataram Courant” dan satunya lagi bernama “Bintang Mataram”.
-
Apa saja yang terjadi saat Jamasan Jimat? Setelah jimat-jimat dikeluarkan, sang juru kunci bersama para kerabat Amangkurat segera membuka kain mori kusam yang membungkus pusaka sebelum dicuci menggunakan air jeruk bali.
-
Dimana singkatan kota lucu "Jember" digunakan? Jember: Jodoh emang ditakdirkan untuk bersama.
-
Apa itu Jurig Jarian? Dalam bahasa Sunda, Jurig berarti hantu dan Jarian adalah tempat yang kotor. Sesuai namanya, sosok menyeramkan ini muncul dari daerah yang kotor seperti tempat sampah.
Dalam kegiatan tersebut, anggota parlemen ini mengundang Dinas Kesehatan (Dinkes), Dinas Sosial, serta Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3 AKB) Jember.
Pada kesempatan tersebut, Ardi mengungkapkan, masih ada 132.567 Kepala Keluarga di Kabupaten Jember yang belum memiliki jamban.
"Ini kondisi yang sangat memprihatinkan, makanya kami minta Dinas Kesehatan mengalokasikan anggaran, tidak menunggu dinas lain bergerak," ungkapnya.
Dampak BAB Sembarangan
©2022 Merdeka.com/liputan6.com
Ardi menjelaskan, banyaknya warga yang buang air sembarangan dapat membawa dampak buruk bagi lingkungan hingga kesehatan.
"Dampaknya banyak sekali, mulai dari stunting dan lain sebagainya," terangnya, dikutip dari akun Instagram @infojember, Rabu (1/2/2023).
Selama ini, pembangunan jamban di Kabupaten Jember hanya menjadi tanggung jawab Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya Jember dan hal itu dirasa tidak cukup.
"Makanya kami tadi menekan kepada Dinas Kesehatan, sebisa mungkin mengalokasikan sendiri," tegas Ardi.
Butuh Langkah Konkret
Dinkes Jember sendiri memiliki anggaran sekitar Rp200 juta untuk mendukung terwujudnya Stop Buang Air Besar Sembarangan. Namun, anggaran tersebut sebatas untuk program sosialisasi dan edukasi, bukan untuk pembangunan jamban.
"Masyarakat tidak butuh edukasi sebenarnya, tetapi yang dibutuhkan adalah aksi. Bagaimana ada langkah konkret untuk membangun jamban atau Mandi Cuci Kakus (MCK) yang baru," terang legislator Fraksi Gerindra itu.
Pelaksana Tugas (Plt) Dinkes Jember Koeshar Yudyarto mengatakan pihaknya telah berkoordinasi Musyawarah Pimpinan Kecamatan (Muspika) yang memiliki tingkat buang air besar sembarangan tinggi untuk membangun jamban.