Fakta Unik Tembakau Jember yang Punya Sejarah Panjang, Membawa Dampak Pertumbuhan Ekonomi yang Pesat
Perusahaan tembakau tumbuh sangat pesat karena didukung oleh peraturan yang memberikan kesempatan pengelolaan tanah selama 75 tahun.
Perusahaan tembakau tumbuh sangat pesat karena didukung oleh peraturan yang memberikan kesempatan pengelolaan tanah selama 75 tahun.
Fakta Unik Tembakau Jember yang Punya Sejarah Panjang, Membawa Dampak Pertumbuhan Ekonomi yang Pesat
Jember merupakan salah satu wilayah penghasil tembakau terbaik di dunia. Daerah itu memiliki jenis tembakau yang tidak bisa tumbuh di tempat lain yaitu tembakau besuki na oogst dan kasturi.
Dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia, Tembakau Jember memiliki nilai sejarah, budaya, ekonomi, serta sosial bagi masyarakat Jember dan sekitarnya. Maka tak heran kalau Jember hingga saat ini disebut sebagai Kota Tembakau dan memiliki logo pemerintahan berwujud daun tembakau.
-
Mengapa tembakau di Jawa Tengah berkembang pesat? Kondisi itu membuat pertanian tembakau di Jateng berkembang secara signifikan. Setiap daerah di Jateng bahkan punya karakteristik tembakau yang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya.
-
Bagaimana tembakau Madura berkembang pesat? Produksi tembakau menunjukkan tren meningkat. Pada 1863 sebanyak 264 pikul, tahun 1864 sebanyak 320 pikul dan tahun 1865 sebanyak 320 pikul.
-
Kenapa produksi tembakau penting bagi Indonesia? Industri tembakau telah berkontribusi kepada penerimaan negara sebesar ratusan triliun rupiah setiap tahunnya.
-
Apa manfaat tembakau bagi orang Jawa? Masyarakat di Pulau Jawa, khususnya di Jawa Tengah, percaya bahwa tembakau sudah ada di sana jauh sebelum kedatangan Portugis. Saat itu masyarakat memanfaatkan tembakau sebagai tanaman obat-obatan.
-
Bagaimana tembakau masuk ke Nusantara? Para penjajah bangsa Eropa membawa benih tembakau pada wilayah yang dijajahnya. Salah satunya adalah kawasan Nusantara. Diduga benih tembakau pertama kali dibawa ke Nusantara oleh bangsa Portugis.
-
Kapan tembakau Bojonegoro mulai ditanam? Pada tahun 1920-an, tembakau sudah ditanam di Bojonegoro.
Dikutip dari Jatimprov.go.id, usaha perkebunan Tembakau Jember dimulai sebelum tahun 1850. Tokoh yang mempelopori usaha tembakau di Jember adalah George Birnie. Pada 21 Oktober 1859, ia bersama Mathiesen dan van Gennep mendirikan sebuah perusahaan tembakau bernama NV Landbouw Maarschapij Oud Djember (LMOD).
Saat itu, perusahaan perkebunan tembakau tumbuh sangat pesat karena didukung oleh Undang-Undang Agrarian yang memberikan kesempatan pada pengusaha untuk menggunakan tanah dalam jangka waktu 75 tahun.
Saat itu komoditi perkebunan yang dipilih adalah yang memiliki nilai jual tinggi di pasar dunia. Tembakau-tembakau dari Jember serta beberapa daerah lain di Hindia Belanda diekspor ke luar negeri.
Keuntungan dari ekspor tembakau ini membawa dampak pertumbuhan ekonomi sangat pesat di daerah-daerah tersebut.
Selain pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat, usaha tembakau juga berdampak pada perkembangan demografi dan kultur. Jember yang sebelumnya merupakan bagian dari distrik Bondowoso berkembang menjadi daerah yang terpisah dari wilayah itu pada tahun 1883.
Bahkan di kemudian hari Jember menjadi daerah paling maju pembangunannya dan menjadi ibu kota Karisidenan Besuki yang meliputi Jember, Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo.
Setelah Indonesia merdeka, perusahaan tembakau yang ada di Jember dinasionalisasi dan berubah menjadi perusahaan perkebunan negara (PPN). Beberapa tahun kemudian perusahaan itu mengalami pembedahan.
Pada awal tahun 1960-an, perkembangan usaha tembakau Jember sangat bagus. Saat itu, suasana perdagangan tembakau cukup marak. Banyak pemodal baik dari dalam maupun luar Jember mendirikan perusahaan tembakau.
Namun selanjutnya pada tahun 1970-an, usaha tembakau mengalami kemunduran. Banyak perusahaan yang tidak kuat bertahan pada akhirnya gulung tikar.
Namun nyatanya beberapa perusahaan masih bisa bertahan melewati masa-masa sulit itu. Setelah melewati pasang surut, kini terdapat 18 eksportir tembakau di Jember.
Hingga kini, tembakau Jember masih menjadi simbol kehidupan masyarakat di sana. Tak hanya laki-laki, banyak pekerja yang bekerja pada perkebunan tembakau berasal dari kalangan perempuan.
“Keberadaan tembakau sudah menjadi bagian dari budaya masyarakat Jember. Bahkan mereka punya semacam tarian saat menyambut masa panen tembakau. Sayang kalau kebudayaan seperti ini harus punah,” kata Sunito, pengamat tembakau yang menjadi pemandu Museum Tembakau Jember, dikutip dari kanal YouTube BRIN Indonesia.